Home / Misioner

Rabu, 13 April 2022 - 22:05 WIB

Kita Orang Paling Bahagia, Tidak Hidup Di Perjanjian Lama, Kalau Tidak So Lama Mati

Pdt. Lusiana Harianja Pella, M.Th

Pdt. Lusiana Harianja Pella, M.Th

JAKARTA, Arcus GPIB – Sebuah forum Penelaan Alkitab  “SAHABAT METANOIA” mengulik soal “Berkat dan Kutuk” kaitannya dengan gaya hidup orang percaya dipaparkan lugas dan terang benderang oleh Pdt. Lusiana Harianja Pella, M.Th yang dimoderatori Aimee Gerungan, warga GPIB Effatha Jakarta Selatan.

Mengapa Ayub dalam hidupnya begitu diberkati Tuhan. Karena Allah tahu Ayub bersih dalam hidupnya, ia tidak memaki atau mengutuki Allahnya sekalipun dalam situasi kritis.

“Didalam kesusahan sekalipun kita belajar untuk bersyukur seperti Ayub, dia sujud menyembah,” kata Pdt. Lusiana Harianja Pella, Senin 11 April 2022 merujuk teks alkitab Ayub 42: 10 dan 12 bahwa tokoh Ayub harus menjadi gambaran bagi setiap percaya dalam menghadapi penderitaan dan tetap setia sampai mati dan seperti Ayub, dan tidak mengutuk Allah.

Soal Berkat dan Kutuk, menjawab pertanyaan Boetje Balthazar, Pdt. Lusiana mengatakan, Adam dan Hawa diberi kebebasan memilih hanya saja mereka salah memilih, 1 Yoh 3: 8.

Jadi, kata pendeta yang masuk dalam 21 Tokoh Kristiani majalah Narwastu ini,  agar tidak salah menikmati kebebasan yang Allah berikan, free will, harus diikat dengan Roh Kudus dan bergaul dengan Allah. Siapa melakukan dosa, dia menolak kasih keselamatan.

“Golgota itu tidak main-main. Penghakiman, penghukuman yang paling dasyat di dunia hanya Golgota Yesus jalani itu demi bapak ibu dan saya,” tuturnya.

Mengenai dosa turunan seperti yang ditanyakan Marsela Lantang, tegas dijawab Pdt. Lusiana. Tidak ada kutuk yang tidak bisa dipatahkan. Orang boleh mengucapkan kutuk tapi kuasa Tuhan lebih kuat dari itu.

Soal ada orang yang sudah sakit-sakitan tapi tidak mati-mati karena memiliki kuasa lain atau pegangan, sebaiknya memanggil pendeta untuk pelepasan.

“Tuhan memberikan waktu, diberikan kesempatan untuk bertobat. Sebaiknya panggil pendeta untuk berdoa meminta belas kasihan Tuhan,” tuturnya menjawab pertanyaan Endang seraya menekankan bahwa dosa yang paling dibenci Allah adalah menyembah berhala atau mendua hati.

“Janganlah berpaling kepada arwah dan roh-roh peramal ….” kata Pdt. Lusiana mengutip Imamat 19: 31 menjawab pertanyaan peserta Lisbet soal orang yang suka ke dukun dan memakai susuk.

Baca juga  Natal Di Arab Saudi, Dulu Dilarang Kini Semarak Dengan Pernak-Pernik Natal

“Melangkahkan kaki saja ke dukun itu artinya anda sudah berhadapan dengan Tuhan Allah, sudah menduakan Dia. Nah,…apakah itu hukuman dari Tuhan atau Dukun, Tuhan murka dengan penyembahan berhala,” tandasnya.

Tuhan, kata Pdt. Lusiana,  tidak merancang kejahatan Yer 29: 11. Di Taman Eden Tuhan tidak merancang yang jahat, semua baik adanya, yang bikin rusak itu manusia. Si Iblis itu bos dari pendusta, jadi jangan mau bawa diri dalam pencobaan.

Soal wabah Covid-19 apakah itu kutuk? Pdt. Lusiana mengatakan, semua ada dalam perizinan Tuhan supaya semua semakin mengerti bahwa gereja bukan lagi Gedung. Gereja itu adalah persekutuan orang percaya.

“Jadi tanpa gedung gereja kita kuat dalam iman,” ujarnya menerangkan persoalan yang ditanyakan peserta Topaa.

Pertanyaan menarik dari Gede Artjana soal kehebatan manusia yang bisa menciptakan segalanya termasuk membuat matahari dan membuat manusia tiruan yang 99,9 persen mirip. Ini menurutnya bisa mempengaruhi iman.

