BANTEN, Arcus GPIB – Tidak seperti biasanya, di ibadah minggu kali ini tampak beda. Ada beberapa pendeta yang hadir, ada Pendeta Dr. Yessy A. Hutapea, ada Pendeta Dr. Nancy T. Nisahpih-Rehatta, M.Th, dan ada Pendeta Marthen Leiwakabessy, S.Th Ketua I Majelis Sinode GPIB.
Ternyata ibadah kali ini Minggu 30 Juli 2023 di GPIB Jemaat Jurang Mangu, Tangerang ada acara penyambutan Pendeta Dr. Yessy A. Hutapea sebagai KMJ di Jemaat Jurang Mangu dan melepas Pendeta Dr. Nancy T. Nisahpih-Rehatta, M.Th menempati KMJ GPIB Maranatha Denpasar-Bali
Ibadah Utus Sambut dilayani Pendeta Marthen Leiwakabessy, S.Th Ketua I Majelis Sinode GPIB. Rangkaian ibadah berjalan khusuk dalam sukacita. Tampak di monitor cukup banyak ungkapan pengutusan dari warga jemaat dengan ucapan selamat jalan kepada Pendeta Nancy dan selamat datang kepada Pendeta Yessy.
Pendeta Marthen Leiwakabessy dalam khotbahnya memberi pesan kepda Pendeta Dr. Nancy T. Nisahpih-Rehatta, M.Th, dan Pendeta Dr. Yessy A. Hutapea.
“Tema SBU dan SGDK, “Selamat Berkhikmat” tapi hari ini saya boleh kasih tema sendiri khusus bagi mereka berdua (Pendeta Yessy dan Pdt. Nancy) “Panggilan Seorang Palayan”, kata Pendeta Marthen.
Dalam khotbahnya Pdt Marthen meminta agar warga jemaat tidak membanding-bandingkan pendeta. Sebab setiap pendeta punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
“Sepanjang hidup Bapak ibu dan saya, kita tidak selalu benar, termasuk saya dan rekan pendeta,” ungkap Pendeta Marthen yang juga Ketua Bidang Pelkes ini.
Pendeta Nancy dalam sambutannya menyatakan rasa syukur atas penerimaan warga Jemaat dan Majelis Jurang Mangu dan juga kerjasama yang baik untuk membuat jemaat ini terus bertumbuh.
“Saya dan keluarga berterima kasih kepada Jemaat Jurang Mangu yang sudah menerima saya apa adanya,” kata Pendeta Nancy didampingi suami dan anak-anak. Ditambahkan bahwa bukan hal mudah untuk mendapatkan rekomendasi dari masyarakat dan pemerintah setempat untuk mendirikan tempat ibadah di Jurang Mangu. Hanya pergumulan & doa yang tiada putus, serta kekompakan persekutuan dan kesehatian yang membuat jemaat ini akhirnya dapat berdiri.”
“Belum lagi kebutuhan dana yang tidak kecil. Karena pemerintah setempat mempersyaratkan gereja harus punya lahan parkir untuk mendapatkan rekomendasi izin mendirikan gedung gereja, agar tidak menggaggu lalulintas warga setempat. Tidak mudah juga mengumpulkan dana dimasa covid. Perjuangan yang tak kenal lelah dan juga support dari donatur-donatur yang dikirim Tuhanlah yang membuat GPIB Jurang Mangu dapat melunasi lahan parkir seharga Rp 2,5 Milyar itu.”
Dalam kesempatan itu Pendeta Nancy juga menceritakan bagaimana perjuangan membangun Jemaat Jurang Mangu yang diawali dari Pos Pelkes dan kemudian menjadi Bajem dan setelahnya dimandirikan.
“Saya mengajak warga jemaat untuk membangun jemaat Jurang Mangu ini dengan kekuatan kekeluargaan. Hanya dengan kekuatan itu kami bisa menyelesaikan banyak hal yang menjadi tantangan luar biasa di GPIB Jurang Mangu ini, mulai dari Pos Pelayanan kemudian menjadi Bajem kemudian dimandirikan. Itu bukan proses yang cepat dan sederhana, tapi benar-benar butuh kesabaran serta kesehatian jemaat, tutur peraih Doktor Antropologi dari Universitas Indonesia ini.”
Menurut Nancy, dalam membangun Jemaat Jurang Mangu ini perjuangannya cukup panjang dengan berbagai masalah. Saat itu jemaat baru dilembagakan Februari 2020, dan kemudian Maret 2020, langsung dihadapkan pada masalah pandemi Covid-19. Jemaat yang masih bayi ini langsung diperhadapkan dengan tantangan serta masalah besar.
Pendeta Yessy dalam sambutannya mengatakan, sertijab ini adalah serah terima tongkat estafet untuk melanjutkan pelayanan di jemaat.
“Ini adalah tongkat estafet yang diberikan kepada saya. Jadi tongkat estafet ini akan saya jalani dengan penuh syukur dan kesetiaan. Terimalah kami apa adanya” tutur Pendeta Yessi sembari memperkenalkan suami Pendeta Leo Hutapea, anak Efra dan anak Gabriel.
Pendeta Yessy sebelumnya merupakan KMJ GPIB Bukit Sentul dalam sambutannya menceritakan sukacita dan pergumulan melayani di Bukit Sentul.
Menurutnya, kegiatan jemaat di Bukit Sentul dilaksanakan di ruko kecil untuk beribadah. Karenanya ia merindukan pembangunan gereja di GPIB Bukit Sentul bisa terus berproses.
Ada lahan disebelah gedung gereja senilai Rp 1,5 miliar yang akan dijual. Harapannya itu bisa dibeli agar gedungnya semakin lebar untuk aktivitas peribadahan jemaat GPIB Bukit Sentul. Ada 8 pendeta emiritus disana yang akan beribadah di Bukit Sentul Bogor.
“Saya percaya akan ada banyak doa dan akan banyak orang-orang yang Tuhan utus membuat jemaat Bukit Sentul Bogor bertambah,” ujar Yessy yang juga Dosen ini. /fsp