JAKARTA, Arcus GPIB – Gereja Protestan di Indonesia (GPI) pada tanggal 27 Februari 2025 akan memasuki usia yang ke-420 tahun. Sebagaimana diketahui GPI lahir pada 27 Februari 1605 kini memiliki Sinode Gereja Bagian Mandiri (GBM) sebanyak 12 GBM.
Majelis Sinode GPIB dalam Edarannya tertanggal 20 Februari 2025 yang ditandatangani Ketua Umum MS GPIB Pendeta Drs. P.K. Rumambi, M.Si dan Sekretaris Umum Pendeta Elly D. Pitoy – de Bell, S.Th melansir apa yang disampaikan Pendeta Dr. Alexander Rondonuwu, M.Th.
Menurut Pendeta Alexander Rondonuwu dalam merayakan HUT ke-420 GPI antara lain untuk fokus pada pokok-pokok renungan atau khotbah Gereja dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat. Melalui nabi Yermia, Allah memerintahkan umat Israel yang sedang berada dalam pembuangan di negeri Babylonia agar mereka tetap mengusahakan kesejahteraan bagi mereka sendiri dan bagi negeri Babylonia, dengan cara bekerja dan membangun rumah, menanam kebun dan berkeluarga.
Gereja dipanggil dan diutus untuk menjadi berkat dengan mengusahakan kesejahteraan bagi warganya dan masyarakat di mana gereja itu hadir dan melayani. Demikianpun dengan GPI yang Tuhan hadirkan di dunia ini, khususnya di Indonesia, dipanggil dan diutus untuk menghadirkan kesejahteraan bagi warga gereja, masyarakat dan bangsa.
Kini, kata Pendeta Alexander, bagaimana sebagai gereja dapat berkontribusi dalam mewujudkan kesejahteraan di berbagai bidang kehidupan di pemerintahan baru menuju Indonesia Emas, tahun 2045.
Gereja dipanggil dan diutus untuk menghadirkan perdamaian. Melalui nabi Yermia, Allah berjanji untuk memulihkan umat-Nya setelah masa pembuangan. Allah telah merancangkan masa depan yang baik, yaitu damai sejahtera. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, ras, agama dan budaya.
Menurutnya, hidup dalam keberagaman dan perbedaan ini penuh dengan tantangan. Berpotensi untuk munculnya, gesekan-gesekan konflik, intoleransi dan kekerasan. Dalam konteks yang seperti ini, Gereja dipanggil dan diutus untuk menghadirkan perdamaian. Gereja hadir untuk menjadi agen atau jembatan perdamain di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. /fsp