Home / Misioner

Rabu, 11 Januari 2023 - 14:29 WIB

Dari Pos Pelkes Sola Fide Pulau Lingka, Natal Bersama Suku Laut

Sampan Suku Laut Kajang menghias perayaan Natal di Pos Pelkes Sola Fide Batam.

Sampan Suku Laut Kajang menghias perayaan Natal di Pos Pelkes Sola Fide Batam.

 

PULAU LINGKA, Arcus GPIB – Merayakan Natal di jemaat-jemaat besar itu sudah biasa, dana banyak, jemaat banyak. Perayaan Natal pun selain di gedung gereja bisa juga menyewa tempat-tempat yang “wah” misalnya di Convention Hall dengan segala fasilitas dan kenyamanan yang ada.

Panggung yang tertata apik dengan lighting dan sound system modern menjadi kenikmatan bagi undangan yang datang, ditambah lagi dalam acara-acara yang berlangsung ada artis-artis ternama menghibur. So pasti sangat menyukakan hati.

Semarak, warga jemaat memenuhi undangan perayaan Natal.

Tapi bagaimana dengan perayaan Natal di Pos-pos Pelkes? Jawabanya, tidak kalah meriah dan khusuk merayakan Natal ditempat-tempat yang jauh dari keramaian.

Merayakan Natal tidak harus dengan Pohon Natal

Perayaan Natal di Pos Pelkes Sola Fide Pulau Lingka Batam, misalnya, yang dilaksanakan pada tanggal 29  Desember 2022 dihadiri sekitar 350 orang yang terdiri dari warga jemaat, Paduan Suara  dan undangan.

Perayaan Natal Pos Pelkes Jemaat GPIB Immanuel Batam ini diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pendeta Ananda S. Pasaribu dilanjutkan dengan acara perayaan yang terdiri dari sambutan-sambutan dan persembahan puji-pujian.

Pendeta Ananda Pasaribu saat menyampaikan renungan Natal.

Dengan sub tema “Bersama kita kembangkan Kreativitas Pelayanan dan Budaya Suku Laut Di Era Digital Saat ini” mengacu pada tema tahunan GPIB yang didekatkan ke masyarakat suku laut dan konteks budaya saat ini yang didominasi oleh pemanfaatan teknologi, maka dekorasi dan rangkaian ibadah juga disesuaikan dengan sub tema yang sudah ditetapkan.

Baca juga  Respek Membuat Amarah Berubah, Pdt. Domidoyo: "Lakukan yang Baik dan Saling Hormat"

“Dalam dekorasi Natal untuk pertama kalinya tanpa ada pohon Natal sebagai bagian dari dekorasi atau sebagai simbol dari perayaan Natal pada umumnya termasuk saat menyambut Natal di setiap Gereja,” kata Ananda Pasaribu kepada Arcus Media Network.

Dekorasi utama dalam rangka Natal kali ini menempatkan sampan Kajang yang dihias sedemikian rupa sebagai pengganti pohon Natal.

Berbagai acara dalam perayaan Natal melibatkan Pelkat-pelkat yang ada,

Sampan Kajang adalah menjadi bagian penting dari kehidupan Masyarakat Suku Laut sebagai prasarana demi kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat suku Laut untuk mencari ikan, tetapi sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal setiap keluarga Suku Laut yang melaut selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan di laut untuk menangkap ikan.

Baru di era tahun 80-an masyarakat Suku Laut sudah mulai menetap di pulau-pulau di wilayah Kepulauan Riau yang dikenal dengan daerah seribu pulau, dan karena sudah menetap kemudian terpikirkan untuk membangun tempat Ibadah atau Gereja. Ini merupakan bagian dari perkembangan masyarakat suku Laut.

Warga jemaat di Pos Sola Fide saat mendengarkan Renungan Natal.

Renungan Natal diawali dengan drama tentang kehidupan dan budaya masyarakat suku Laut, khususnya kehidupan para pemuda-dan pemudi yang sudah mulai meninggalkan tradisi atau kebiasaan anak-anak suku laut, karena perkembangan teknologi digital.

Baca juga  Chris Kanter Di Leaders Meeting Bali, Dari Sistem Big Data Hingga Pendeta Robotik

Akses internet dapat dengan mudah dijangkau sehingga dapat mengubah gaya hidup, baik itu ke arah negatif maupun positif. Maka diarahkan melalui drama supaya perkembangan teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk pelayanan secara kreatif.

Renungan yang dilayankan berdasarkan Mat 2:12, pertama-tama mau memotret bagaimana kehidupan masyarakat suku Laut yang mengalami perkembangan meski berada di pulau-pulau atau jauh dari keramaian dan kota besar.

Paduan Suara menyemarakkan Natal

Melalui moment Natal ini masyarakat suku laut diajak untuk memaknai kehidupannya sebagaimana para Majus yang berangkat dari negerinya ke tempat yang jauh dengan menghadapi banyak sekali tantangan termasuk Herodes sebagai penguasa pada waktu itu, demi bertemu bayi Sang Mesias.

Belajar dari orang Majus, bagaimana akal budi yang dikaruniakan Tuhan digunakan semaksimal mungkin untuk mencari, menemukan serta memuliakan-Nya.

“Demikian juga bagi kita diharapkan dengan segala perkembangan sampai saat ini juga digunakan untuk dapat menemukan-Nya dalam hidup dan memuliakan-Nya.”

Rangkain acara demi acara menambah kekhusukan dan semarak jalannya perayaan Natal.

Ada ajakan untuk merintis jalan-jalan baru setelah perjumpaan dengan Yesus dalam Natal, yaitu kehidupan yang baru dan diperbarui dan dalam perjumpaan dan hidup dalam pembaruan memang diperhadapkan pada tantangan dan upaya-upaya menghambat, sebagaimana yang dilakukan oleh Herodes.

Orang percaya harus siap dalam menghadapi setiap tantangan dan hambatan, Namun jangan pernah menyerah karena selalu disediakan cara dan jalan-jalan baru. ***

Share :

Baca Juga

Misioner

Keren, RS PGI Cikini Ganti Nama Menjadi Primaya Hospital PGI Cikini

Misioner

Kisah Panjang Perjuangan GPIB Jurang Mangu Mendapatkan Izin Gereja

Misioner

Lawatan Paus, Dua Pendeta GPIB Hadir Di Festival Toleransi

Misioner

Utus Sambut di GPIB Yahya Jakarta, Pdt. Rumambi : Menjadi Arak-arakan yang Jelas Arahnya

Misioner

Di Sungai Segah, Sekretaris II MS GPIB Ivan G. Lantu: Rawat dan Jaga Persekutuan

Misioner

Ayo Creative Thinking, Pdt. Jeniffer Pelupessy: “Jangan Anggap Enteng Ide yang Muncul

Misioner

Booster GPIB Paulus Dikunjungi Amir Syamsuddin Ex. Menkumham Hingga Tukang Sapu Jalanan

Misioner

Godaan Menggiurkan Kena OTT, Pdt. Sealthiel Izaak: Menyedihkan