Home / Germasa

Selasa, 29 Oktober 2024 - 07:00 WIB

SEMILOKA BANDUNG Hasilkan Skenario Membangun Gereja Ramah Demokrasi

Peserta Semiloka

Peserta Semiloka "Gereja dan Demokrasi" bersama narasumber di GPIB Sejahtera Bandung.

BANDUNG, Arcus GPIB – Perhelatan Semiloka Germasa Bandung menghasilkan Skenario Membangun Gereja Ramah Demokrasi. Tidak ada kerja yang sia-sia, event yang dilaksanakan 27 – 29 Oktober 2024 di GPIB Sejahtera Bandung tersebut mampu menghadirkan narasumber kompetensi.

Delapan pemateri tersebut adalah  Pengamat Politik Rocky Gerung, Dosen Univ. Maranatha Bandung Dr. Hariman Pattianakotta, Aktivis HAM Dr. Robertus Robert, Direktur DEEP Jabar Neni Nur Hayati,  Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampouw, Aktivis Jakatarub Bandung Wawan Gunawan, Sekjen PIKI Pendeta Dr. Audy WMR Wuisang dan Pendeta Victor Rembet dari Gereja Baptis.

Ketua II MS GPIB Pdt. Manuel E. Raintung bersama para peserta Semiloka di GPIB Sejahtera Bandung.

Sukacita sebagian peserta menyelesaaikan Semiloka 27 – 29 Oktober 2024 di GPIB Sejahtera Bandung.

Seperti disampaikan Ketua II MS GPIB Pendeta Manuel E. Raintung S.Si, M.M skenario membangun Gereja Ramah Demokrasi membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan. Skenario dapat diterapkan gereja dengan 5 panduan ini:

  1. Tahap Pengenalan dan Penyadaran.

Melakukan Kampanye Nilai Demokrasi dalam Khotbah. Gereja mengadakan kampanye nilai demokrasi yang terintegrasi dalam khotbah atau renungan mingguan. Melalui pembahasan tentang kasih, keadilan, dan tanggung jawab sosial yang berakar pada ajaran Kristen, gereja menyadarkan jemaat tentang pentingnya peran aktif mereka dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Diskusi Terbuka tentang Demokrasi dalam Kelompok Kecil. Gereja dapat memfasilitasi kelompok kecil atau pertemuan komunitas yang mendiskusikan nilai-nilai demokrasi. Diskusi ini mencakup isu-isu yang terkait dengan hak asasi manusia, keadilan, dan keikutsertaan dalam politik, dengan landasan teologi yang kuat. Gereja menyediakan materi cetak, seperti buletin, artikel, atau buku panduan, tentang nilai-nilai demokrasi dari perspektif Kristen. Dengan cara ini, jemaat mulai memiliki pemahaman dasar tentang pentingnya demokrasi.

Narasumber Wawan Gunawan dari Jakatarub Bandung bersama sebagian peserta.

  1. Tahap Pendidikan dan Pelatihan
Baca juga  Catatan Kelam Natal 2021: Jemaat GPI Tulang Bawang Diminta Buat Izin, Di India Patung Yesus Dihancurkan

Gereja menyelenggarakan pelatihan yang berfokus pada hak dan kewajiban sebagai warga negara, etika politik, serta cara berpartisipasi dalam pemilihan umum dan kegiatan sosial lainnya. Program ini melibatkan pakar yang berpengalaman di bidang hukum, politik, atau akademisi Kristen. Gereja memfasilitasi pelatihan untuk mendorong dialog lintas agama dan budaya. Pelatihan ini akan melatih jemaat untuk memahami perbedaan, menghormati hak-hak setiap individu, dan membangun komunikasi yang sehat dan konstruktif dalam masyarakat yang beragam. Gereja mendirikan Sekolah Kepemimpinan Kristen, di mana anak muda dibekali keterampilan kepemimpinan yang etis, kritis, dan demokratis. Kegiatan ini bisa berupa retret kepemimpinan, pelatihan debat, dan program pelayanan masyarakat.

