Kekerasan masih terjadi dimana-mana, bencana alam susul menyusul, krisis ekonomi yang tak kunjung usai, jurang antara si miskin dan si kaya semakin melebar.
JAKARTA, Arcus GPIB – Memasuki tahun 2025, Ketua I MS GPIB Pendeta Marthan Leiwakabessy menyatakan syukurnya bisa melewati tahun 2024 dan masuk tahun 2025.
“Tidak ada yang lebih melegakan, tidak ada sesuatu yang membuat kita merasa bersyukur selain kenyataan bahwa segarnya nafas pada saat kita melewati banyak rintangan hidup di tahun 2024,” kata Pendeta Marthen dalam program Morning Call GPIB, Rabu (01/01/2025).
Bagi Pendeta Marthen, tahun 2024 banyak hal-hal kelam yang dirasakan, dari bencana alam, kekerasan hingga krisis ekonomi yang belum usai.
“Kekerasan masih terjadi dimana-mana, bencana alam susul menyusul di dunia yang kita hadapi, krisis ekonomi yang tak kunjung usai, jurang antara si miskin dan si kaya semakin melebar,” kata Pendeta Marthen mengurai Firman Tuhan Roma 14: 17 – 19.
Selain itu, katanya, ketidakpastian hukum masih menjadi persoalan. Hukum tidak berpihak kepada yang benar, keadilan tidak berpihak kepada yang lemah. “Ini potret suram negeri ini, semua itu bisa membuat kuatir untuk melangkah di tahun 2025,” tuturnya.
Didepan membentang kehidupan baru, bisa jadi tantangan disana tidak menjadi lebih kecil, rintangan tidak semakin ringan, tanggung jawab akan semakin sedikit.
”Nasihat Rasul Paulus kita harus hidup dengan Iman, hidup dalam janji-janji penyertaan Tuhan, karena orang beriman akan hidup oleh Iman, berpegang pada janji pemeliharaan dan janji penyertaan Tuhan,” tandas Pendeta Marthen.
Juga, katanya, jangan membutakan diri terhadap kesulitan dan tantangan yang dihadapi. Tapi percaya kalau Tuhan sudah menyertai. Jangan takut dengan rintangan yang akan dihadapi dalam dunia yang belum pasti ini.
Bagaimana menikmati tahun 2025, Pendeta Marthen meminta untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah agar Damai Sejahtera bisa melingkupi setiap orang percaya.
”Untuk menikmati Damai Sejahtera di tahun yang baru ini, hiduplah dengan persekutuan dengan Allah. Hanya orang yang hidup dengan persekutuan dengan Allah yang akan menikmati Damai Sejahtera. karena itu mari kita wujudkan Kerajaan Allah di tahun yang baru ini,” tandas Pendeta Marthen.
Standar etika Kerajaan Allah itu tinggi sekali, jauh diatas standar ahli taurat. Ada hal yang harus dimiliki sebagai warga Kerajaan Sorga, pertama, takut akan Tuhan, hidup dalam iman, maka akan menikmati tahun yang baru dengan penuh sukacita.
Ketika berada di tahun yang baru dan mencoba melihat ke belakang pada kehidupan yang sudah dijalani bisa jadi akan bersyukur dan merasakan kelegaan.
Terlebih lagi kalau selama tahun yang sudah dilewati banyak pengalaman pahit, menempuh perjalanan yang terjal, berliku, menanjak penuh batu bisa membuat seseorang untuk mundur. Namun, kata Pendeta Marthen, bila sudah tiba di puncak tujuan, kelelahan dan kehausan menjadi sirna. Yang ada hanyalah perasaan lega. Yang ada hanyalah perasan syukur.
Hanya saja, katanya, tahun 2025 ini harus dihadapi dengan Iman, karena tidak ada yang tahu akan apa yang terjadi kedepan. Ibarat bayi yang baru keluar dari rahim tiba-tiba harus menghadapi dunia yang sama sekali asing. Jemaat Roma juga ada dalam kecemasan, Jemaat Roma juga ada dalam ketakutan karena tantangan dan penderitaan yang dialami untuk mempertahankan Iman percaya mereka.
Paulus prihatin dan menulis surat untuk menguatkan iman percaya mereka secara khusus keraguan mereka tentang Kerajaan Allah dan mengingatkan bahwa Kerajaan Allah bukan soal makan dan minum saja.
Kerajaan Allah itu bersifat rohani, Kerajaan Allah itu bicara soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita. Maka seharusnya dalam menjalani hidup ini orang percaya harus menjauhkan diri dari sifat-sifat tidak benar seperti fitnah dan gosip.
”Pertaanyaan sekarang adalah apakah Kerajaan Allah yang sudah dinikmati di tahun 2024 juga akan dinikmati di tahun 2025 ini,” tanya Pendeta Marthen.
”Kita diingatkan bersama-sama melalui Firman Tuhan bahwa dalam kehidupan kita sebagai orang percaya untuk menapaki tahun yang baru ini dengan kekuatan Allah.”
”Damai sejahtera datang bukan karena kekuatan sendiri,” imbuh Pendeta Marthen menyebutkan bahwa Firman Tuhan: ”Damai Sejahtera sudah kutinggalkan bagi kamu. Apa yang kuberikan tidap seperti yang diberikan dunia kepadamu.” /fsp