Home / Perspektif

Rabu, 3 November 2021 - 16:20 WIB

PEMIMPIN Itu Konstruktif, Memberi Semangat Bukan Marah-marah

Oleh: Dr. Wahyu Lay, M.M, GPIB Cipeucang, Bogor

 JAKARTA, Arcus – Ciri khas pemimpin jempolan adalah selalu konstruktif terhadap yang dipimpinnya. Konstruktif disini bisa diartikan dengan selalu memberikan dorongan positif pada bawahan, memberikan masukan jika terjadi kesalahan, dan tidak membuat bawahan berkecil hati.

Misalkan, pengikut Anda terkadang melakukan kesalahan. Hal pertama yang perlu dilakukan bukanlah memarahi, tetapi memberikan semangat dan menanyakan mengapa terjadi kesalahan, baru kemudian Anda memberikan nasihat atapun solusi yang membangun agar kesalahan tidak lagi terulang.

Konstruktif akan lebih efektif dalam memberikan semangat, dibandingkan sikap yang destruktif. Sikap konstruktif akan menumbuhkan rasa percaya diri pada orang lain, sedangkan sikap destruktif lebih bersifat menghancurkan, menghakimi, dan cenderung mengalahkan.

Kritik tidak selamanya bersifat merusak, tetapi jika ditanggapi dengan baik, maka kritik akan bersifat konstruktif. Pada dasarnya kritik dari orang lain adalah bentuk perhatian orang lain kepada Anda. Jika orang lain tidak memperhatikan Anda, maka mustahi sekali kritik akan muncul. Misalkan,

Anda memperhatikan tingkah-laku anak kecil, tentu saja Anda berkomentar. Mustahi sekali jika Anda tidak memperhatikan anak kecil tadi, terus tiba- tiba berkomentar. Nah, komentar dalam konteks ini bisa diartikan semacam kritik. Adanya kritik tentu ada sesuatu yang kurang dan yang mengetahui kekurangan Anda adalah orang lain.

Baca juga  PPKM Level 3 untuk Wilayah Jabodetabek, DIY dan Bali

Sejelek apapun kritik, bisa dijadikan bahan evaluasi guna memperbaiki diri. Hadapi kritikan dengan kepala dingin dan tunjukan bahwa Anda bisa lebih baik dari si pengkritik.

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat sebuah keputusan tepat, sekalipun keputusan tersebut harus diambil cepat. Mengambil keputusan tepat diperlukan  pertimbangan matang karena sebuah keputusan tentu akan berdampak bagi banyak pihak. Pertimbangan baik-buruk, untung- rugi dan besar-kecil resikonya yang ditanggung keharusan sehingga tidak boleh dilalaikan.

Kepetusan yang asal- asalan akan berakibat pada kegagalan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus terus melatih diri dalam membuat keputusan tepat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan belajar dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain yang relevan.

Pemimpin terkadang dihadapkan pada pengambilan kesimpulan pada kejadian atau kasus tertentu. Kemampuan untuk menarik kesimpulan secara akurat merupakan hal penting karena kesimpulan  yang diambil secara akurat akan berpengaruh banyak pada kelangsungan tim.

Salah dalam pengambilan kesimpulan akan berakibat fatal, apalagi keputusan tersebut penting. Untuk mengambil kesimpulan secara akurat, maka diperlukan pertimbangan matang antara manfaat dan mudharatnya. Satu kesimpulan yang diambil seorang pemimpin akan berpengaruh pada tim atau orang yang dipimpinnya.

Efektif dan efesien kan menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan mempertahankan tujuan tersebut bila telah tercapai. Tujuan yang bisa dicapai dengan mudah jangan sampai dipersulit dalam mencapainya.

Baca juga  Derita Manusia Modern, Mencapai Banyak Selalu Kurang

Jika hal muda dipersulit, maka seorang pemimpin yang berlaku demikian, dikatakan sebagai pemimpin yang bertindak tidak efektif dan efesien. Misalkan di suatu desa ada dua alternative jalan yang mengantarkan pada satu tujuan, jalan A lebih dekat dan jalan B lebih jauh. Tentu saja agar cepat sampai tujuan, maka lebih memilih jalan A disamping akan lebih cepat, tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga.

Profesionalitas seorang pemimpin bisa dilihat dari kemampuannya  dalam memisahkan masalah pribadi dengan tim. Seorang pemimpin yang sedang memiliki masalah dengan keluarganya misalnya. Jangan sampai maslah itu merembet sampai pada tim dan mengorbankan tim Anda hanya karena egoisme pribadi.

Jika masalah  pribadi sudah dicampur adukan dengan tim, maka Anda akan rugi dua kali, yaitu pribadi dan tim. Untuk menjauhkan hal itu, Anda harus berpikir jernih. Selesaikan masalah pribadi terlebih dahulu kemudian baru mengurus tim.

Bicarakan masalah Anda pada orang yang Anda percayai, siapa tahu dapat memperoleh solusi yang lebih tepat. Tahan emosi Anda dan jangan tunjukan kepada tim agar tidak memengaruhi kinerja tim. ***

 

Share :

Baca Juga

Perspektif

Misteri Kematian, Kapan dan Bagaimana? Pdt. Frans J. Wantah Menjawab Itu

Perspektif

PEMIMPIN Jempolan Selalu Konstruktif

Perspektif

Vonis Hukuman Mati, Ketua Umum PGI: Hanya Tuhan yang Memiliki Hak Mencabutnya

Perspektif

Wow, Ternyata GPIB Punya Penyair, Griet Helena Luncurkan Buku “AKU, KAU, KITA….”

Germasa

PPKM Level 3 untuk Wilayah Jabodetabek, DIY dan Bali

Perspektif

Adakah Gerejamu Bertumbuh, Ketua Sinode GMIT Pdt Mery Kolimon: Dialog Dengan Agama Lain

Perspektif

Ilmu Muncul Dari Pengalaman, ”Ibu” Semua Pengetahuan

GPIB Siana

A M S A L