JAKARTA, Arcus GPIB – “Kehadiran GPIB harus sudah siap sedia dan bahkan harus dirasakan kehadirannya di masyarakat. Dalam tatanan GPIB sejak tahun 2006 menjadi gereja yang misioner maka dia harus hadir di tengah-tengah dan bersama-sama masyarakat,” kata Pdt. Manuel E. Raintung, Ketua II Majelis Sinode GPIB dalam podcast Majalah Narwastu, beberapa waktu lalu.
Dalam perbincangan itu, Pdt. Raintung juga menceritakan kehadiran GPIB yang menjadi salah satu pendiri Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) atau dulunya Dewan Gereja Indonesia (DGI) bersama gereja-gereja lainnya dan perannya saat ini di masa pandemi hingga sekarang.
“Peran GPIB cukup banyak, khusus di gerakan oikoumene. Salah satunya GPIB ikut serta dalam penanggulangan pandemi. Kami mempunyai crisis center dari tingkat sinodal dan hingga jemaat-jemaat. Kami ada di 26 provinsi di Indonesia, bahkan upaya membantu pemerintah dalam vaksinasi bagi masyarakat yang dilakukan hingga tingkat-tingkat jemaat,” ujarnya.
Disampaikan, proses vaksinasi itu bukan hanya ditujukan bagi warga gereja tapi masyarakat secara umum. Jadi usaha GPIB dalam penanggulangan Covid cukup banyak. Hal lain yang dilakukan menyediakan tempat-tempat untuk isolasi mandiri. Mes-mes yang dipunyai GPIB dibuka untuk menerima pasien untuk isolasi mandiri bahkan gedung-gedung gereja yang mempunytai tempat agak besar dibuka untuk memfasilitasi isolasi mandiri dan itu menjadi panggilan.
Peran GPIB di lingkup PGI dalam 10 tahun ini menurut Pdt. Manuel tidak seluruhnya memiliki kesempatan memimpin yang diperankan presbiter GPIB. “Kami sementara ini mendata supaya bisa mengukur tingkat partisipasi presbiter GPIB dalam gerakan oikoumene. Presbiter itu adalah Penatua, Diaken dan Pendeta.
“Saat dulu saya menjabat sebagai salah satu pimpinan kisaran tahun 2005-2010 hampir banyak warga GPIB berpartisipasi dalam PGI Wilayah. Namun saat ini banyak yang tidak terlibat karena konsentrasi pelayanan ke dalam,” kata Pdt. Manuel.
Dalam gerakan oikoumene, tambahnya, gerakannya tidak hanya lingkup internal lingkungan gereja tapi juga dengan lintas iman.
“Gerakan ini juga gerakan tak hanya antar gereja dan antar agama tapi juga antar alam. Ini dalam bidang marturia atau bidang kesaksian dan keutuhan ciptaan, kalau di PGI disebut KKC,” tutur Pdt. Manuel.
Semestinya tidak hanya berjejaring antara gereja tapi antar agama-agama. Meski ini tidak lazim dilakukan pendeta tapi harus dilakukan dan inilah jawaban dari persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Harus dilakukan dengan relasi pertemanan dan persahabatan.
“Jadi saya hadir di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai Wakil Sekretaris menjadi bagian dari gerakan oikoumene,” imbuhnya. /lip