JAKARTA, Arcus GPIB – Ketua II Majelis Sinode GPIB Pdt. Manuel E. Raintung, S.Si. MM berharap pendeta-pendeta yang punya latar belakang Islamologi sebaiknya benar-benar hadir dan berperan di kantong-kantong Islam antara lain di Aceh, Padang, dan daerah-daerah Tapal Kuda Jawa Timur.
“Kita punya, GPIB ini memiliki 13 orang pendeta Strata-2 dari Universitas Sunan Kalijaga yang harus dimaksimalkan untuk bersinergi dengan masyarakat membangun kerukunan di Aceh, Padang, dan daerah-daerah Tapal Kuda Jawa Timur,” ungkap Ketua II Pdt. Manuel Raintung di sela-sela acara Persidangan Sinode Tahunan (PST) 2022 di studio arcusgpib.com di Hotel Aryaduta Jakarta.
Warga GPIB harus memiliki kepemimpinan misioner. Sekalipun dia seorang sarjana teologi, atau mungkin strata-2 teologi juga harus membangun semangat bersinergi untuk berelasi dengan yang lain. Spirit ini yang harus dikembangkan, spirit intergenerasional.
Menurut Pdt. Manuel yang akrab disapa Pdt. Noel ini, kepemimpinan misioner adalah kepemimpinan yang menjangkau semua. Kepemimpinan misioner tidak hanya trampil pada manajaerial tapi bisa membangun relasi yang diperlukan.
“Kepemimpinan misioner itu bisa berelasi dengan siapa saja dan kapan saja,” imbuh lelaki yang juga Wakil Sekretaris FKUB DKI Jakarta ini yang menyayangkan penempatan pendeta-pendeta yang punya latar belakang pendidikan Islam tapi ditempatkan di daerah yang tidak tepat sesuai keilmuannya. Dikatakan, pelayanan intergenerasional itu adalah relasi dengan semua untuk menjangkau semua orang.
“Kadangkala kita terjebak dengan ego sektoral, kita tidak mau menjangkau menyeluruh tapi yang menjadi interes kita saja, apalagi dalam lintasan agama,” tuturnya seraya memberikan solusi ketika terjadi konflik.
Resolusi konflik, katanya, dikembangkan dengan moderasi beragama. Tren sekarang Bagaimana pikiran-pikiran bisa mengarah kepada semangat kebangsaan dengan perilaku-perilaku berorintasi semangat kebangsaan. Selama ini, kata Pdt. Noel, GPIB masih berada dalam situasi eksklusif dan belum terbuka baik.
“GPIB belum terbuka banget, kita baru punya program kerjasama dengan UIN Sunankalijaga dua tahun belakangan ini. Ini baru tercetus, di disain. Majelis sebelumnya, MS-20 baru tercetus,” ungkapnya.
“Saya dapat tawaran dari Pdt. Abraham Silo Wilar, salah satu Sekretaris World Council of Churches (WCC), Dewan se-Gereja Dunia, dari beberapa negara untuk go international, tantangannya lebih besar lagi untuk membangun jaringan interfaith dalam lingkup internasional,” lanjut Pdt. Noel. Dikatakan, program gereja se dunia banyak. Namun GPIB belum siap.
Tahun depan itu, katanya, tahun Germasa, 2023-2024, dalam konteks politik karena menjelang pemiihan umum dan pemilihan kepada daerah dan pemilihan legislatif. Karena itu program 2023-2024 mengarah ke tahun Germasa. /fsp