Home / Misioner

Sabtu, 11 Juni 2022 - 01:55 WIB

Bangun dan Bertobatlah, Kita adalah Umat Allah yang Berharga

Foto Ilustrasi, Dokumen

Foto Ilustrasi, Dokumen

JAKARTA, Arcus GPIB – Jika mengalami pergumulan dan penderitaan karena dosa, maka janganlah hanya duduk berdiam diri dan meratap serta berpangku tangan, bangun dan bertobatlah.

Demikian renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) Sabtu 11 Juni 2022 mengurai Firman Tuhan Yoel 3: 18 dengan tema Tuhan Adalah AllahMu.

Selain bertobat akuilah segala kesalahan di hadapan Allah. Karena TUHAN adalah Allah, dan hiduplah dalam kekudusan dan kebenaranNya.

Allah bukan hanya sebagai “hakim” yang kejam, yang hanya menghukum, tetapi Allah yang Mahakasih, yang memulihkan umat Israel sehingga mereka menjadi umat Allah yang kudus.

Dengan memahami TUHAN adalah Allah Israel, maka sebagai orang percaya diingatkan bahwa kita adalah umat Allah yang berharga. Dalam Keluaran 19:5 dikatakan “…kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri…”

Pernyataan bahwa Aku, TUHAN adalah Allahmu, bukanlah sebuah pernyataan yang sederhana dan dapat diucapkan dengan sembarangan. Namun pernyataan yang memiliki makna sangat dalam bagi bangsa Israel.

Baca juga  Sekjen CCA Chunakara Soal Eklesia Ecumenical, Ketum PGI: Berlayar Di Laut Sama

Kata ‘Allahmu’ menunjukkan hubungan Allah yang sangat erat dan khusus dengan bangsa Israel. TUHAN memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel dan sebagai Allah yang setia memenuhi segala janji-Nya.

Allah Yang Mahakasih, Mahakudus dan Mahakuasa bukan hanya memahami setiap perbuatan yang bangsa Israel lakukan, tetapi juga membarui kehidupan mereka.

Mereka yang dahulu menjalani hidup di luar Allah dan hidup tidak kudus, sekarang dikuduskan dan hidup di dalam Allah.

Laman librarystftws.org/perpus menyebutkan, gerejapun harus bertobat! Mengapa? Yesus yang berakar dalam dan yang menghidupi kebudayaan itu menjadi inspirasi sekaligus alasan bagi gereja untuk tidak bisa tidak berinkarnasi dalam kebudayaan tertentu.

Baca juga  Akibat Tidak Harmonis, Anak Bisa Membenci Orangtuanya

Apakah gereja sungguh berakar dalam kebudayaan, ataukah masih terlampau ideologis oleh karena cenderung berkutat dengan apa yang dibawanya dari luar kebudayaan?

Gereja sibuk dengan urusan bangun pastoran, gedung gereja yang mentereng lalu lupa berakar dan belajar untuk sederhana sebagaimana rumah-rumah adat warga. Gereja tidak bisa menilai kebudayaan tertentu sebagai kafir dan mesti dihilangkan.

Gereja menempatkan diri sebagai yang datang tamu kepada sesuatu yang sudah ada yakni kebudayaan. Itu berarti gereja mengakarkan diri dalam kebudayaan dan bukan menggantikan kebudayaan tertentu itu.

Dengan berakar dalam kebudayaan gereja tampil bukan untuk ‘memaksakan’ injil dalam kebudayaan menyapa dan menghidupkannya. Karena itu gereja mesti bertobat!

Tobat dari triumfalisme yang dangkal dari keangkuhan memvonis kebudayaan sebagai kafir tidak religius serentak mereformasi diri agar berakar sesungguhnya pada kebudayaan. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Penyertaan Allah Selalu Hadir dan Dirasakan Orang Percaya

Misioner

Tips Hidup Sehat Yusuf, Tetap Sayang dan Tidak Dendam Ke Saudaranya

Misioner

Konven dan PST 2023 Sukses, Ini Harapan Vikaris-vikaris Di Mupel Banten

Misioner

Gereja Sering Tidak Mendengarkan Suara Anak-anak Muda Di Gereja

Misioner

Ajaran Sesat, Kita Harus Waspada dan Membangun Kehidupan Iman yang Kuat

Misioner

Menjadi Saluran Berkat, Pnt. Edy Soei Ndoen: GPIB Terus Memperbarui Diri

Misioner

Giat Layan HUT ke-43 PKB (1): Ke Malinau, Jelajah 9,5 Jam Perjalanan

Misioner

Kebangkitan-Nya Menjadi Fakta Tidak Ada Allah seperti Yesus Kristus