ArcusGPIB.com – Kemampuannya berinteraksi tak diragukan lagi. Jam terbang diranah pelayanan sebagai hamba Tuhan cukup lama. Tidak hanya sekadar menata layan di dalam gerejanya, sepak terjangnya di area sosial kemasyarakatan mencatat posisi prestise. Kini Wakil Sekretaris di FKUB Provinsi DKI Jakarta dijabatnya
Ia adalah Pdt Manuel E. Raintung, S.Si, MM, Ketua Majelis Jemaat GPIB Kharis, Jakarta Timur. Karena memiliki relasi yang bagus, GPIB Kharis bisa memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) saat ditanganinya. Padahal sebelumnya selama 27 tahun gereja ini terkatung-katung tidak memiliki IMB.
“Kuncinya, jalin relasi yng baik dimanapun berada dari tingkat paling bawah RT, RW dan Lurah. Saya selalu menjadikan RW itu sahabat,” kata Mantan KMJ Horeb Jakarta Timur ini dalam tayangan youtube RPK FM, bersama Fungsionaris Ketua IV/V Majelis Sinode GPIB Pnt Drs. Adrie P.H. Nelwan, Ketua Majelis Jemaat GPIB Nazareth Jaktim Pdt Henry B. Jacob S.Th dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Penabur Jaktim Pdt Erick E. Hetharia, M.Th.
Menurutnya, relasi dengan pemerintah setempat harus menjadi hal yang rutin, jangan hanya kalau ada kepentingan. Kehadiran gereja di tengah masyarakat penting sekali dan dibutuhkan.
“Kadang kala gereja baru hadir atau mau berurusan dengan masyarakat kalau ada perlunya,” tandas pria kelahiran Balikpapan Kaltim ini.
Tidak hanya sekadar berelasi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal atau gerejanya, ternyata sososk yang pernah studi pendeta di Sekolah Tinggi Teologia Jakarta sudah cukup lama terlibat dalam kepengurusan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
“Saya 12 tahun di FKUB DKI Jakarta,” tuturnya. Kemampuan berkomunikasi yang baik inilah bisa jadi inilah yang membuatnya punya hubungan yang baik dengan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.
Bagi Pdt Manuel Raintung, menjalin kekerabatan dengan siapapun menjadi kunci dalam pergauluan di tengah masyarakat dengan aneka latar belakang. Semua elemen masyarakat harus menjadi perhatian agar tercipta relasi yang baik.
“Kalau saya, Gubernur saja saya temani,” ujarnya sembari mengajak warga gereja untuk inklusif, tidak memisahkan diri dengan masyarakat sekitar. Tembok gereja tidak boleh menjadi pemisah dengan masyarakat. Tembok gereja tembus pandang, sehingga orang bisa melihat sesungguhnya kedamaian terjadi di gereja dan menjadi berkat. /fsp