JAKARTA, Arcus GPIB – Mari bangun multiculturism, bangun budaya bersama, bangun seni bersama, bangun kehidupan bersama, bangun cara berpikir bersama dan hasil kebersamaan akui milik sebagai bersama, baik itu Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Buddha.
“Percuma kita beragama kalau masih terkotak-kotak,” kata Tokoh Nadhatul Ulama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A dalam acara Dialog Karya Kebangsaan yang diselenggarakan Departemen Germasa GPIB di Hotel Helmi, Surabaya Senin, (22/8/2022).
Pendekatan ke masyarakat jangan hanya ketika ada kepentingan. Mari bangun kebersamaan secara riil, jangan hanya padaa saat ada bencana, jangan hanya pada saat mau bangun gereja baru mendekat ke Kyai untuk cari tanda tangan.
Bukan Indonesia kalau tanpa kristen dan katolik, bukan Indonesia kalau tanpa hindu buddha, bukan Indonesia kalau tidak ada aliran kepercayaan.
“Saya dengar ada universitas enggan menerima mahasiswa kalau non muslim, itu tidak benar, universitas negeri, kalau swasta terserah. Tidak boleh diskriminasi dengan dalih agama. Kalau masih ada saya laporkan ke Presiden atau Wakil Presiden, atau ke Kemendikbud,” tutur Said.
Dalam kesempatan itu, Bhante Viryanadi Mahatera mengatakan, tidak perlu melihat perbedaan dari setiap agama.
“Semua agama sama yang membedakan adalah bahasanya. Islam pakai bahasa Arab, Kristen bahasa Greek Yunani, Hindu bahasa Sansekerta,” kata Viryanadi. /fsp