Walaupun per 31 Maret 2025 Kepengurusan YADIA berakhir, kita mohon pimpinan Roh Kudus, bisa saja kepengurusan baru nanti adalah incumbent.
JAKARTA, Arcus GPIB – Diakui bahwa Yayasan Diakonia (YADIA) GPIB telah melakukan banyak hal bagi GPIB dan itu bisa dilihat dari perubahan-perubahan yang dirasakan, hanya saja gaungnya belum terdengar. Seringkali pendengaran dan yang dilihat hanya penggalan kecil saja dan mengevaluasi secara keseluruhan.
Demikian disampaikan, Ketua III Majelis Sinode GPIB Pendeta Maureen S. Rumeser, M.Th saat menyampaikan sambutannya pada acara Perayaan Natal Yayasan Dikonia (YADIA) GPIB di Cityloog Hotel Tebet Jakarta, Senin (27/01/2028).

Ketua III MS GPIB Pdt. Maureen S. Rumeser bersama para pemenang doorprize di Natal YADIA.

Pdt. Maureen S. Rumeser bersama Pengurus Yayasan Diakonia.
Ketua Umum Yayasan Diakonia (YADIA) GPIB Diaken Ayub D. P Junus mengatakan, YADIA telah melakukan banyak hal sebagaimana penugasan Majelis Sinode kepada YADIA untuk menata RAAL Griya Asih di Lawang Jawa Timur.
”Kita melayani dengan hati dan kasih sayang,” kata Diaken Ayub seraya meminta kepada Pengurus dan Pengelola RAAL Griya Asih untuk terus melayani dengan menghadirkan Bethlehem kecil di hati.
”Bethlehem kecil itu mengingatkan kita, mari kita melayani dengan sepenuh hati, dengan kasih, dengan pengasihan dan kesederhanaan. Itu dibutuhkan dalam tugas RAAL Griya Asih yang khusus melayani Oma-oma.”
“Kami sudah melakukan perbaikan prasarana yang ada, misalnya, kita menggantikan tempat tidur Oma-oma dengan yang lebih layak dan kelengkapan kasur, selimut, bantal, sprei, itu sudah kami lakukan.”
“Kami juga memperbaiki toilet dan kamar mandi yang sudah parah sehingga sekarang menjadi tempat yang baik. Kami juga memberikan sarana entertainment monitor TV sehingga Oma-oma bisa terhibur dimasa tuanya. Kami juga membelikan mobil operasional baru.”
Dalam kesempatan itu, Diaken Ayub juga menyampaikan legalitas RAAL Griya Asih Lawang yang sebelumnya tidak terdaftar sebagai Lembaga resmi, kini sudah terdaftar.
Nama RAAL Griya Asih telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM sehingga sekarang bisa resmi menggunakan RAAL Griya Asih dan terdaftar sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial.
”Kita tidak mau keberadaan RAAL Griya Asih melanggar hukum karena tidak terdaftar,” tandas Ayub.
Dikatakan, banyak beredar pembicaraan diluar bahwa Kepengurusan YADIA tidak melakukan apa-apa. Perlu diingat, YADIA diberi tugas oleh Badan Pembina yaitu Fungsionaris Majelis Sinode dengan satu tugas utama yaitu mengelolah Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih di Lawang.
Memang, kata Ayub, kepengurusan YADIA sebelumnya agak berbeda. Sebagaimana diketahui kepengurusan YADIA sebelumnya banyak dengan kegiatan bakti sosial berupa kegiatan eksternal yang seharusnya menjadi tugas Dept. Pelkes.
Hal lainnya yang juga telah dilakukan YADIA di RAAL adalah mengubah sistem pencatatan keuangan, dimana sebelumnya RAAL Griaya Asih menggunakan cara lama, manual. Dua tahun terkahir telah mengaplikasikan semua pencatatan transaksi keuangan menggunakan aplikasi berbayar sehingga bisa entri data, jurnal, dan bisa dilihat hasilnya sehingga memudahkan BPPG melakukan pemeriksaan.
