SAMARINDA, Arcus GPIB – Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Sinode GPIB, Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si saat membuka Pembinaan Madya Pendeta Batch II, yang berlangsung di GPIB Bukit Benuas, Balikpapan pada tanggal 11-13 Maret 2024.
“Manusia menjadi manusia sejauh dia mengakui bahwa dirinya selalu ada dalam relasi dengan yang lain. Dalam relasi itu, manusia harus menerima orang lain dengan baik, meskipun mereka berbeda, “ kata Pdt.Rumambi.
Pebinaan itu juga dihadiri oleh fungsionaris MS lainnya, yaitu Ketua I Pdt. Marthen Leiwakabessy, S.Th, Ketua III Pdt. Maureen S. Rumeser – Thomas, M.Th, Sekretaris II Pnt. Ivan Gelium Lantu, S.H., M.Kn dan dikuti 32 orang pendeta.
Materi yang diberikan pada program PMP Bacth II ini diharapkan dapat menghidupi pesan kunci tersebut di atas. Materi hari pertama berfokus pada spiritualitas pelayan yang memimpin serta tanggungjawabnya terhadap pertumbuhan multispiritualitas jemaat. Dua materi yang dibawakan oleh Pdt. Ir. Yoel Indrasmoro, S.Th tersebut dilengkapi dengan refleksi diri dan diskusi kesesuaiannya pada konteks masing-masing pendeta jemaat tersebut berada.
Pada hari ke-2, tiga orang pendeta perempuan, Pdt. DR. Nancy Nisapih, Pdt, Melany Risamasu, M.Th dan Pdt. DR. S. Pattipelohy dan, hadir sebagai panelis untuk membincangkan tema yang rangkaian programnya telah dituntaskan pada Persidangan Tahunan Sinode 2024 di Samarinda. Pendalaman ini akan berperan sebagai jembatan untuk menerangi pendeta jemaat yang hadir dalam merancang program yang sesuai dengan keragaman konteks kehidupan jemaat masing-masing.
Digital Ministry oleh PS Elyada Adi dan Relasi Lintas Iman oleh Pdt. Boydo Hutagalung, S.Si-Teol., M.A. dua isu yang menjadi bagian kata kunci tema tahun 2024-2025 yang layak dipertimbangkan sebagai bagian dari upaya mewujudkan keberagaman dan relasi lintas iman juga menjadi topik bahasan di hari ke-2 ini. Diharapkan para pendeta yang hadir dapat menjadikan kedua turunan tema tsb sebagai bagian kegiatan untuk diterapkan di konteks jemaat masing-masing.
Di dalam diskusi kelompok, pendeta yang hadir menegaskan bahwa upaya mengukuhkan kembali spiritualitas pendeta sebagai pelayan yang memimpin perlu dilakukan secara rutin dan konsisten. Sebagai kepala organisasi, pendeta selain menjadi pelayan yang memimpin jemaat, juga harus menjadi pelayan yang memimpin dirinya sendiri. Kepiawaian untuk merangkul keberagaman dan relasi lintas iman yang bertanggung jaab akan menjadi langkah etis GPIB menyongsong GPIB emas.(ris/lip)