JAKARTA, Arcus GPIB – Ekonom Prof. Miranda Gultom, Anggota Badan Pertimbangan Majelis Sinode 2021-2025 Chris Kanter dan Praktisi Hukum Sheila Salomo berharap Dana Pensiun GPIB kedepan dapat terus bertumbuh melalui pengelolaan dana investasi secara maksimal.
Untuk itu, Dana Pensiun GPIB perlu memiliki “Fund Manajer Profesional” dan membentuk “Komite Investasi” dengan level pengambilan keputusan yang diatur sesuai tingkatannya, ini akan memberikan Return On Investment (ROI) di atas 10%.
Demikian pendapat tiga tokoh GPIB ini dalam diskusi yang belum lama digelar Dana Pensiun GPIB yang mengundang ketiga tokoh tersebut untuk membicarakan pengembangan Dana Pensiun GPIB lebih maksimal yang juga dihadiri Ketua Dewan Pengawas Eddy M. Soeindoen.
Dana Pensiun GPIB saat ini tercatat dengan Aset Neto sebesar Rp.183.724 milyar dan dana kelolaan investasi sebesar Rp.179.562 milyar dari jumlah aset neto. Angka neto terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
Tahun 2015 aset neto Dana Pensiun GPIB yang hanya Rp. 107.191 milyar terdapat kenaikan menjadi Rp.183.724 milyar per Desember 2022.
Ketua Dana Pensiun GPIB, Agustinus Patty yang didampingi Shanti Kurniawati Koe mengatakan, perolehan dana tersebut belum maksimal karena ada sejumlah besar peserta pasif yang menerima manfaat pensiun per bulan terbilang sangat kecil. Peserta aktif berjumlah 954 orang dan peserta pasif berjumlah 474 orang (data per 31 Desember 2022).
“Dana pensiun butuh pertumbuhan yang lebih cepat dan maksimal untuk membantu para peserta dana pensiun ke depan terutama peserta dana pensiun yang selama ini memperoleh manfaat pensiun yang kecil,” kata Agustinus Patty.
Menurutnya, strategi aset alokasi yang dilakukan oleh Pengurus saat ini setelah mendapat hasil perhitungan aktuaria per 31 Desember 2021 dengan bunga teknis yang ditetapkan sebesar 8% masih terbilang hati-hati karena prosentasi nilai deposito per Desember 2022 masih sebesar 17,43% dari dana kelolaan investasi sebesar Rp. 179.562 milyar.
Sebagian besar dana dialokasikan ke obligasi pemerintah dengan nilai kupon berkisar 7-10% dan Surat berharga Negara (SBN). Selanjutnya, perolehan Return On Investment (ROI) per 31 Desember 2022 sebesar 6,17% masih terbilang rendah sekalipun sudah mengalami peningkatan dari tahun 2021 yang hanya sebesar 5,69%.
Jumlah alokasi Deposito telah berkurang jauh dari Desember 2021 sebesar 32,32% atas dana kelolaan sebesar Rp. 172.960 milyar.
Menurut Prof. Miranda seharusnya alokasi aset untuk deposito idealnya hanya sekitar 5%-10% dari dana kelolaan karena tingkat inflasi yang ada di Indonesia saat ini bisa menggerus hasil investasi dari deposito. Perolehan ROI yang hanya sebesar 6,17% harus dapat ditingkatkan.
Dalam kesempatan itu juga dipercakapkan tentang rencana Pengurus melakukan perpindahan program pensiun dari Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) ke Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).
Menurut Agustinus Patty, pihaknya sedang membangun software terlebih dahulu karena membutuhkan waktu yang cukup dan proses sosialisasi yang lebih intens kepada peserta baik aktif maupun pasif agar bisa diterima dengan baik dan mudah dimengerti oleh seluruh peserta. /fsp