Home / Misioner

Senin, 24 Februari 2025 - 10:05 WIB

GPI Capai Usia 420 Tahun, Gereja Diminta Wujudkan Kesejahteraan

Foto ilustrasi, Pendeta-pendeta GPIB di Jemaat

Foto ilustrasi, Pendeta-pendeta GPIB di Jemaat "Ezra" Tiangwangkang dalam sebuah acara. /Foto: Dok, Frans, Arcus GPIB.

JAKARTA, Arcus GPIB – Gereja Protestan di Indonesia (GPI) pada tanggal 27 Februari 2025 akan memasuki usia yang ke-420 tahun. Sebagaimana diketahui GPI lahir pada 27 Februari 1605 kini memiliki Sinode Gereja Bagian Mandiri (GBM) sebanyak 12 GBM.

Majelis Sinode GPIB dalam Edarannya tertanggal 20 Februari 2025 yang ditandatangani Ketua Umum MS GPIB Pendeta Drs. P.K. Rumambi, M.Si dan Sekretaris Umum Pendeta Elly D. Pitoy – de Bell, S.Th melansir apa yang disampaikan Pendeta Dr. Alexander Rondonuwu, M.Th.

Menurut Pendeta Alexander Rondonuwu dalam merayakan HUT ke-420 GPI antara lain untuk fokus pada pokok-pokok renungan atau khotbah Gereja dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat. Melalui nabi Yermia, Allah memerintahkan umat Israel yang sedang berada dalam pembuangan di negeri Babylonia agar mereka tetap mengusahakan kesejahteraan bagi mereka sendiri dan bagi negeri Babylonia, dengan cara bekerja dan membangun rumah, menanam kebun dan berkeluarga.

Baca juga  Keresahan Pdt. Agus Mayanto: "Tidak Mudah Menjadi Gereja untuk Gen Z"

Gereja dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat dengan mengusahakan kesejahteraan bagi warganya dan masyarakat di mana gereja itu hadir dan melayani. Demikianpun dengan GPI yang Tuhan hadirkan di dunia ini, khususnya di Indonesia, dipanggil dan diutus untuk menghadirkan kesejahteraan bagi warga gereja, masyarakat dan bangsa.

Kini, kata Pendeta Alexander,  bagaimana sebagai gereja dapat berkontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan di berbagai bidang kehidupan di pemerintahan baru menuju Indonesia Emas, tahun 2045.

Baca juga  Ketua Satgas Covid19 Tommy Masinambow: Tetap Prokes, Jangan Euforia

Gereja dipanggil dan diutus untuk menghadirkan perdamaian. Melalui nabi Yermia, Allah berjanji untuk memulihkan umat-Nya setelah masa pembuangan. Allah telah merancangkan masa depan yang baik, yaitu damai sejahtera. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan budaya.

Menurutnya, hidup dalam keberagaman dan perbedaan ini penuh dengan tantangan. Berpotensi untuk munculnya, gesekan-gesekan konflik, intoleransi dan kekerasan. Dalam konteks yang seperti ini, Gereja dipanggil dan diutus untuk menghadirkan perdamaian. Gereja hadir untuk menjadi agen atau jembatan perdamain di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Indeks Kerukunan Terukur, Pdt Manuel E. Raitung M.Si, MM: Dapat Dua Award Dari Kementerian Agama

GPIB Siana

Hidup Bukan Sekadar Hidup, Jadilah Berarti untuk Sesama

Misioner

37 Tahun Melayani, Pdt. Gomar Gultom Masuki Masa Emiritasi

Misioner

Pesan PGI: Jangan Terjebak Pada Janji-janji Manis

Misioner

Pdt. Jimmy Immanuel: Perbudakan Masa Kini Candu Harta, Kehebatan Diri dan Hedonisme

Misioner

Wow,…Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang, Wakil Asia dalam Presidium WCC

Misioner

Dari Charity Golf PKP, Cindy Tumilaar: Wow, Tahun Depan Boleh Juga

Misioner

Ya Ampun, Sesama Perempuan Menikah Di Cianjur, KUA Tak Terlibat