JAKARTA, Arcus GPIB – Ibadah Hari Minggu V Sesudah Paskah 28 April 2024 di GPIB menyampaikan pesan-pesan Kemahakuasaan Sang Pemilik Kebun Anggur terhadap pekerja-pekerja-Nya yang dianggap tidak adil karena memberikan upah yang sama, satu dinar, walau berbeda jam kerja.
Pendeta Mathilda P. Wattimena mengatakan, jangan iri hati, Tuhan tidak pernah salah memberkati orang. Jadi, katanya, fokuslah dengan keyakinan dan pengharapan.
“Mari kita kerjakan yang menjadi bagian kita dan selebihnya biar Tuhan yang kerjakan dan fokuslah dengan keyakinan dan pengharapan. Berkat-Nya selalu ada menjadi bagian kita dan tidak pernah akan tertukar, jangan pernah iri hati,” kata Pendeta Mathilda saat melayani di ibadah Minggu di GPIB Jemaat Maranatha Bandung 28 April 2024.
Dikatakan, jangan susah melihat orang senang atau senang melihat orang susah. Yang pasti Tuhan membekati masing-masing orang dengan yang Dia sudah sediakan.

Anak-anak menaikkan pujian di IHM GPIB Maranatha Bandung
Dalam renungannya, Pendeta Mathilda meminta kepada warga jemaat untuk tidak mengukur kepentigan diri terhadap kepentingan orang lain dan jangan pakai kebiasaan diri kepada orang lain.
“Jangan menilai atau mengukur orang lain menurut ukuran diri sendiri. Ada kalimat: Baju yang biasa kau pakai jangan sematkan pada saya, sederhananya lagi kebiasaanmu bukan kebiasaanku,” kata Pendeta Mathilda.
Mengurai Firman Tuhan dari Matius 20: 1-4, ia juga meminta warga jemaat untuk tidak merasa lebih penting, lebih hebat dari orang lain sebagaimana di Yohanes 15: 16, 17.

Pdt. Wiwik K. Kembuan, di GPIB Immanuel Medan
Dari Medan, Pendeta Wiwik K. Kembuan dalam renungannya berharap warga jemaat untuk tidak cemburu terhadap kasih Allah yang diberlakukan Tuhan kepada orang lain.
“Jangan cemburu kepada kasih Allah kepada orang lain. Tuhan punya otoritas, Dia melihat setiap pribadi yang Dia mau kasihi, mau tolong, Dia punya kehendak bebas. Dan Dia mau menolong dengan cara yang kreatif. Tuhan punya cara menolong setiap kita juga,” kata Pendeta Wiwik ketika melayani di ibadah Minggu di GPIB Immanuel Medan.
Dikatakan, seseorang yang tidak menyukai kasih karunia Allah atau kebaikan Allah bagi orang lain, dia adalah orang yang dipandang jahat. Allah selalu punya cara dan bebas untuk menunjukkan kasih-Nya kepada mereka yang membutuhkan-Nya.

Kesaksian Pujian Anak-anak di IHM GPIB Immanuel Medan.
“Ketika kita memiliki beban berat, sebagai anak-anak Tuhan jangan manaruh harap kepada kuasa dunia, tetapi selalu menaruh harap pada pertolongan Allah. Orang Jawa bilang: Gusti mboten sare, Tuhan tidak tidur, Tuhan melihat semua pribadi dengan setiapkebutuhannya, dan setiap pergumulan.”
“Ketika kita angkat tangan, Dia turun tangan menolong dengan cara-Nya. Oleh sebab itu apapun yang menjadi pergumulan dan masalah kita diajak untuk terus menaruh harap pada pertolongan Tuhan.”
“Tidak terkecuali bagaimana keprihatinan terjadi di bumi yang kita huni. Bumi sudah tua, banyak bencana disana sini, kepada siapa kita berteriak, kepada siapa kita meminta pertolongan, lihat kepada Allah sang pemilik kebun anggur.”

Pnt. Lusi Simanjuntak-Lubis di GPIB Maranatha Pangkalpinang
Dari GPIB Maranatha Pangkalpinang, Penatua Lusi Simanjuntak-Lubis menceritakan pengorbanan Allah menyelamatkan manusia karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia.
“Kemurahan hati Allah tidak terselami oleh hati kita. Dia menawarkan keselamatan, kerajaan sorga, hidup yang kekal melalui pengorbanan Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya yang kita tidak pantas menerima-Nya,” tutur Penatua Lusi dalam renungannya di jemaat GPIB Maranatha Pangkalpinang.
Mengutip teks FirmanTuhan, Penatua Lusi mengatakan: Kesalehan manusia seperti kain kotor di mata Allah. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatan oleh iman. Itu bukan hasil usahamu tapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada yang memegahkan diri. /fsp