PEKANBARU, Arcus GPIB – Kegiatan Konsultasi Sinoda Ekologi GPIB di Sabtu (8/6) ditutup dengan nonton bareng (nobar) film Pulau Plastik dimulai pukul 19.15 WIB. Pulau Plastik adalah sebuah film karya bersama Kopernik, Akarumput dan Watch Doc. Peserta diajak untuk menikmati bagaimana sampah plastik menjadi ancaman serius bagi lingkungan, baik di darat maupun di laut.
Ada yang menarik dari nobar film itu, sejumlah peserta yang ditanyai Arcus mengaku cukup prihatin dengan sampah plastik yang ada di mana-mana.
“Jadi lebih aware dengan lingkungan tepatnya ke sampah. Karena sampah plastik ini paling sering kita temui di sekitar kita. Kedepan depannya untuk mengatasi memang harus dari sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik. Dan setelah kita ikuti acara ini, kita harus lebih peduli dan perbanyak lahan hijau. Lebih banyak recycle dan penanaman phon kembali. Tapi saya penasaran ya, setelah nonton film ini kenapa Indonesia yang menjadi salah satu penghasil sampah terbanyak tidak bisa membuat alat mengolah sampah ya? Nanti terapkan di gereja saya dan memang sudah sih, seperti bawa tumbler dan tidak boleh merokok sembarangan dan lebih banyak menyediakan bak sampah dan menanam tanaman,” kata Socrates Matulessy dsri GPIB Nazareth Jakarta Timur.
Sementara peserta lainnya mengaku amat terkesan dengan film yang ditonton.
“Plastik ini ternyata sudah sangat menguatirkan. Kedua, pemerintah belum bantu secara masif untuk mengatasi sampah. Termasuk saya yang menjadi paham karena film ini. Tapi saya menerapkan anak-anak didik pendidikan karakter. Dan saya salut melihat film ini karena secara mendalam (mengedukasi) tentang sampah plastik,” kata Sinambela dari GPIB Kinasih Serua, Ciputat Banten.
“Film ini mengandung pesan bahwa plastik itu adalah teman dan musuh. Teman ketika kita menggunakan di saat dibutuhkan tapi jadi musuh ketika selesai digunakan, tidak tahu akan kita apakah setelah itu. Jadi lebih baik tidak dijadikan teman melainkan dijadikan musuh. Karena ketika kita mengunakan barang itu kita juga harus bertanggung jawab,”kata Ibu Alice dari Departemen Germasa.
“Di samping dapat pengetahuan selama dua hari ini tentang ekologi, juga semakin termotivasi bagaimana mewujudkan di jemaat nantinya. Film ini juga semakin menggugah peserta dari apa yang kita dapat selama dua hari ini, ” kata Agus Wangkay dari GPIB Bukit Benuas, Balikpapan.
Pendapat lain juga disampaikan Pdt.Inri Kiroyan KMJ GPIB Maranatha Pangkal Pinang. Menurutnya, film ini memberikan edukasi tentang krisis lingkungan akibat plastik sekali pakai.
“Ini perlu diteruskan ke jemaat karena masih banyak jemaat yang belum muncul kesadarannya tentang plastik sekali pakai. Apalagi ibu-ibu rumah tangga, yang butuh plastik untuk tempat sampah dan tempat barang belanjaan. Kalau selama dua hari ini amat penting khususnya pada peran pendeta atau gembala sebagai pimpinan di jemaat, yang sangat berpengaruh untuk membuat jemaaat peduli pada lingkungan, baik penghematan air dan penggunaan air bersih. Artinya kita yang sudah ikut acara ini perlu bermitra dengan pemerintah yang menangani lingkungan dan kebersihan.”
Nobar berakhir pukul 21.30 WIB dan kegiatan ditutup dengan renungan singkat./phil