RIYADH, Arcus GPIB – Sejumlah warga asing yang tinggal di Arab Saudi membeberkan bebas merayakan natal. Perayaan hari besar umat Kristen itu bahkan semakin semarak di Saudi di bawah pimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Seperti dilansir CNNIndonesia.com Jumat (24/12) menyebutkan, perayaan Natal sebelumnya di Saudi dirayakan secara diam-diam.
Rubrik Internasional SindoNews.com 23/12 menyebutkan, pohon Natal dan pernak-pernik khas perayaan hari raya agama Kristen kini dijual secara terbuka di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh. Reaksi orang-orang di negara itu beragam melihat perubahan tersebut.
Situs berita IDNTimes.com menyebutkan, sejumlah warga juga sempat terkejut dengan pohon Natal yang mulai dijual secara umum. Hal yang menarik adalah mereka memiliki julukan lain untuk menjual barang tersebut, mulai dari ‘pohon liburan’, ‘pohon musim dingin’, hingga ‘pohon pinus’.
Sebagian menjual pohon asli dan sebagian menjual pohon imitasi. Ada juga toko yang menjual pohon Natal secara terang-terangan dengan harga 3 ribu dolar AS atau sekitar Rp42 juta.
Kendati Arab Saudi merupakan negara yang menaungi dua masjid suci umat Islam dan menganut ideologi yang ultra-konservatif, tetap saja masih ada orang non-muslim yang bermukim di negara ini. Yang pasti mereka tidak tinggal di Mekkah atau Madinah, karena pihak kerajaan masih melarang non-muslim memasuki dua kota suci itu.
Kehadiran non-muslim yang ingin merayakan Hari Kelahiran Isa menjadikan praktik jual-beli aksesoris Natal terjadi ‘di bawah tanah’. Jangankan menjual aksesoris, sebelumnya pihak kerajaan bahkan tidak menjadikan Natal sebagai hari libur nasional, karena merayakan Natal berarti melanggar ideologi wahabi yang menjadi pemahaman umum di Saudi.
“Mereka (polisi yang menegakkan urusan agama) kini hanya melarang Sinterklas,” kata seorang penjual pohon Natal, dikutip dari Wall Street Journal. ***