  1. Tahap Implementasi Program Sosial

Membangun Pelayanan Sosial yang Inklusif. Gereja menjalankan program sosial yang berorientasi pada kesejahteraan umum, seperti bantuan pendidikan, kesehatan, atau ekonomi yang terbuka bagi semua lapisan masyarakat. Program ini dirancang untuk mengurangi kesenjangan sosial dan mendorong solidaritas sosial. Forum Kebersamaan Lintas Iman dan Budaya, gereja dapat mengadakan forum kebersamaan yang mengundang perwakilan dari berbagai kelompok agama, suku, dan budaya untuk membahas isu-isu sosial yang dihadapi masyarakat. Ini membantu membangun kerjasama dan pemahaman yang lebih dalam antar komunitas. Gereja meluncurkan gerakan yang mendukung transparansi dan integritas dalam masyarakat. Program ini bisa berupa kampanye anti-korupsi, penyuluhan mengenai etika kerja yang jujur, serta pendidikan tentang akibat korupsi bagi kesejahteraan bangsa.

  1. Tahap Konsolidasi dan Penguatan Jaringan
Baca juga  Lewat Lagu Moderasi BeragamaTerus Digaungkan, Kenapa Tidak?

Membangun Aliansi dengan LSM dan Organisasi Sosial. Gereja menjalin kemitraan dengan LSM atau organisasi yang bergerak dalam isu keadilan sosial, lingkungan, atau hak asasi manusia. Kemitraan ini memungkinkan gereja untuk terlibat lebih luas dalam kegiatan sosial dan politik yang mendukung demokrasi. Membangun Komunitas Aksi Sosial Jemaat. Gereja membentuk tim atau komunitas aksi sosial yang diisi oleh para sukarelawan jemaat. Komunitas ini bertugas melaksanakan program-program sosial, seperti pendampingan bagi masyarakat marjinal, bencana alam, atau pengawasan terhadap hak-hak publik. Forum Musyawarah Jemaat tentang Isu Sosial dan Politik. Gereja mengadakan forum musyawarah untuk berdiskusi secara demokratis tentang isu-isu sosial atau politik yang relevan bagi jemaat. Forum ini mengajarkan jemaat tentang pentingnya pengambilan keputusan yang melibatkan banyak suara dan menumbuhkan sikap kritis.

  1. Tahap Evaluasi dan Pengembangan Lanjutan. Gereja secara berkala mengevaluasi efektivitas program-program yang telah dijalankan. Evaluasi ini melibatkan perwakilan dari jemaat dan para pemimpin gereja, untuk memastikan bahwa tujuan Gereja Ramah Demokrasi tercapai dan program berjalan sesuai harapan. Gereja dapat mengadakan pelatihan lanjutan bagi pemimpin jemaat agar semakin paham tentang isu-isu sosial yang relevan dan keterampilan dialog yang mendukung nilai demokrasi. Pemimpin jemaat dilatih untuk dapat menjadi fasilitator diskusi atau penengah konflik dalam jemaat. Mendokumentasikan Dampak Sosial dari Program Gereja, membuat dokumentasi dan publikasi yang menunjukkan dampak positif dari program-program yang telah dijalankan. Dokumentasi ini membantu jemaat melihat kontribusi nyata gereja dalam membangun masyarakat yang lebih adil, toleran, dan demokratis.

Dengan menjalankan skenario ini, gereja dapat berkembang menjadi Gereja Ramah Demokrasi yang tidak hanya menumbuhkan jemaat yang aktif dan kritis, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan damai. /fsp

Share :

Baca Juga

Germasa

Paskah Nasional 17 Mei 2022, Presiden Jokowo dan Menteri Agama Diharapkan Hadir

Germasa

Lukman Hakim Saifuddin: Perbedaan Itu “Given”, Itu Keniscayaan, Itu Kehendak Tuhan

Germasa

Pendiri Organisasi Lintas Agama Nasaruddin Umar Diangkat Jadi Menteri Agama

Germasa

Walikota Singkawang Menjamu Peserta Konferdal Germasa: “Saya Sangat Bangga”

Germasa

Gereja Berdakwa, Kenapa Tidak: Lagu Idul Fitri Berkumandang di Immanuel Jakarta

Germasa

Idul Fitri 2023, Pendeta, Frater, dan Suster Gereja Menyalami Umat Muslim

Germasa

Dari Kampanye 16 Hari: Penghormatan Akan Hidup dan Sesama

Germasa

Bahasa Roh Masih Ada? Pdt. I Nyoman Djepun: Masih. Tidak Usah Urus Karunia Orang Lain