Home / Misioner

Jumat, 1 November 2024 - 03:04 WIB

Menjadi Saluran Berkat, Pnt. Edy Soei Ndoen: GPIB Terus Memperbarui Diri

Pnt. Edy Soei Ndoen, S.E Bendahara
Majelis Sinode GPIB: Libatkan Allah...

Pnt. Edy Soei Ndoen, S.E Bendahara Majelis Sinode GPIB: Libatkan Allah...

Di usia GPIB ke-76 tahun ini, kita semua tentu mengaminkan karena Tuhan yang memberkati GPIB hingga GPIB bisa bertahan mencapai usianya 76 ini

JAKARTA, Arcus GPIB – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) akan menjadi gereja yang memberkati. Karena  itu, perlu konsisten dalam panggilan dan pengutusan-Nya, respek terutama kepada Yesus, Tuhan yang telah mengutus.

 Mengatakan itu, Penatua Edy Soei Ndoen, S.E Bendahara Majelis Sinode GPIB dalam program Night Call GPIB, Kamis (31/10/2024) mengurai Firman Tuhan dari Injil Yohanes 6: 11 – 15.

GPIB akan menjadi berkat bagi dunia dan sekitarnya jika segenap warga GPIB  pandai mengucap syukur dengan apa yang ada, dan merasa terpanggil  untuk menggunakan apa yang ada padanya itu untuk menolong orang lain.

”GPIB akan menjadi gereja  yang memberkati dunia disekitarnya ketika Allah dilibatkan dalam seluruh aspek kehidupan GPIB,” tutur Penatua Eddy.

Dengan melibatkan Tuhan, kata Edy, itu menunjukkan diri sebagai gereja yang percaya kepada mujizat-Nya yang akan selalu dinyatakan melalui pelayanan dan kesaksian yang dilakukan.

 ”Di usia GPIB ke-76 tahun ini, kita semua tentu mengaminkan karena Tuhan yang memberkati GPIB hingga GPIB bisa bertahan mencapai usianya 76 ini,” kata Penatua Edy.

Namun patut direnungkan, apakah di usia yang ke-76 tahun ini GPIB telah menjadi gereja yang memberkati banyak orang, atau sebaliknya apakah GPIB masih mencitrakan dirinya sebagai gereja yang tertutup dengan ketidakpeduliannya kepada dunia sekitarnya.

 Yang pasti, kata Penatua Edy, GPIB akan selalu terus memperbarui dirinya dengan tetap berlandaskan Alkitab dalam upayanya untuk selalu dapat beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat.

Baca juga  Makna Panggilan dan Pengutusan, Ini Kata Pdt. Cindy Cecilia Tumbelaka – van Munster

Diakui, selama 76 tahun sudah tentu ada banyak persoalan, ada banyak pergumulan, dan juga ada banyak pekerjaan yang telah dialami dan telah dilakukan bersama-sama.

“Namun patut kita renungkan, apakah di usia yang ke-76 tahun ini GPIB telah menjajdi gereja yang memberkati banyak orang, atau sebaliknya apakah GPIB masih mencitrakan dirinya sebagai gereja yang tertutup dengan ketidakpeduliannya kepada dunia sekitarnya.

Kehadiran Allah akan membuat apa yang mustahil menjadi mungkin. Lima roti dan dua ikan diberkati Allah ternyata dapat mencukupkan kebutuhan 5000 orang laki-laki.

Peristiwa ini, kata Penatua Edy, hendak menegaskan kepada sekarang ini bahwa mujizat akan terjadi ketika Allah dilibatkan dalam kehidupan manusia.

”Ini sebuah catatan penting bagi kita bahwa ketika kita hidup bersama Tuhan maka hidup kita akan selalu dipenuhi dengan kejutan-kejutan dan mujizat dari Allah,” tandas Penatua Edy.

Sebaliknya, katanya, ketika tidak melibatkan Allah dalam hidup ini maka hidup akan berjalan tanpa arah dan panduan. Hidup menjadi hambar.

Sebagai gereja yang diberkati Tuhan, GPIB mempunyai kapasitas untuk menjadi berkat dengan keberadaan 350 jemaat dan 280 pos pelkes dan sejumlah asset yang ada dengan wilayah pelayanan yang luas serta perangkat teologi yang ada akan mendukung GPIB dalam gerak layannya.

”Yakinlah, itu semua akan menopang gerak layan kita,” kata Penatua Edy seraya mengingatkan  bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan GPIB sebagai gereja yang diberkati Tuhan.

Baca juga  Apapun yang Kita Lakukan Mata Tuhan Melihat, yang Baik atau Buruk

Pertama, GPIB dipanggil sebagai gereja untuk terus mengucap syukur. Kedua, GPIB dipanggil untuk terus melibatkan Allah untuk melibatkan Allah diseluruh aspek kehidupan. Yang ketiga, GPIB dipanggil untuk menunjukkan kepeduliannya dan solidaritasnya sama seperti yang Tuhan Yesus lakukan.

”Mari kita belajar kisah Yesus yang memberi makan 5000 orang. Yesus mengambil roti dan ikan lalu mengucap syukur dan membagikannya,” ujar Penatua Edy.

Dengan mengucap syukur Yesus mau mengubah sebuah peristiwa makan roti dan ikan itu bukan lagi sebuah peritiwa yang biasa, bukan peristiwa makan-makan untuk menjadi kenyang melainkan Yesus ingin mengubah peritiwa makan itu menjadi peristiwa iman, sebuah perjamuan iman, dimana didalam perjamuan itu Allah dihadirkan dan dilibatkan.

Pada akhirnya, orang banyak mengimani bahwa Yesus adalah Nabi yang dating dari Tuhan dan membawa pesan Tuhan. Makna yang diambil dari kisah ini bahwa GPIB akan menjadi gereja yang memberkati, konsisten dalam panggilan dan pengutusan terutama kepada Yesus.

Pada kesempatan itu, Penatua Edy juga meminta kepada segenar warga GPIB sebagaimana pesan HUT GPIB ke-76 tetap hidup dalam semangat sunhodos, tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat eksklusif, pada pikiran-pikiran sempit yang hanya berorientasi pada kepentingan sendiri, kepentingan jemaat masing-masing, yang hanya berorientasi pada kepentingan wilayah pelayanan saja.

“Kita diberkati bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk menjadi saluran berkat Allah bagi dunia ini agar semakin banyak orang yang melihat dan menyatakan apresiasinya bahwa Yesus Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang mau peduli dan solider pada setiap manusia,” imbuhnya. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Agar Tidak Terjadi Perpecahan di Jemaat, Ini Pesan Pdt. Maureen Rumeser dari Batam

Misioner

Giat Layan Sukses Rolly Luma Di “Zebaoth Bermazmur”: “Ini Beda”

GPIB Siana

Leaders Meeting Bandung, Sapaan untuk Perubahan

Misioner

HUT 104 Zebaoth, Pdt. Elly Beri Semangat Sapa Jemaat Dalam Bahasa Belanda

Misioner

Manajer Kajian WALHI: Kapitalisme, Krisis Gerejawi dan Krisis Teologi

Misioner

Mupel-Mupel Diminta Mengadakan Pembinaan Pasangan Suami Istri Pendeta GPIB

Misioner

Dr. Theodosius dari Gereja Siria Di India: Kemiskinan Mengancam Perdamaian

Misioner

Departemen Teologi GPIB Mengajak Diskusi Bagaimana Bergereja Disaat Ada Bencana