SALATIGA, Arcus GPIB – Persidangan Sinode Tahunan (PST) Salatiga yang dimulai dengan ibadah Perjamuan Kudus menghadirkan pewayangan Gatot Kaca yang menghantar Pendeta Emmawati Yulia Rumampuk – Baule, S.Th, M. Min Sekretaris I Majelis Sinode GPIB melayani Perjamuan Kudus.
Ibadah dilaksanakan di Balairung kampus UKSW Salatiga yang dihadiri peserta dan undangan sekitar 600 orang.
Sosok Gatot Kaca melangkah pasti dalam iringan musik khas gamelan semakin menambah kekhusukan rangkaian ibadah Perjamuan Kudus.
Sumber teknosional.com menyebutkan, Gatotkaca, sosok gagah perkasa yang melegenda, tak hanya sekadar tokoh pewayangan Jawa. Ia adalah simbol kekuatan, kepahlawanan, dan bahkan tragedi yang memikat lintas generasi. Dari cerita pewayangan klasik hingga adaptasi modern di film dan komik, Gatotkaca selalu hadir dengan kharisma yang tak terbantahkan. Kisahnya, yang sarat dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa, terus relevan dan menginspirasi hingga kini.
Perjalanan hidup dan perannya dalam berbagai lakon wayang mengukuhkan posisinya sebagai ikon budaya yang abadi. Lebih dari sekadar tokoh fiksi, Gatotkaca merupakan cerminan ideal manusia Jawa yang tangguh, berbudi luhur, dan berani berkorban.
Silsilahnya yang terhubung dengan tokoh-tokoh utama pewayangan, seperti Bima dan Arjuna, semakin memperkaya narasi hidupnya. Kemampuannya yang luar biasa, mulai dari kekuatan fisik hingga kesaktian gaib, menjadi daya tarik tersendiri. Namun, di balik kekuatannya yang dahsyat, Gatotkaca juga memiliki kelemahan dan kerentanan yang membuatnya menjadi karakter yang kompleks dan manusiawi. Analisis mendalam terhadap karakternya, simbolismenya, dan perannya dalam berbagai lakon wayang akan mengungkap kekayaan budaya dan filosofi Jawa yang terkandung di dalamnya.
Dari wayang kulit hingga wayang golek, Gatotkaca tetap menjadi pusat perhatian, menunjukkan daya tahan dan daya pikatnya yang tak lekang oleh waktu. /fsp