JAKARTA, Arcus GPIB – Karya Allah di alam semesta sungguh agung dan mulia. Patutlah mengucap syukur. Waktu-waktu diciptakan secara teratur. Ada siang, ada malam, matahari terbit dan terbenam. Semua untuk kebahagiaan manusia.
Demikian disampaikan Pendeta Sealthiel Izaac mengurai Firman Tuhan Mazmur 104: 19 “Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya.”
Dikatakan, apa jadinya kalau ada matahari, ada bulan tapi tidak diciptakan secara teratur, kapan malam dan kapan siang, manusia tentu tidak mungkin hidup.
Dengan penetapan waktu, maka ada waktu bagi makluk hidup (termasuk manusia), saat ia mencari makanan, berusaha dan bekerja. Ada waktu untuk beristirahat. Sayangnya karena kesombongan dan keserakahan manusia, semuanya menjadi rusak.
Contohnya: karena kesibukan, malam sebagai waktu istirahat masih menjadi hari kerja, dll. Allah telah menciptakan secara baik ciptaan-Nya, namun bagaimana itu dinikmati dan membawa kebahagiaan, tergantung bagaimana manusia menjalaninya secara tertib, bertanggungjawab dan selalu bersyukur.
Pada hari yang keempat Allah menciptakan benda-benda penerang yakni: matahari, bulan dan bintang-bintang. Matahari diciptakan-Nya untuk menguasai siang, sedangkan bulan untuk menguasai malam. Kehadiran benda-benda penerang itu memisahkan siang dan malam, yang memungkinkan manusia hidup dan beraktivitas secara teratur. Benda-benda penerang itu, menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap, hari-hari dan tahun (Kej 1: 14-19).
Bulan dan matahari menjadi penentu waktu. Matahari tahu saat terbenamnya (ay.19). Ketika hari menjadi gelap (malam), binatang hutan, singa-singa muda mencari mangsa untuk makanannya. Apabila matahari terbit, manusia keluar bekerja, berusaha sampai petang. Semua diciptakan-Nya secara teratur demi kebahagiaan manusia (ay. 20-23). /fsp