JAKARTA, Arcus GPIB – Diskusi Seri 1 “Pancasila Sebagai Titik Temu” yang digelar komunitas Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) menarik perhatian Pendeta Abraham Ruben Persang, Ketua Mejelis Jemaat (KMJ) GPIB Immanuel Jakarta.
Dalam kesempatan diskusi di forum yang digelar di Geleri Nasional Indonesia, Jakarta 03/09/2024 Pendeta Persang yang hadir bersama koleganya Pendeta Johny A. Lontoh membuka diri seraya mengundang pembicara dan hadirin ke GPIB Immanuel Gambir untuk terus merawat keberagaman lewat diskusi-diskusi aktual.
“Ini harus dilanjutkan. Gereja Immanuel yang berusia 185 tahun sudah sejak lama kita jadikan rumah bersama dan sudah beberapa kali kita mengadakan kegiatan Lintas Iman. Supaya kegiatan ini terus menerus dan ada kontribusi dari kami,” kata Pendeta Persang berharap program “Sinta Menyapa” bisa dilakukan di Immanuel.
“Undangan ini untuk kita semua yang hadir disini,” ajak Pendeta Persang bersemangat yang mendapat applause dari hadirin.
Pembicara dalam Diskusi Seri 1 ini adalah Sinta Nuriyah Wahid dari Yayasan Puan Amal Hayati, Omi Komariah Nurcholish Majid dari NCMS, Yudi Lateif Cendekiawan Muslim, dan Bhante Dhammasubho dari Sangha Theravada Indonesia.
Diskusi berlangung semarak dalam suasana keberagaman mengulas hal-hal menyangkut toleransi dan intoleransi yang masih terjadi di masyarakat Indonesia sebagaimana terungkap dalam obrolan peserta denga pemateri.
Yudi Latif Cendekiaawan Muslim dalam kesempatan itu mengatakan, Indonesia adalah tanah yang sudah diolah berbagai peradaban ada Melanesia, Autronesia, Melayu, Cina, Sinisasi, Indianisasi, Persia, Arab, dan Eropa. Semua peradaban ini telah masuk ke Nusantara.
“Cetakan Indonesia itu hidup dalam keragaman. Nenek Moyang kita memiliki cara bagaimana kita hidup dalam keragaman itu,” kata Yudi menyebutkan pemerintah Cina saat ini sedang membuat film histori peradaban Cina. /fsp