Solusinya kata Pdt. Lusiana, Amsal 4: 23 dan Kejadian  6: 9. Bergaul akrab dengan Allah, biarpun virtual kayak apapun kita bisa menolak semua tawaran itu. Raja Daud berkata: Tuhan berkemalah di pintu hatiku. Kalau bergaul dengan Roh Kudus, maka Roh Allah yang akan menuntun. Cara bergaul dengan Roh Allah baca Yohanes 4: 24.

“Di handphone kita ada pengetahuan yang baik dan jahat,” tandas Pdt. Lusiana. Mengenal Kristus jangan pakai akal, harus pakai hati, pakai jiwa baru pakai akal budi.

Jadi, katanya, tidak bisa hanya jadi Kristen asal-asalan saja. Harus bergaul dengan Allah. Era virtual boleh ada tetapi Iman tetap tergabung, terkait, terpaut dengan dengan Bapa. Bagaimana caranya? Baca Firman Tuhan, berdoa dan akan dituntun oleh Roh seperti disebutkan dalam Galatia 5: 25.

“Ketika kita ditebus dari dosa kita, 1 Korintus 6: 19 dalam tubuh ini ada Roh Kudus yang akan menuntun menghadapi berbagai kondisi dan tantangan dunia yang ada. Roh Allah yang akan menjadi filter untuk mengatakan: Ini yang bisa kamu buat, ini tidak boleh. Jadi jangan pakai logika, Kejadian 6: 9.”

Baca juga  Panitia Konven Pendeta dan PST 2023 Diakhiri, Majelis Sinode: Panitia Bekerja Cepat

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali itu sebagai penghakiman, Galatia 5, kalau hidup dalam daging maka akan menerima penghakiman Tuhan yang dalam Wahyu 21: 8.

Mengapa wajah Perjanjian Lama begitu menyeramkan kaitannya dengan kasus-kasus kutuk dan kematian? Itu karena Allah tidak mau terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak kudus kata Pdt Lusiana menjawab pertanyaan Nayoan.

“Karena Allah kudus, setiap yang tidak kudus pasti mati. Allah dalam Perjanjian Lama adalah Allah yang sangat dahsyat, kalau melawan pasti mati. Kenapa? Karena Dia kudus, tidak bisa disitu masuk yang tidak kudus,” tuturnya.

Makanya, kalau misalnya orang atau umat yang bersalah pada masa Perjanjian Lama harus ditebus langsung dengan membawa kambing atau domba sebagai ganti nyawa. Kenapa bawa kambing domba karena ada nyawa.  Jadi kesalahan dosa umat harus dibayar dengan nyawa.

Sementara di Perjanjian Baru nyawa itu adalah Anak Allah. Dalam Injil Yohanes bahwa nyaawa anak domba Allah telah membuat murka Allah surut. Jadi Tuhan Yesus mati itu membuat murka Allah surut. Artinya bahwa seluruh murka kemarahan Allah itu sudah habis di Golgota, di kayu salib.

“Kita inilah orang yang paling berbahagia. Tidak hidup dalam Perjanjian Lama, kalau nggak so lama mati. Bukan cuma mati sendiri tapi juga keturunan,” ungkap Pdt. Lusiana seraya berharap jangan mempermainkan kesabaran Allah. “Paulus mengatakan jangan kamu pakai kemerdekaan itu untuk dosa atau tetap hidup di dalam dosa.”

“Salah kalau berpikir kalau sudah kristen sejak kecil lalu selamat. Jangan berpikir sudah dibaptis pasti selamat, selamat itu pasti, tetapi harus mengerjakan keselamatan itu, tidak otomatis datang.”

Israel dipanggil keluar dari tanah Mesir, tetapi harus jalan dari Mesir ke tanah Perjanjian. Sepanjang perjalanan itu Israel dibentuk untuk taat dan setia. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Tuhan Ada Di Metaverse, Prof. Richardus Eko Indrajit: Metaverse Memperkaya Bukan untuk…

Misioner

Peduli Suku Asmat Papua, Sinode GPI Gelar Pelatihan dan Bakti Sosial

Misioner

Presiden Jokowi Ke GPIB Zebaoth, Pdt. Margie: Kita Mengucap Syukur

Misioner

Dari Ratji Rendakasiang untuk GPIB: Pendeta Itu Harus Sejahtera

Misioner

Pesan Natal 2023 Majelis Sinode GPIB: Natal, Sukacita Besar Di Tahun Politik

Misioner

GEDUNG Baru GPIB Jurang Mangu, “Blessing in Disguise” Berkat Dibalik Pandemi

Misioner

Indeks Kerukunan Umat Beragama Tahun 2021 Masuk Kategori Baik

Misioner

Mengapa Kita Harus Ber-PST, Ini yang Perlu Diketahui