JAKARTA, Arcus GPIB – Hidup dalam keikhlasan memampukan kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Saling membantu, bersikap ramah, dan saling mengampuni itulah yang dikehendaki Tuhan dalam persekutuan orang percaya.
Demikian Sabda Bina Umat (SBU) Senin 25 Juli 2022 mengangkat tema “KEIKHLASAN” mengupas Firman Tuhan dari Roma 12 : 13 – 14.
Keikhlasan berarti: ketulusan hati; kejujuran; kerelaan. Suatu tindakan yang dilaksanakan dengan tulus hati atau bersih hati. Hati yang ikhlas dalam menolong orang lain. Benar bahwa setiap orang memiliki pergumulan dalam hidupnya, namun itu bukan alasan untuk tidak menolong sesama.
Setiap orang percaya terpanggil untuk saling membantu dan berbuat baik satu terhadap yang lain. Wujud dari perbuatan baik itu tampak dalam menolong sesama dengan memberikan apa yang dimiliki kepadanya. Memberikan waktumu, materimu untuk menolong mereka yang membutuhkan pertolongan.
Perbuatan itu hendaknya dilakukan dalam keikhlasan kepada sesama terutama pada orang kudus atau yang seiman. Rasul Paulus menekankan kepada yang seiman, dengan maksud menunjukkan sikap saling membantu sesama umat Tuhan, bukan hanya dengan perkataan melainkan juga perbuatan.
Rasul Paulus menekankan mengenai cara hidup orang Kristen, yakni saling membantu, saling menolong. Selanjutnya adalah mengenai hospitality (keramahan), yang menjadi hal penting dalam kehidupan orang Kristen. Ayat 13b mengatakan: “usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan.”
Keramahan itu terlihat dalam keikhlasan memberikan tumpangan kepada sesama. Sudahkah kita menunjukan sikap ramah ketika menolong sesama, sekalipun ia seorang asing yang hendak bertamu di rumah kita?
Mengapa harus ikhlas, catatan arcusgpib.com mengutip gkjw.or.id menyebutkan, kepada Tuhan pun harus memberi dengan ikhlas. Hal yang penting dalam memberi kepada Tuhan adalah Memberi dengan tulus iklas/rela hati dan dengan sukacita dan tanpa paksaan.
Mengapa demikian? Sebab rela hati/tulus ikhlas menandakan bahwa hal tersebut dilakukan tanpa ada pamrih apapun, termasuk pamrih dalam hal : memberi persembahan supaya diberkati Tuhan (hati-hati!).
Memberi persembahan dengan rela hati itu berarti apa yang dipersembahkan kepada Tuhan berdasarkan kesadaran bahwa ini adalah wujud syukur atas berkat yang telah diterima, sehingga tidak ada yang membebani hatinya, tidak merasa terpaksa juga bukan karena terpaksa atau dipaksa (juga tidak karena sungkan) atau supaya dilihat orang dan mendapat sanjungan.
Justru memberikan persembahan adalah hal yang membuatnya bersukacita dan dengan hati yang ringan. Sebab tujuannya bukanlah berapa balasan berkat yang akan aku terima dari Tuhan tetapi inilah syukurku kepada Tuhan.
Paulus menunjukkan bahwa rasa syukur kepada Tuhan itu pulalah yang membuatnya tidak ragu atau takut dalam memberikan persembahan sebab ia percaya bahwa Allah sanggup melimpahkan kasih karunia dalam kehidupannya. /fsp