SEMILOKA Gereja dan Demokrasi yang diadakan Departemen Germasa GPIB sangat-sangat bermanfaat terutama kepada mereka yang cinta dengan demokrasi.
Selama ini kita masing-masing pasti pernah merasakan apakah demokrasi benar-benar sudah terjadi, sudah dilaksanakan, sudah dijalankan dalam pelayanan per-GPIB-an, tentunya setiap orang punya pengalaman dan jawaban.

Pdt. Ebser M. Lalenoh, M.Th dan John Paulus, dari Yayasan Diakonia.

Peserta tuntas menyelesaikan Semiloka di GPIB Sejahtera Bandung.
Disela-sela kesibukan dan padatnya acara kegiatan Semiloka, saya bertemu dan berbincang-bincang dengan Pendeta Ebser Lalenoh atau Bung Ebser tentang Gereja dan Demokrasi di GPIB Jemaat Sejahtera, Bandung 28 Oktober 2024.
Bagaimana gereja dan demokrasi saat ini, menurut Bung Ebser, Tuhan menempatkan kita didalam dunia untuk menyatakan kesaksian serta menghadirkan nilai-nilai keadilan dalam semua bentuk kegiatan gereja.

Seperti tak ada lelah, peserta tetap bersemangat merampungkan “tugas” di GPIB Sejahtera Bandung
Kehadiran kita dalam bermasyarakat penting kita bangun menjadi kuat, bersama dengan semua orang, supaya orang lain bisa menyadari kehadiran gereja yang sesungguhnya.
Gereja itu tidak hanya menciptakan Ibadah Ritual saja, tetapi harus menciptakan Ibadah Aktual dalam peran nyata menembus semua tembok-tembok apapun dan gereja yang benar harus memikirkan dan merancang apa yang bisa dilakukan dan diterima semua orang.
Apakah semiloka tentang gereja dan demokrasi GPIB dapat diterima? Dijawab Ebser, ini terobosan yang luar biasa oleh gereja, gereja tidak bisa berdiam diri, tidak hanya menerima keberadaannya, gereja harus menyadari kehadirannya ditengah masyarakat dan harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menerobos, membuka pilar-pilar kehidupan bermasyarakat.
Apakah dengan banyaknya permasalahan GPIB, tidak bisa menerobos tembok-tembok itu? Secara terang benderang dijawab Pendeta Ebser bahwa persoalannya gereja cuma urus lingkup internal sementara external sekian persen saja.
Kalau kita hanya mengurus masalah internal, kita Bagai Katak Dalam Tempurung, yang hanya pikirkan didalam, akhirnya bukan menyelesaikan masalah malah makin banyak masalah yang lingkup itu saja.
Namun kalau kita coba keluar memang ada tantangan tetapi itu berarti membuka wawasan pemikiran kita bahwa dunia ini luas dimana kehadiran kesaksian Injili makin menjangkau untuk semua orang dan kita menyampaikan perbuatan-perbuatan Tuhan, itulah kehadiran gereja sesungguhnya.
Untuk lima tahun akan datang kita harus berani terus-menerus berinovasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Gereja harus semakin aktif terlibat baik didalam maupun keluar dan orang akan melihat bahwa gereja GPIB adalah Gereja yang bermasyarakat, bukan untuk dirinya sendiri.
Orang luar itu bukan menjadi masalah yang kita takutkan tetapi mereka akan berusaha memberikan semangat. Memang kita sadar bahwa gereja selama ini melaksanakan panggilan dan pengutusannya, itu bisa dikatakan hanya normatif.
Lingkaran dalam berusaha hanya memelihara agar persekutuan jemaat aman, nyaman saja. Kita harus menyadari gereja ini ada dalam dunia, dia harus menyatakan kesaksiannya, terang bagi dunia, berjumpa dengan semua orang, semua lapisan dan terpanggil untuk membuat formasi dan formulasi baru untuk kegiatan-kegiatan gereja kemasyarakatan disitulah gereja mulai menyatakan kesaksiannya keluar bukan kedalam saja.
Jika diberikan kesempatan untuk memimpin, apakah bisa menerobos penghalang tersebut? Yes, kita harus melakukan dan semua warga GPIB harus diperlengkapi dan diberi motivasi yakin dan percaya.
Seluruh warga GPIB harus memiliki pemikiran yang baru untuk membangun gereja Tuhan ini, menghadirkannya ditengah dunia ini dengan kegiatannya, inilah kami GPIB yang tidak hanya ada dalam lingkaran dalam tapi ada ditengah-tengah masyarakat.
Kita akan bersama, kita akan menjadi partner dari pemerintah begitupun sebaliknya dalam melakukan pembangunan SDM-nya, Spritual-nya dan menjadi sumber pembangunan yang kuat.
Akhirnya dalam closing statement Bung Ebser mengatakan semua warga GPIB jangan hanya merasa mapan, merasa aman dilingkungannya, internalnya, sekarang ini kita harus membangun kesadaran, kita bersama semua orang dan pemerintah untuk bisa melakukan apa yang baik dan itulah tanda-tanda Injili, kerajaan Allah diberitakan ditengah masyarakat.
Bersama Kita Bisa – Bersatu Kekuatan, imbuh KMJ GPIB ’Menara Kasih’ Bekasi.
John Paulus, Yayasan Diakonia GPIB