JEMBER, Arcus GPIB – Komitmennya menghantar kaum muda diera digital menjadi orang-orang yang berkualitas sangat terlihat.
Dari materi “Anak Muda sebagai Agen Transformasi Sosial” yang disampaikannya dalam event Tanoker di Jember yang digelar Dept. GERMASA, Jumat (22/11/2024) Ketua Dept. GERMASA Penatua Alex Mandalika banyak menekankan agar anak-anak muda memiliki ber karakter dan mau menempatkan moral dan etika yang baik dalam keseharian.
Ia mencontohkan dalam era digital ini, keluarga-keluarga satu dengan yang lain seakan terjauhkan oleh karena pengaruh kuat digitalisasi.
”Sama-sama duduk di meja makan, tapi satu dengan lainnya tidak saling bertegur sapa, sibuk dengan gadget di tangan,” tandas Penatua Alex.
Pria penyandang Bintang Dua semasa menjabat di Kepolisian Negara ini saat membawakan materi juga menyentuh soal-soal kemanusiaan yang terjadi di Jakarta saat-saat demo menumbangkan rezim yang pernah berkuasa di Indonesia.
”Saat saya punya komitmen hidup, saya tidak akan terpengaruh dengan situasi, saya harus tampil,” tuturnya mengisahkan bagaimana situasi tragedi kekrusahan Mei 1998.
Ia juga meminta agar anak-anak muda mau tampil beda ditengah pergaulan membawa misi perubahan.
”Bapak-ibu adik-adik pemuda, sebagai agen perubahan, sebagai pemuda harus beda dari yang lain, tanpa itu tidak mungkin. Kalau hanya hadir dengan situasi biasa untuk apa?” tandasnya.
Sosok yang penah menjabat Wakapolda Sulut dan punya spesialisasi Reserse ini, harus tampil unggul. ”Apakah mau hanya menjadi ayam sayur,” ujar Penatua Alex seraya berpesan jangan hanya berada di zona nyaman.
Sebelumnya, Pendeta Boydo Hutagalung, narasumber dalam kesempatan itu mengajak peserta Event Tanoker tidak membatasi diri sekadar bertoleransi.
Sikap toleransi dalam pergaulan di masyarakat sepertinya tidak cukup. Sebaiknya tidak hanya sekadar toleransi perlu lebih dari itu.
”Kita perlu melampaui sikap toleransi dan moderasi, yaitu kemauan berdialog lintas iman aktif melakukan dialog lintas iman, karena dengan dialog banyak prasangka dapat diklarifikasi, perselisihan dapat didamaikan, hal-hal baik dipelajari, dan banyak tantangan dapat diatasi bersama,” ujar Pendeta Boydo.
Menurutnya, dalam penegakan toleransi selalu ada tantangan. Tantangan berupa kelompok yang bersikap intoleran, hingga berlaku ekstrem dan terorisme. Hal ini dapat disebabkan oleh aspek psikologis, lingkungan sosial, maupun ideologis. /fsp