JAKARTA, Arcus GPIB – Kepada Staf Angkaan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M dalam kunjungannya ke GPIB Immanuel Jakarta Selasa (31/5) meminta semua agama untuk terus menebar kebaikan-kebaikan dalam melaksanakan agama.
“Karena dengan kebaikan-kebaikan itu maka penyebaran-penyebaran agama Islam maupun Nasrani itu dengan mudah berkembang di negara kita,” ungkap KSAD Dudung Abdurachman yang diterima oleh Ketua Mejelis Sinode Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si dan jajarannya serta Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Pdt. Abraham Ruben Persang, M.Th beserta PHMJ setempat.

Ketua Majelis Sinode Pdt. Drs. Paulus K. Rumambi, M.Si didampingi Sekum Pdt. Elly Pitoy De Bell, S.Th saling berbagi plakat dengan KSAD Jend. TNI Dudung Abdurachman.
Dalam kesempatan itu, Jenderal Dudung yang diterima di ruang pastori Immanuel mengajak untuk terus merawat dan menjaga perbedaan-perbedaan dan jangan merasa paling benar sendiri.

Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel Pdt. Abraham Ruben Persang, M.Th menyampaikan sambutan
“Saya sampaikan bahwa kedepan kita tetap harus dengan perbedaan-perbedaan dengan perlu dijaga. Tidak kemudian kita merasa paling sempurna sendiri, orang lain kemudian salah tapi justru kita merasa Bersatu,” tutur pria kelahiran Bandung peraih Bintang Kartika Eka Paksi Nararya ini.
Dikatakan, menjaga perbedaan-perbedaan, gotong royong, merasa senasib sepenanggungan adalah budaya bangsa karena ada rasa kebersamaan, terjajah yang sebelumnya pernah dialami bangsa ini.
“Kita merasa terjajah sekian lama, kemudian kita bangkit idealisme, kita bangkit nasionalisme maka disitulah kita juga akhirnya kita bangkit menjadi negara merdeka,” kata Jenderal Dudung.
Kemerdekaan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi dengan perbedaan itulah negara ini bisa merdeka. Dengan perbedaan-perbedaan ini maka muncullah yang dinamakan Pancasila dan negara mengakui bahwa agama yang disyahkan adalah 6 agama.
“Pancasila itu digali dari budaya-budaya bangsa Indonesia. Oleh karenanya harapan saya dari pihak gereja maupun TNI Angkatan Darat kita bahu membahu untuk menangkal kemungkinan-kemungkinan ancaman yang mungkin timbul,” kata Jenderal Dudung
Menurutnya, bangsa ini sudah terbiasa menghadapi ancaman-ancaman dari luar tinggal bagaimana mengantisipasi ancaman-anacaman dari dalam. Untuk itu, katanya, harus bersatu sama-sama menghadapi ancaman-ancaman.
Dulu saja bangsa ini dihadapkan pada G30S PKI, Permesta, DITII yang mengadu domba sehingga terjadi konflik komunalistik, padalah saat itu belum ada media sosial, tapi begitu cepatnya, begitu mudahnya yang akhirnya terjadi pertumpahan darah.
“Di negara Timur Tengah, hanya ada satu daratan, Irak, Iran, Libya, Mesir, Afganistan, Syria, Satu daratan saja porakporanda, bagaimana kita yang 17 ribu pulau. Nah, kalau kita tidak punya Pancasila, kalau kita cermat mengntisipasi setiap perkembangan maka ini sangat rentan,” tutur Jenderal Dudung mengingatkan.
Indonesia ini rentan terjadinya konflik komunalistik. Zaman ini zaman dimana kebohongan secara terus menerus akan menjadi kebenaran, apalagi kalau yang menyampaikan adalah tokoh agama. Untuk itulah, kata Jenderal Dudung, perlunya kerja sama merawat dan menjaga perbedaan.
“Inilah yang harus kita jaga. TNI Angkatan Darat beserta GPIB ini harus betul-betul saling bahu membahu untuk menangkal segala kemungkinan ancaman jangan sampai kita seperti Syria, kita seperti Lybia, seperti Yaman akhirnya anak cucu kita yang menjadi korban,” tandas lelaki pemilik Brevet Junior Officer Combat Instructor Course ini mengundang Fungsionaris Majelis Sinode GPIB bertandang ke MABESAD.
“Saya rasa, saya yakin tidak serta merta kita hanya disini saja kita silaturahmi, dengan tangan terbuka kami mengundang Bapak ibu ke MABESAD,” kata Jenderal Dudung yang akan menjamu dengan suasana-suasana yang berbeda.
“Kita nanti makan bersama, nyanyi bersama dan sebagainya sehingga hubungan itu tidak terlalu formil. Kapan saja bapak bisa memberikan masukan-masukan kepada kita,” imbuh Jenderal Dudung. /fsp/foto-foto: Dennis