JAKARTA, Arcus GPIB – Penting untuk diingat bahwa meskipun badai mengguncang, badai juga dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih Tangguh. Mengatakan itu dalam akun youtubenya, Pendeta Dr. Jozef M.N. Hehanussa, M.Th dalam program “Setetes Embun Bagi Jiwa” Keluarga Pandu. H, Senin (22/01/2024).
“Meskipun badai dapat mengguncang kita, badai juga dapat membentuk kita menjadi pribadi yang lebih tangguh dan penuh kasih. Hadapilah badai ini bersama Yesus Kristus Sang Juru Mudi kita,” ungkap Pendeta Jozep yang akrab disapa Otje ini mengurai Kisah Para Rasul 27 : 14 – 18.
“Badai mungkin tidak dapat dihindari, tetapi dengan iman ketahanan adaptif dan dukungan orang lain, kita dapat berlayar dengan berserah diri, belajar beadaptasi, tetap bersatu dan memiliki iman.”
“Hidup ini penuh tantangan yang tak terduga. Seperti kapal dalam Kisah Para Rasul 27 badai kehidupan dapat mengubah, menempah ketangguhan, kebijaksanaan dan karakter diri kita.”
“Menghadapi tantangan dengan pola berpikir yang bertumbuh memungkinkan kita untuk menjadi lebih kuat. Pada saat-saat seperti ini sangat penting untuk menambatkan diri pada iman seperti halnya para pelaut mengamankan kapal mereka dalam menghadapi kesulitan.”
Bagaimana menghadapi badai kehidupan, ini tujuh tips Pendeta Otje:
Pertama, harus siap menghadapi badai kehidupan, akuilah tantangan itu, melawan hanya membuat kelelahan. Kedua, mengenal badai kehidupan agar bisa mengatasinya dengan baik.
Ketiga, harus mampu menyesuaikan strategi sesuai dengan badai yang dihadapi. Mau beradaptasi dengan perubahan dan temukan cara-cara baru untuk mengatasi tantangan, berusaha untuk bersikap fleksibel dan belajar dari keadaan yang berubah.
Keempat, Perlu melepasakan beban dan membuang yang menghalangi kemajuan, melepaskan beban yang tidak perlu memungkinkan menavigasi badai kehidupan dengan lebih lincah. Beban itu seperti mimpi, ambisi atau harta benda untuk maju dan bertahan hidup. menuju cakrawala baru. Berserah dan mengakui keterbatasan serta menaruh kepercayaan kepada Sang Kuasa.
Kelima, identifikasi nilai-nilai utama hubungan dan iman yang menjadi penahan dan pemersatu selama masa-masa sulit. Memperkuat fondasi membantu untuk tetap teguh. Perlu bijaksana dan mencari bimbingan selama masa-masa sulit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berdoa, mencari nasihat atau pengalaman-pengalaman.
Keenam, Menghadapi badai kehidupan butuh upaya kolektif atau kerja sama, membangun komunitas dan mengandalkan dukungan orang lain dapat memberikan kekuatan dan dorongan. Kesatuan dan kesulitan menunjukkan ketangguhan.
Ketujuh, pelaut menstabilkan kapal dengan menurunkan jangkar. Demikian pula dalam kehidupan kita. Iman berfungsi sebagai jangkar. Sesuatu yang tidak terlihat namun memiliki landasan yang dalam. Percaya pada tujuan yang lebih tinggi memberikan stabilitas dan ketahanan. Ini adalah pengingat, bahkan di lautan yang penuh badai sekalipun ada jangkar yang dapat menahannya. /fsp