BALIKPAPAN, Arcus GPIB – Pendeta Peggy Kanony-Lintang, S.Th meminta warga jemaat dan pemimpin dalam sebuah komunitas agar tidak mengandalkan pikiran dan hikmat sendiri dalam menjalankan fungsinya dimana pun berada.
“Menjadi seorang pemimpin dalam menakodai segala sesuatu tidak mudah. Apalagi kalau hanya sekadar memakai pikiran dan memakai hikmat sendiri,” tutur Pendeta Peggy saat melayani di Ibadah Minggu GPIB Immanuel Balikpapan, Minggu 21/01/2024 mengangkat tema: “Kasih yang Memerhatikan Kesukaran dan Kerugian” mengurai Firman Tuhan dari Kisah Para Rasul 27 : 1 – 11.
Anak-anak Tuhan atau siapapun dia sebaiknya mengandalkan Tuhan dan selalu meminta kuasa Tuhan saat melakukan berbagai hal.
“Marilah bersama-sama bergandengan tangan dengan yang lain untuk meminta kuasa Tuhan. Saya percaya kalau kita mengandalkan Tuahan kuasa Allah hadir dalam pelayanan persekutuan akan mendapatkan solusi tepat pada waktunya,” tutur Peggy dalam khotbahnya yang disiarkan melalui youtube.
Ia berharap agar setiap anak-anak Tuhan sebagai warga gereja mampu menyampaikan aspirasi dan mau memberi diri dan tidak acuh tak acuh terhadap apapun yang terjadi.
“Biarlah kita menjadi orang yang mampu menyampaikan aspirasi ditengah-tengah kehidupan ini bahwa apa yang sudah kita sampaikan itu adalah maksud Tuhan mau memberi diri yang tidak acuh tak acuh terhadap apapun yang terjadi disekitar kita,” tandasnya.
Menurutnya, untuk memecahkan suatu masalah pasti membutuhkan otak untuk berpikir bagaimana solusinya. Tuhan memberikan akal, juga memberikan hikmat.
Hari yang sama di Makassar, Pendeta Hendra B. Dores saat menyampaikan khotbahnya di GPIB Bethania Makassar mengajak untuk meneladani Rasul Paulus yang mengandalkan Tuhan dan mau menjadi berkat bagi sesama serta tidak mengukur pelayanan karena uang.
Paulus berpelayanan tidak atas kemauannya sendiri, ia selalu bertanya ke Tuhan dan selalu menjadi hamba Tuhan yang berempati, bersimpati selalu memperhatikan jemaat-jemaat yang dilayaninya. Rasul Paulus sebagai hamba Tuhan juga sebagai pembuat tenda dan tenda itu dijual.
“Hasilnya tidak dicekek sendiri. Dia membantu jemaat, beda dengan hamba-hamba Tuhan yang sekarang yang hanya mata kepeng. Sedikit-sedikit hitung dengan uang, sedikit-sedikit hitung dengan kepeng, termasuk saya juga,” ungkap Pendeta Hendra.
Rasul Paulus, kata Hendra, selalu hadir dan gemar memperhatikan serta memperingatkan orang lain dengan berdasarkan kasih Tuhan.
“Kalau saya pakai prinsip, lebih bagus saya yang berkorban untuk pelayanan. Karena itu saya selalu bilang saya selalu mau jadi berkat bukan jadi beban bagi jemaat,” tandas Pendeta Hendra.
Paulus selalu tanya Tuhan dia tidak melayani berdasarkan intuisinya dan halusinasinya. /fsp