Home / Pelkes

Senin, 2 September 2024 - 11:06 WIB

Ancaman Megatrust, Mitos atau Fakta?

JAKARTA, Arcus GPIB – Gonjang-ganjing potensi Megatrust yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bukan isapan jempol. Rilis yang dikeluarkan BMKG awal Agustus lalu menyebut bisa jadi ancaman gempa besar dari zona megathrust.

Gonjang ganjing itulah yang juga dibahas dalam webinar Megatrust: Mitos atau Fakta, Apa Respons Gereja? Webinar ini diadakan oleh CC UPB Departemen Pelkes GPIB pada Sabtu, 31 Agustus 2024.

“Megatrust itu adalah di mana terjadi kontak antara dua lempeng yang menimbulkan gempa dan tsunami. Namun dalam kurun waktu tidak rilis maka tidak terjadi gempa. Ini akan terjadi tapi tidak tahu kapan, dan seberapa besarnya,” kata Dr.Ir.Eko Teguh Paripurno,M.T – Pusat Studi Manajemen Bencaman UPN Veteran Yogyakarta yang menjadi salah satu pembicara webinar itu.

Ini bukan isapan jempol tapi memang harus diwaspadai. “Respons kita adalah kita harus siapsiaga terhadap info yang beredar. Kemudian upaya-upaya mitigative yang struktural dan non struktural. Ini harus diambil. Jadi kalau ditanya siap atau tidak kita menghadapi megatrust itu, ya harus siap siaga. Harus ada counter pencegahannya dan kemudian meyampaikan informasi kepada masyarakat untuk siap siaga dan juga informasi kolateral yang terjadi, ini penting bagi kita semua,” ujarnya.

Senada dengan Eko Tegus Paripurno, Berton SP Panjaitan, SKM.MHM,P.HD – Direktur Mitigasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB menekankan, banyaknya longsor dan gempa di Indonesia karena posisi Indonesia berada di ring of fire.

“Rapotnya adalah nomer dua paling tinggi dampaknya. Sehingga kita tidak bisa menolak kondisi ini. Sehingga kita harus terus menerus memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pentingnya masyarakat memahami jalur tersebut dan apa yang harus diketahui. Karena gempa memang tidak membunuh tapi susulannya atau kolateralnya atau dampaknya setelah gempa itu yang perlu diwaspadai,” kata Berton.

Baca juga  Safari Pelkes Lampung Utara: Sesi Bina UP2M Menarik Minat Warga Jemaat

Siapsiaga itulah, kata Berton yang perlu terus menerus disampaikan kepada masyarakat termasuk warga gereja. “Contoh konkret, misalnya mendirikan rumah ibadah tidak hanya berdiri saja sekarang tapi memperhatikan juga kondisi jika terjadi gempa, apakah ada jalur evakuasi, tempat untuk berlindung dan area-area aman lainnya. Ini perlu diperhatikan,” tandasnya.

Sementara ditinjau dari segi teologis soal gempa yang terjadi menurut pembicara ketiga Pdt. Dr.Josef M.N.Hehanusa, M.TH yang adalah Dosen UKDW Yogyakarta dan Pelum GPIB, bahwa iman Kristen tidak selalu memahami bahwa tidak ada gambaran atau penjelasan soal lempengan atau lainnya tapi gambaran Alkitab dalam Yesaya 45:18 bahwa Allah terus berkarya.

“Gempa dibuat Allah dalam Ayub 9:6 misalnya bahwa gempa berkaitan tindakan Allah. Jadi jangan terlalu cepat jika terjadi gempa itu adalah hukuman Allah karena juga ada bahwa terjadinya gempa bumi sebagai peristiwa natural dan pasti akan terjadi seperti itu,” kata Pdt.Josef.

Soal megatrust, BMKG juga memperingati bahwa ancaman dan potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

Lantas apa yang ahrus direspons bagi warga gereja dengan potensi dan ancaman megatrust tersebut? Menurut Pdt.Josep, gereja harus mendidik umat untuk menghargai dan merawat bumi dengan baik.

Baca juga  Malayani Tuhan dengan Sepenuh Hati, Pdt. Elisabeth Siregar: Jangan Setengah-setengah

“Bersahabat dengan alam sehingga mengenal alam dengan baik. Jangan bersikap karena berpegang keyakinan pada Tuhan lalu meremehkan bencana. Karena itu gereja harus berperan aktif untuk menolong warga untuk melindungi dirinya,” ujarnya.

Lebih konkret, Ir.Eko Menyampaikan langkah respons, yaitu siapsiaga, penjelasan counter pencegahan dan ini harus disampaikan ke semua orang.

“Gereja bisa melakukan advokasi upaya-upaya penanggulangan bencana. Jaminan gereja untuk melindungi warganya dengan hal-hal yang bisa dilakukan. Sehingga semua paham tentang risiko, faham fasiltas dan inftrastruktur yang ada di gereja. Pendeknya responsnya tidak hanya tentang kesiapsiagan tapi membangun ketangguhan rumah ibadah,” terangnya.

Sementara menurut Berton, respons warga gereja amat perlu terkait soal megatrust ini. “Kita tidak tahu megatrust itu kapan terjadi tapi kita siaga terhadap bencana itu dan tindakan-tindakan yang bisa dilakukan jika hal itu terjadi adalah salah satunya gereja siap soal relokasi, pengalihan dan hal-hal lainnya,”ujarnya Berton.

Webinar yang dimoderatori Pdt.Sterra Gerrits diikuti lebih dari 170 peserta dari berbagai jemaat GPIB di seluruh Indonesia. Dan acara ini dibuka oleh Ketua I Majelis Sinode Pdt.Martin Lewakabessy dan menghadirkan tiga pembicara, yaitu Dr.Ir.Eko Teguh Paripurno,M.T – Pusat Studi Manajemen Bencaman UPN Veteran Yogyakarta, Berton SP Panjiatan, SKM.MHM,P.HD – Direktur Mitigasi Bencana BNPB dan Pdt.Dr.Josef M.N.Hehanusa, M.TH- Dosen UKDW Yogyakarta. /phil

Share :

Baca Juga

Pelkes

Pemandirian Jemaat Terus Berjalan, UP2M Minta Jemaat Pendamping Fokus

Pelkes

Menjadi Jemaat Mandiri Butuh Pengorbanan

Pelkes

Kerja Cerdas Tim Baksos GPIB Di Tungoi: Serahkan Bantuan Tas Sekolah dan Produk Unilever

Pelkes

Tim Safari Pelkes GPIB Masuk Lampung, Siap Berpelkes

Pelkes

SAFARI Pelkes: Menarik, Materi Bina PMKI, Dari Soal Traficking dan Peran Gereja

Pelkes

Baksos Kesehatan Di Kalvari Bolmong Capai 1.191 Orang, Bedah Minor 41 Orang

Pelkes

Walikota Kotamubagu Temui Tim Baksos GPIB: Puji Tuhan Kotamobagu 10 Kota Tertoleransi

Pelkes

Tarian Adat dan Pengalungan Selendang Sambut Tim Safari Pelkes GPIB di Lampung Utara