Ada yang menarik selama perjalanan Jakarta-Bali Pp. Pendeta Betsy Ndoen ternyata punya kemampuan ekstra mengulik lebih dalam sosok duda keren Tommy Masinambow.
SUBUH itu, Kamis 15 Februari 2024 personel tim Baksos Bolaang Mongondow bergerak senyap meninggalkan kediaman. Melangkahkan kaki menuju titik kumpul di GPIB Immanuel Jakarta untuk bersama-sama berangkat menuju ke Bali.
Akan berbaksoskah di Bali? Ternyata tidak. Yang pasti tim Baksos Bolmong ke Bali dalam rangka mengucap syukur atas capaian sukses melaksanakan Baksos di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara pada tanggal 01 hingga 07 Agustus 2023.
Setelah semua dinyatakan lengkap di titik kumpul, tim Baksos yang berjumlah 17 orang yang juga sebagian merupakan anggota Departemen Pelkes GPIB bergerak, menapaki jalan-jalan panjang ke Bali. Menggunakan pesawat terbang? Ouh tidak. Kali ini tim Baksos menuju Bali menggunakan bus BigBird pergi-pulang.
Sukacita, tawa riang tak terhindarkan menikmati jalan-jalan panjang menuju Bali dengan Bus. Senda gurau Parpol kaitannya dengan Paslon menjadi materi menarik selama perjalanan. Musik gemoy pun tak putus-putus disenandungkan hingga berjoged gemoy di bus. Happy, happy…terasa sangat menyenangkan.
Empat orang pendeta turut serta dalam acara “Syukuran Ke Bali” ini yakni Pendeta Jan Jona Lumanauw, Pendeta Sandra Sormin, Pendeta Betsy Ndoen dan Pendeta Asachristo Mahodim. Dan dijajaran Pengurus Dept. Pelkes ada Tommy Masinambow, Vicora van der MUUR Tulende, Diana Leiwakabessy dan Margo Pattiradjawane dengan nama akrab Mia.
Tertidur sebentar, bangun lalu mampir di rest area menjadi kesenangan sendiri. Yang pasti di rest area selain bisa menikmati menu-menu khas setempat tentunya sekalian ke kamar kecil kencing atau sekadar cuci muka dan mandi seperti yang dilakukan Pendeta Jona dan Tommy Masinambow.
Salah Masuk Bus
Perjalanan panjang tentu membuat badan harus direlaksasi. Malam hari sesampai di salah satu rest area di Jawa Timur selepas menikmati menu-menu penghangat badan dan jajanan kecil di resto badan pun kepingin dibasuh.
Rekan Tommy bergerak menuju bus yang parkir tidak jauh dari resto untuk mengambil perlengkapan mandi di koper miliknya. Setiba di bus Tommy meminta kenek untuk membuka bagasi mobil untuk mengambil perlengkapan mandi yang ada dala koper.
Sang kenek pun membuka bagasi untuk mengambil koper dimaksud. Namun setelah dicari-cari koper tidak ditemukan. “Ketinggalan ya di Immanuel,” kata Tommy yang dijawab kenek: “Semua barang sudah dimasukkan Pak, tidak ada barang yang tertinggal,” jawab kenek.
Tommy meninggalkan bus seraya berpikir bahwa tas ransel miliknya tertinggal di Immanuel. Ia pun berpikir untuk membeli pakaian ganti sembari meninggalkan bus.
Saat meninggalkan bus Tommy berpapasan dengan seorang rekan lain satu tim sembari mengatakan: “Ransel saya di bus tidak ada,” kata Tommy sembari menunjuk bus yang dijawab rekan lain: “Itu bukan bus kita. Bus kita sebelah sana,” tutur rekan itu.
Tommy tersipu-sipu malu sudah mengacak-acak bagasi bus orang.
Penyeberangan laut menjadi pesona tersendiri bagi tim Baksos Bolmong untuk mencapai Bali. Penyeberangan Ketapang – Gilimanuk dengan kapal Ferry yang hanya 20 menit sangat dinikmati.
Durasi 27 jam harus ditempuh dengan bus untuk tiba di Denpasar Bali. Setibanya di Bali menempati Wisma Bank BTN yang berada tepat disamping GPIB Maranatha Denpasar. Istirahat pun tak disia-siakan karena sesudah itu tempat-tempat wisata yang akan dituju seakan kuat memanggil.
Ke Pantai Kuta menjadi dan makan malam di Tempong Indra Kuta menjadi sangat luar biasa. Aneka menu sangat cocok di lidah dengan sambel pedes yang semakin membangkitkan selera makan.
Keesokan harinya tim bergerak ke Kintamani. Wow,…pesona Ilahi nan agung tak dilewatkan. Sembari menikmati kopi hangat dan gorengan dikejauhan tampak Matahari seakan memanja malas untuk terbit karena tertutup awan. Bukit-bukit pun yang seharusnya tampak kontras karena baluran mentari redup terhalang awan.
