JAKARTA, Arcus GPIB – Kita perlu mempersiapkan peribadatan yang baik dengan puji-pujian yang benar tapi juga perlu mempersiapkan diri kita untuk sungguh-sungguh memuji Tuhan sebagai tanda kita bersyukur atas kedihupan dan tuntunan Tuhan bagi kita.
Mengatakan itu Pdt. Dewi Shinta Astadiyan Bratanata, M.Th, dalam program acara NIGHT CALL GPIB, Minggu, 15 Mei 2022, Episode 1487 mengurai Firman Tuhan 1 Tawarihk 6: 39 – 47.
Karena itu, kata Pendeta Pelayanan Umum GPIB, Studi Lanjut STFT Jakarta ini, pujian dalam peribadatan menjadi penting dan asensial untuk dipersiapkan dengan baik, tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan atau sekadarnya saja.
Pujian harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Puji-pujian adalah dialog dengan Tuhan sebagai ungkapan dan pernyataan yang serius yang disampaikan kepada Tuhan mewakili apa yang dialami umat.
Puji-pujian yang dinyanyikan kepada Tuhan mengungkapkan berbagai tujuan umat kepada Tuhan yang menjadi ungkapan perasaan serta iman baik secara personal maupun dalam keseluruhan umat yang beribadah saat itu.
“Melalui pujian umat dapat berkomunikasi secara dialogis dengan Allah sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tapi juga pujian menjajdi dialog anatara umat dengan sahabat sejati dimana umat dapat mencurahkan isi hati dengan bebas,” tutur Pdt. Dewi.
Sosok wanita yang juga Ketua Departemen Inforkom dan Litbang GPIB ini mengatakan, pujian juga mengungkapkan penyesalan dosa, ratapan karena kesedihan, doa permohonan, bahkan tempat menyampaikan keluhan.
Menurutnya, puji-pujian tidak dapat dipisahkan dari peribadatan orang Kristen. Pujian bermakna sebagai ungkapan syukur penghormatn kepada Tuhan, pengakuan kepada Tuhan karena perbuatanNya, dan kasih setiaNya.
Penulis kitab Tawarihk menyebutkan batapa Daud sangat memperhatikan aspek puji-pujian dalam peribadatan umat Tuhan. Oleh karena itu Daud membentuk tim khusus yang bertanggung jawab atas puji-pujian dalam peribadatan di bait Allah.
Asaf dan kaum keluarganya adalah orang yang sangat berperan untuk hal itu. Asaf diberitanggung jawab untuk memastikan puji-pujian yang dilantunkan dalam peribadatan umat adalah sebuah ungkapam pujian kepada Tuhan adalah dialog umat dengan Tuhan.
Jadi, dari sini bisa dilihat bahwa puji-pujian dalam ibadah bukan sekadar pemanis tapi punya makna esensial sebagai ruang dialog antara umat dengan Tuhan.
“Yang menarik dalam peribadatan kristen itu, ibadah bukan berhenti pada ritualnya melainkan aktualnya. Ibadah ritual sangat terhubung dengan ibadah aktual. Apa yang dikidungkan sebagai pujian kepada Tuhan dalam ibadah ritual itu memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari ketika kita mempraktikkan ibadah aktual kita dalam keseharian kita,” ucap Pdt. Dewi.
Puji-pujian yang merupakan dialog umat dengan Tuhan sesungguhnya tidak terjadi pada ruang-ruang terbatas melainkan mengalir dalam keseluruhan hidup manusia.
“Hidup sehari-hari adalah ibadah yang sesungguhnya, disana kita memuji, menyembah, berdialog dengan Tuhan serta memberi yang terbaik kepada Tuhan melalui seluruh kondisi kehidupan kita,” tandasnya
Memuji Tuhan dalam keseharian berarti merasakan Tuhan itu hadir, dan mendapat kekuatan dalam menjalani hidup yang seringkali serba tidak pasti.
“Kita yang mungkin hampir menyerah dengan banyaknya persoalan justru menjadi penuh sukacita ketika kita melantunkan pujian kepada Tuhan,” imbuhnya.
Catatan arcusgpib.com mengutip christopherus.or.id menyebutkan dahsyatnya kekuatan puji-pujian yang disampaikan kepada Allah. Sejak awal Tuhan telah merancang umatNya menjadi umat pemuji. Melalui pujian nama Tuhan ditinggikan, sebab Dia hadir dalam pujian umat-Nya, “Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!” (Mazmur 150:2)
Dengan pujian, kita mengundang hadirat-Nya yang penuh kuasa untuk melawat dan memulihkan keadaan kita. Mungkin belum begitu banyak orang percaya yang menyadari betapa pentingnya pujian dalam suatu ibadah.
Pemazmur menyatakan bahwa Tuhan berkenan dan sangat disenangkan atas pujian yang dinaikkan oleh umat-Nya. Pujian yang lahir dari kedalaman hati yang tulus adalah korban yang berbau harum di hadapan Tuhan. Bahkan Daud menegaskan, “… Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mazmur 22:4).
Bersemayam memiliki beberapa makna: berdiam, tinggal di dalamnya, hadir dan bertakhta. Jadi Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang hanya berdiam diri di atas takhta-Nya di surga mulia, tapi Ia berkenan hadir, melawat dan menyatakan hadirat-Nya di tengah-tengah umat yang memuji, menyembah dan mempermuliakan nama-Nya.
Hal tersebut menjadi bukti bahwa puji-pujian adalah kesukaan Tuhan! Itu artinya Tuhan sangat menyukai dan menikmati puji-pujian umat-Nya! Itulah yang menyenangkan hati Tuhan! Oleh sebab itu “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6). /fsp