Hanya saja, kata Ayub, bagaimana kelanjutan dari apa yang sudah dilakukan YADIA selama ini yang bagus akan menjadi sia-sia kalau tidak dilanjutkan kepengurusan yang berikutnya.
”Di Kengurusan kami ini banyak yang sudah kami buat. Kami melakukan pengelolaan RAAL masuk dalam kategori Diakonia Karitatif yang memberikan pertolongan langsung. Kami juga membentuk Diakonia Transformatif tetapi tidak mendapatkan sambutan.”
”Kami membuat portal lowongan kerja online yang disebut Lokerdia.id program yang dikembangkan, dibuat, dibayar dan dikelola YADIA dan melakukan kerjasama dengan Dewan-Dewan.”
Sebagaimana diketahui situs Lokerdia.id membantu para pencari kerja secara gratis dalam mencari lowongan kerja di Indonesia. Melalui platform ini para pencari kerja dapat menjelajahi berbagai kategori pekerjaan, termasuk IT, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan lainnya.
Pendeta Maureen S. Rumeser yang akrab disapa sebagai Pendeta Sussy memberi harapan kepada YADIA menyangkut kepengurusan selanjutnya di YADIA yang akan berakhir masa Kepengurusannya pada 31 Maret 2025.
”Walaupun per 31 Maret 2025 Kepengurusan YADIA berakhir, kita mohon pimpinan Roh Kudus, bisa saja kepengurusan baru nanti adalah incumbent. Tidak ada persayaratan seperti menjadi Majelis Sinode, yaitu dua periode sesudah itu tidak bisa lagi, tapi untuk Yayasan tidak berlaku. Apabila bapak ibu dipercayakan kembali kiranya dapat menjawab ”Ya” Dengan Segenap Hatiku.”
Menurut Pendeta Sussy, sudah banyak yang dilakukan YADIA, hanya saja gaungnya belum terdengar. Seringkali pendengaran, yang dilihat hanya penggalan kecil saja dan mengevaluasi secara keseluruhan.
”Tapi apa yang disampaikan Ketua Umum Bapak Ayub sungguh mencerahkan, bahwa YADIA yang hadir ditengah-tengah persekutuan, pelayanan dan kesaksian GPIB telah mengabdikan diri dan memberi sumbangsih yang banyak sehingga banyak perubahan yang secara khusus terjadi di RAAL,” tutur Pendeta Sussy.
Pendeta Sussy juga berharap kepada Pembina dan Pengawas bersama dengan para Pengurus YADIA lebih bersinergi untuk melakukan hal-hak yang luar biasa lagi.
Dalam renungannya, disampaikan bahwa YADIA dalam panggilannya sebagai Unit Misioner GPIB yang merupakan perpanjangan tangan solidaritas Allah di GPIB untuk menjadi saksi nyata melalui tindakan kasih kepada dunia yang membutuhkan.
”YADIA adalah alat Tuhan untuk menghidup panggilan, didalam konteks modern saat ini,” tutur Pendeta Sussy mengurai Firman Tuhan dari Yesaya 58: 6 – 7.
Pelayanan YADIA diarahkan kepada mereka yang miskin, lapar, menderita dan terpinggirkan yang masih menjadi realitas dunia saat ini. Yesus lahir dalam kesederhanaan untuk menunjukkan solidaritas Allah kepada manusia.
”KaryaNya membebaskan, memulihkan, dan membawa harapan bagi dunia ini. Natal harus menginspirasi YADIA untuk meneruskan misi solidaritas kepada dunia.”
Diharapkan jemaat ditingkat lokal dapat didorong untuk terlibat dalam pelayanan diakonia. Ibadah sejati tidak hanya diukur dari ritual tetapi dari tindakan nyata dalam kasih.
Menyikapi harapan Ketua III Pendeta Maureen S. Rumeser, Ketua Panitia Natal YADIA, Dicky Poluan dalam sambutannya mengatakan YADIA akan lebih proaktif untuk peduli kepada kemiskinan dan mereka yang terpinggirkan.
“Iya, memang harus proaktif,” tutur Dicky Poluan sembari mengurai kisah pembentukan panitia Natal YADIA yang mana semua Pengurus YADIA dilibatkan dalam Kepanitiaan. /fsp