Langkah konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan melalui tindakan nyata.
MAJELIS Sinode GPIB melalui Departemen Germasa GPIB di bawah arahan Ketua 2 MS GPIB Pendeta Manuel E.Raintung dan Ketua Departemen Germasa GPIB Bapak Penatua Alex Mandalika mengadakan kegiatan bulan Germasa GPIB 2024 di Kota Banjar Baru, Kalsel.
Kegiatan diikuti oleh kurang lebih 150 peserta sebagai utusan dari berbagai jemaat GPIB yang tersebar di 25 Mupel yang ada. Kegiatan bulan Germasa dibuka tanggal 22 Agustus dan berakhir pada hari Minggu tanggal 25 Agustus 2024.

Sukacita peserta Bulan Germasa di Kalsel bersama Majelis Sinode dan Pengurus Dept Germasa.

Ketua Dept. Germasa Pnt. Alex Mandalika bersama peserta Bulan Germasa.
Kegiatan bulan Germasa itu di isi antara lain dengan berbagai kunjungan dan dialog persaudaraan di Keuskupan Banjar Masin, Sinode GKE, Pondok Pesantren Waratsatul Fuqaha, DPW NU, serta Kantor Walikota Banjar Baru.
Tema besar yang diangkat dalam kunjungan persaudaraan dan Dialog itu adalah isu tentang Toleransi dan Ekologi. Sekurangnya ada tiga makna penting kunjungan bulan Germasa ini yang dapat kita petik:
- Meningkatkan Kesadaran akan Lingkungan dalam Gereja. Kunjungan ini menunjukkan komitmen gereja-gereja di Indonesia, khususnya GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat), untuk memperhatikan isu-isu lingkungan. Melalui dialog ini, diharapkan gereja-gereja dapat memahami pentingnya spiritualitas ekologi—yaitu pendekatan iman yang mengakui keterhubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
- Membangun Kolaborasi Antar Gereja dan Komunitas lain di luar Gereja GPIB. Kunjungan ini juga menandakan upaya untuk mempererat hubungan antara GPIB dan Masyarakat Lintas Iman. Dengan berbagi pandangan dan praktik tentang ekologi, gereja GPIB dan berbagai komunitas lain yang dikunjungi dapat saling mendukung dalam menjalankan misi bersama untuk menjaga ciptaan Tuhan. Ini adalah contoh konkret dari persatuan antar gereja dan masyarakat dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dalam semangat toleransi.
- Penerapan Gereja Ramah Lingkungan. Dialog tersebut mendorong gereja-gereja untuk menjadi lebih sadar lingkungan, misalnya dengan mengurangi penggunaan plastik, mempromosikan daur ulang, menanam pohon, dan menggunakan energi terbarukan. Gereja dapat menjadi teladan dalam pelestarian lingkungan melalui tindakan nyata, baik di lingkup gereja maupun dalam kehidupan jemaat dan masyarakat luas.
Dengan tiga makna tersebut di atas diharapkan adanya tiga tindakan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap peserta bulan Germasa ketika pulang ke jemaat masing-masing.
- Menerapkan Prinsip Hidup Ramah Lingkungan. Jemaat didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip spiritualitas ekologi dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi limbah, menghemat energi, dan memilih produk yang ramah lingkungan. Misalnya, membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik, atau menanam tanaman di rumah sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan ekosistem.
- Mendidik Generasi Muda tentang Lingkungan. Gereja dan orang tua bisa mengambil peran aktif dalam mendidik anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan. Ini bisa dilakukan melalui kegiatan sekolah minggu yang memasukkan materi tentang lingkungan atau melibatkan mereka dalam kegiatan seperti menanam pohon dan membersihkan lingkungan.
- Menjadi Agen Perubahan dalam Komunitas. Setiap individu dapat menjadi agen perubahan di komunitasnya dengan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Misalnya, mengadakan kegiatan pembersihan lingkungan bersama tetangga atau mengkampanyekan penggunaan produk ramah lingkungan di pasar setempat.
Kunjungan bulan Germasa GPIB ini memiliki makna penting dalam mempromosikan dialog lintas gereja dan Lintas Iman tentang tanggung jawab bersama untuk menjaga ciptaan Tuhan, dan menjadi langkah konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan melalui tindakan nyata yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. SOLI DEO GLORIA.
Oleh: Nicodemus Boenga, Pendeta GPIB