LAMPUNG UTARA, Arcus GPIB – Gereja harus bersahabat dengan alam. Makhluk hidup harus dapat merawat hidup dan kehidupan. Ini perlu karena kenyataannya telah terjadi pergeseran nilai terhadap alam ciptaan Tuhan.
Mengatakan itu Pendeta Manuel Raintung S.Si, M.M, Ketua II Majelis Sinode dalam sesi bina Departemen Germasa di GPIB Petra Kota Bumi, Lampung Utara Jumat (02/06/2023).
“Kerusakan alam semakin meningkat. Suhu panas terasa dimana-mana, termasuk di daerah yang seharusnya dingin, Perubahan ekstrim sedang terjadi,” tandas Raintung.
Dikatakan, kegagalan produksi pangan yang terjadi akibat krisis ekologi yang bedampak kepada krisis lingkungan. Untuk itu, sosialisasi harus terus dilalukan. “Mupel Lampung menjadi model gereja ramah lingkungan,” harap Raintung.
Ketua Mejelis Jemaat GPIB Jatipon Bekasi, Pendeta Samuel Karinda telah melakukan cara-cara gereja ramah lingkungan. Gereja perlu memiliki ruangan alternatif, penampungan dan pemanfaatan air hujan, pengelolaan sampah termasuk advokasi lingkungan hidup.
Narabina Ir. Lamris Sitompul dalam kesempatan itu membawakan materi “Merawat Bumi Merawat Masa Depan” berharap masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup salah satunya menghentikan exploitasi hutan dan pertambangan yang tidak terkendali.
“Penyebab kerusakan hutan di Indonesia, pembakaran hutan baik sengaja atau tidak sengaja yang berkibat mengganggu penerbangan dan dikomplain oleh Singapura,” tutur Sitompul.
Dikatakan, akibat kekrusahakan lingkungan yang terus terjadi dapat dipastikandalam waktu dekat akan terjadi musim kemarau ekstrim. Jadi, katanya, lingkungan hidup harus dijaga dengan baik, karena kalau tidak dijaga malapetaka yang akan dialami.
“Dampak perubahan iklim sangat luas, sangat membahayakan kita semua. Hentikan konversi hutan dan lakukan penanaman pohon,” kata Sitompul. /fsp