TANGERANG, Arcus GPIB – Apa makna panggilan gerejawi bagi Pelkat-pelkat di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) dipaparkan tuntas dalam forum Pembinaan Pelkat Pengurus – Pelayan Pelkat dan Komisi di GPIB Jemaat Yudea Tengerang 4 -5 Maret 2023.
Figur pembina dalam kesempatan itu adalah Pendeta Marthen Leiwakabessy, S.Th, Pendeta Manuel E. Raitung S.Si, M,M, Pendeta Drs. Jeffrey Sompotan S.Th dan Pendeta Cindy Cecilia Tumbelaka – van Munster, M.A., M.Th memaparkan meteri secara jelas dan menarik.
Bagaimana memaknai panggilan itu, Narasumber Pendeta Cindy Cecilia Tumbelaka – van Munster yang mengangkat materi “Makna Panggilan dan Pengutusan” mengurainya dengan jelas.
Menurutnya, memaknai panggilan dan pengutusan ditengah budaya digital hendaknya membentuk pengurus Pelkat dan pengurus komisi untuk berinteraksi, berperilaku, berpikir dan berkomunikasi sebagai manusia yang memanfaatkan teknologi digital demi kebaikan dan seluruh ciptaan.
Seperti yang diuraikan dalam materi bina tersebut, memaknai panggilan dan pengutusan di tengah era digital, pengurus Pelkat, Pelayan PA/PT dan Pengurus Komisi ditantang untuk hadir sebagai penggagas dan pembawa perubahan.
Pelkat juga diajak untuk tidak mengisolasi diri dalam menara gading atau meremehkan lingkungan digital sebagai ruang “realitas virtual” atau hiburan semata, melainkan berusaha untuk menginkulturasikan dirinya secara teologis dalam budaya kontemporer.
Bagaimana mendeteksi orang yang dipanggil dan diutus? Pertama, kita perlu membedakan antara calon pelayan/pengurus dan orang Kristen nominal. Yang dimaksud dengan orang Kristen nominal adalah orang-orang yang merupakan warga jemaat namun hanya melibatkan diri nol jam perminggu.
Mereka hanya datang seminggu sekali untuk bergereja. Namun di antara para warga nominal, mungkin ada calon pelayan/pengurus. Sebenarnya mereka ingin melibatkan diri dalam berbagai kegiatan bahkan membantu melayani, namun belum ada yang mengajak mereka dan mereka tidak siap untuk mengambil prakarsa untuk menawarkan diri. Mereka inilah calon pelayan/pengurus yang perlu dibantu.
Kedua, ada orang-orang yang sudah melibatkan diri mengikuti dalam satu atau beberapa kegiatan, namun keterlibatan mereka minimal. Mereka tidak dapat memberikan waktu lebih dari satu hari atau 3 jam seminggu, mungkin karena jenis pekerjaan mereka, anak yang masih kecil, atau ada anggota keluarga lansia yang harus mereka rawat dan tangani terus-menerus. Untuk waktu satu atau dua tahun ini kelompok ini memang tidak mungkin lebih melibatkan diri walaupun keinginan tadi ada. Sebaiknya mereka dapat kita ingat dan tindak lanjuti di tahun yang akan datang.
Ketiga, di antara orang-orang yang melibatkan diri secara minimal seperti diuraikan di atas, mungkin sudah ada di antaranya yang ingin dan mampu membantu kegiatan pelayanan dan menanti ajakan. Karena tidak ada yang mendeteksi mereka dan tidak mengupayakan ajakan, mereka sungkan dan terus-menerus melibatkan diri secara minimal saja.
Bagaimana melibatkan orang untuk dipanggil dan diutus melayani di jemaat?
Pertama, identifikasi di mana mereka berada. Kedua, kenali tingkat di mana mereka berada dan kemudian berikan pembinaan. Ketiga, setelah mereka dikenali, mereka diajak terlibat lebih jauh dengan dibina terlebih dulu.
Pada dasarnya bila seseorang dipanggil melayani di dalam kemajelisan, pelkat dan komisi, ia sedang diberikan berkat Tuhan secara khusus. Ia akan belajar mengenal-Nya sehingga dapat mempercayakan diri pada Tuhan dengan lebih penuh, mengalami kuasa-Nya yang mengawal pelayanan serta kehidupan pribadinya, ia juga puas di dalam Tuhan, ia mengalami damai-Nya dan akhirnya menikmati kehadiran-Nya.
Setiap orang harus bertumbuh. Di sini pendeta dan anggota majelis jemaat harus memberi teladan bagaimana mereka bertumbuh dan bagaimana hambatan-hambatan untuk pertumbuhan tadi merekaatasi. /fsp