JAKARTA, Arcus GPIB – Perayaan Paskah Nasional 2022 dipastikan akan berlangsung pada 17 Mei 2022 di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Sebagai tuan rumah, Bupati Talaud, Elly Engelbert Lasut mengungkapkan, pemerintah daerah telah menyiapkan anggaran untuk kegiatan tersebut.
Seperti dilansir situs PGI Rabu (23/3) perayaan Paskah Nasional tersebut akan dilaunching pada 1 April 2022 di Miangas, dengan kegiatan Pawai Paskah (Jalan Salib), dan rencananya pawai dilakukan secara estafet dari pulau-pulau terluar seperti Miangas, Marampit, Karatung, Kakorotan, Kabaruang, dan Karakelang.
Puncak perayaan Paskah Nasional 2022 akan berlangsung di Melonguane, ibukota Kabupaten Talaud, yang diisi dengan ibadah serta perayaan. Diharapkan Presiden RI Joko Widodo hadir bersama masyarakat, jemaat serta pimpinan gereja, dan aparatur pemerintahan daerah.
Disampaikan, pawai merupakan kegiatan pra-Paskah, dan hampir seluruh warga di Talaud akan terlibat didalamnya, kita sudah mendorong gereja untuk melakukan persiapan-persiapan. Dalam Pawai Paskah ini akan ada ornamen-ormanen jalan Salib, jadi disitu mungkin ada salibnya, ada prajuritnya, ada segala bentuk lainnya, itu akan dibawa memutari pulau-pulau di seluruh Kabupaten Talaud.
“Kesiapan sekarang di Talaud, kita telah menyiapkan dukungan anggaran dari pemda dan sudah disahkan dalam APBD, serta dikoordinasikan dengan Gubernur Sulut. Kami juga sudah memiliki perangkat panitia lokal dipimpin yang Ketua Sinode Germita, untuk mempersiapkan kegiatan yang ada di sana,” kata Elly E. Lasut saat bertemu MPH-PGI di Grha Oikoumene, Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Selain itu, pawai, kegiatan pra-Paskah juga diisi dengan simposium yang mengusung tema Paskah dan Semangat Kebangsaan (Nasiolisme) di Perbatasan. Menurutnya, keseluruhan kegiatan tidak hanya didukung oleh warga gereja, tetapi umat agama lain, serta FKUB, sebagai bentuk persatuan dalam kemajemukan di daerah-daerah perbatasan yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Usai perayaan, juga diadakan kegiatan ucapan syukur, dalam bentuk acara tradisional Mane’e, menangkap ikan di tepi laut. “Uniknya kita tidak perlu memancing karena ikan datang sendiri, karena nelayan dan tokoh adat sudah menyiapkan janur, kemudian ditarik ke arah darat setelah air laut turun, ikan akan terkumpul dalam jumlah banyak, kemudian langsung dibakar,” ujar Elly E. Lasut.
Pada kesempatan itu, dia juga menyinggung kesiapan dalam hal akomodasi. Menurutnya, Pemkab akan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyiapkan rumah mereka masing-masing sebagai tempat menginap peserta, yang jumlahnynya diperkirakan mencapai 300 kamar. Selain itu, penginapan dengan 98 kamar, dan penginapan apung, kerjasama dengan PELNI, dengan kapasitas 1000 kamar. /fsp