Tak menyia-nyiakan waktu berlalu, terdengar hentakan lagu Gemoy dari speaker rekan Vicky Moutung tim Bolmong pun berjoged gemoy. Hahahaaa…lumayan melawan dinginnya Puncak Kintamani.
Setelah Kintamani, perjalanan berlanjut ke Desa Panglipuran. Disini, benar-benar sangat dinikmati. Suasana Desa yang tertata rapi dengan sentuhan etnik budaya dan agama yang sangat kuat membuat tim Bolmong sangat mengagumi untuk berfotoria.
Berita Duka
Bali memang identik dengan tempat wisata menarik. Saat akan menuju ke beberapa tempat wisata. Keesokan harinya, lagi-lagi Tim Bolmong akan menjajaki beberapa tempat wisata. Bus pun meninggal Wisma BTN.
Seperti hari-hari sebelumnya bus bergerak lancar. Setelah satu jam lebih perjalan menuju tempat wisata lainnya belum juga sampai. Candaan dan tawa terus menghiasi perjalanan wisata Tim Bolmong di Bali.
Ada yang sibuk dengan bernyanyi di karaoke bus, ada yang sekadar selonjor kaki meregangkan otot, ada sibuk ber-HP ria, berfoto-foto atau membalas W.A dan lain-lain hingga terdengar jeritan Irene Walanda anggota Tim Bolmong yang menangis histeris karena mendapat kabar suami tercinta meninggal dunia di Ambon.
“Pak Pendeta Jona tolong,” teriak Irene menyampaikan kabar perihal sang suami meninggal dunia. Sontak semua bingung, apa benar kabar tersebut. Drg. Lanny Ranti yang juga turut serta merebut Handphone untuk melakukan kebenaran akan berita tersebut dan ternyata benar setelah dikonfirmasi oleh Komandan yang merupakan atasan Almarhum Kolonel Laut Raynold Sendewana, SH, M.Hum.
Almarhum Kol (L) Raynold Sendewana, Kabagum Maritim Timur Bakamla, istri Irene Walanda, dan anak-anak Kezia dan Jonathan. Di Bali sukacita sangat dirasakan sekaligus dukacita mendera atas kepergian alm Raynold Sendewana.
Menjelajah Bali tak pupus. Satu demi satu destinasi wisata digapai. Walau belum semua terjangkau kerinduan balik ke Jakarta sangat dirasakan. Persiapan pun dilakukan untuk segera kembali ke jakarta. Usai ibadah Minggu di Wisma BTN yang dilayani Pendeta Jan Jona Lumanauw, Tim Bolmong bergerak ke Bus memasukkan koper dan lainnya untuk bergerak meninggalkan Denpasar.
Ke RAAL Lawang
Bukan personel Pelkes kalau tidak melakukan sebuah kebaikan bagi sesama. Bus terus bergerak memasuki kawasan Jawa Timur setelah menyeberang dari Gilimanuk dan masuk Ketapang. Tengah malam, merangsek pasti bus meluncur menyusuri Lawang dan mampir untuk sekadar menginap semalam di Rumah Asuh Anak dan Lansia (RAAL) Lawang.
Bangun pagi menu nikmat tersaji, Bubur Manado dan aneka rebusan tersaji membangkitkan selera untuk selanjutnya menyapa Oma-oma dan penghuni RAAL lainnya dalam kebersamaan memuji Tuhan.
Tak hanya sekadar memanjatkan pujian bagi Tuhan dan menghibur Oma-oma, Tim Bolmong menyerahkan bantuan dana. “Berapa doi Pak Tommy yang diserahkan ke RAAL,” tanya seseorang yang dijawab: “Sudah, tidak usah disebut angkanya,” jawab Tommy Masinambow.
Pdt. Betsy Ndoen Jadi Presenter
Roda bus bergerak pasti meninggalkan Denpasar Bali yang berisikan 14 awak Baksos Bolmong minus Irene Walanda, Ino Subagiono dan Ferry Sumarandak yang harus pulang lebih awal membantu proses kedukaan wafatnya Alm. Raynold Sendewana.
Malam itu, Senin 19 Februari 2024. Walau harus meninggalkan Bali sukacita tetap membuncah. Satu per satu awak Baksos Bolmong memamsuki badan bus seraya mencari tempat duduk masing-masing.
Ada yang menarik selama perjalanan Jakarta-Bali Pp. Pendeta Betsy Ndoen ternyata punya kemampuan ekstra mengulik lebih sosok duda keren Tommy Masinambow.
Pertanyaan-pertanyaan tajam dan akurat terhadap Tommy dijawab tuntas. Tommy seperti terhipnotis atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dan menjawab semua pertanyaan termasuk pertanyaan tentang calon pasangan hidupnya.
Wawancara santai di bus oleh Pendeta Betsy kepada Tommy benar-benar membuat Tommy tak berdaya dan secara apa adanya memberikan jawaban yang membuat seisi bus tek tahan menahan tawa.
“Pendeta Betsy, saya lihat seperti seorang presenter kawakan yang bisa mengorek habis sisi-sisi hidup seseorang,” tutur Frans S. Pong salah seorang peserta yang ikut dalam syukuran di Bali itu. /fsp