PALEMBANG, Arcus GPIB – Soal sarana dan prasarana menyangkut sistem telekomunikasi di Pos-pos Pelkes, Komisaris PT Indosat Tbk Chris Kanter mengatakan persoalannya ada pada jaringan. Untuk mengatasi itu, Indosat sendiri terikat pada belanja modal atau Capital Expenditure (Capex).
Persoalan di lapangan bukan cuma soal tower atau menara tapi lebih kepada masalah jaringan yang pada umumnya dirasakan oleh masing-masing operator.
“Bukan cuma soal tower, kita baru, belum sampai semua dengan 3G, masuk 4G sekarang, belum apa-apa sudah masuk 5G. Itu selalu ada kaitan, tapi tidak bisa hanya menggantungkan disitu bagaimana Pos Pelayanan. Kita harus menjadi Pemimpin yang mengambil keputusan dengan semua materi yang ada,” kata Chris usai menjadi pembicara kunci di forum “Leader’s Meeting” Dept. Inforkom dan Litbang GPIB, Sabtu (03/12/2022).
Menjawab persoalan sinyal yang masih dikeluhkan dibeberapa Pos Pelkes GPIB, menurutnya, harus ada kesamaan cara pandang di level kepemimpinan GPIB dalam penanganan menyangkut digitasilisasi. Kepemimpinan GPIB itu ada pada semua Ketua Majelis Jemaat (KMJ) dan pada Majelis Sinode GPIB.
“Di dalam GPIB adalah bagaimana di level Pimpinan. Pimpinan-pimpinan itu, di level KMJ, Majelis Sinode, maupun di Jemaat agar pemahaman akan kebutuhan dan manfaat digitalisasi ini sama. Kalau dia tidak memahami susah. Ini punya kebutuhan ini, ini putusnya lain,” tutur Chris yang juga Ketua BPMS GPIB kepada Arcus Media Netwwork.
Menjawab pertanyaan, apakah pelayanan GPIB ini sudah berjalan dalam rel yang sebenarnya diaspek digitaslisasi, Chris yang juga warga jemaat GPIB Effatha DKI ini mengakui GPIB tertinggal jauh.
“Kalau digitalisasi kita jauh tertinggal. Saya lihat ya, untung saya happy, saya bagian dari pengambil keputusan itu. Itu waktu kita masuk pada digitalisasi karena terpaksa karena Covid, karena lockdown melalui ibadah online bahkan sakramen melalui online itu lumayan bahwa itu bisa diterima saya tidak tahu gereja-gereja lain. Kita masih jauh tertinggal,” ujar Chris.
Catatan Arcus Media Network, mengutip gramedia.com pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat global dituntut untuk selalu melakukan inovasi di berbagai aspek. Salah satu bentuk inovasi tersebut adalah digitalisasi perpustakaan.
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kebon Jati memutuskan kini memiliki perpustakaan digital atau Smart Library.
Ketua V Majelis Sinode Pnt. Robynson L. Wekes mengatakan GPIB sudah memiliki Road Map digital dari tahun 2021 hingga 2025. Untuk tahun 2021 telah dilaksanakan integrasi system, Support cetak hasil PS XXI, Konsolidasi dan Evaluasi, Support Morning dan Night Call.
Untuk tahun 2022 Penyediaan system database terpadu, Support Pemilihan Dkn-Pnt, PHMJ, Pelkat (Aplikasi), Penyediaan aplikasi Keuangan dan Konversi Dokumen Kantor MS, Tindaklanjut Program Radio GPIB dan Arcus serta plan TV GPIB, Revitalisasi Materi Tata Gereja Peraturan Pelaksana 10A dan Support Litbang dalam Pemilihan Diaken Penatua.
Untuk tahun 2023 melakukan Digital Ministry GPIB, Penyediaan system konversi documen, Support Litbang Profiling Bina Jemaat, TV GPIB Go, Support PST, dan Support PPMJ dan PPMS.
Untuk tahun 2024 penyediaan aplikasi survey dan statistik, Support Litbang Plan Tata Gereja PSR XXII dan Support PST.
Untuk tahun 2025 melakukan Support Litbang Plan KUPPG Jk Pj III, Digitalisasi GPIB Jk Pj III, Aplikasi New Infrastructure, dan Support PST dan PSR. /fsp