Home / Misioner

Rabu, 20 Oktober 2021 - 17:48 WIB

GPIB Strategis, Dirjen Bimas Kristen Thomas Pentury: Awas Ekstrim Kiri Dan Kanan

ArcusGPIB.com – Indonesia yang majemuk ini membutuhkan praktik keagamaan yang cenderung moderat. Karena itu konsep moderasi beragama harus terus dibangun. Melalui konsep moderasi beragama ini diharapkan ada titik temu antara satu dengan yang lain.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Bimas Kristen, Prof. Dr. Thomas Pentury M.Si kepada Frans S. Pong dari arcusgpib.com saat bincang-bincang dengannya di kantornya belum lama ini.

“Kalau kita kemudian menganggap bahwa kalau tidak mempraktikkan posisi yang moderat kita cenderung ekstrim. Itu sebetulnya sama dengan kita mengklaim kebenaran menurut kita saja. Padahal, kebenaran itu mutlak pada  Tuhan yang menjadikan langit dan bumi yang kita yakini dalam Yesus Kristus,” ungkap Thomas Pentury.

Tapi, katanya, dalam realitas kehidupan sosial kemasyarakatan Indonesia ada lagi agama-agama lain yang juga mengklaim  kebenaran menurut mereka.

“Makanya kalau saya sering menyatakan kebenaran itu dia mutlak dalam posisi yang eksklusif. Artinya ketertutupan kita, kita anggap mutlak. Tapi kemudian ketika keluar berelasi dengan yang lain tidak bisa bilang disana tidak benar.”

Baca juga  "Menyuarakan Keadilan, Menghidupi Iman: Refleksi Gereja dari Kitab Yesaya"

Kalau itu dilakukan, kata Thomas, itu artinya tidak menghargai kemajemukan. Meyakini kebenaran dalam perspektif eksklusif itu benar,” kata Thomas. Kalau doktrin untuk mencari sisi-sisi yang sama kalau dalam dialog keagamaan itu boleh saja.

“Tapi kalau untuk mencari perbedaan kita akan berada pada posisi divergensi. Harusnya kita menuju pada posisi konvergensi disatu titik. Artinya bahwa memang kita harus ada dalam persekutuan koinonia untuk melayani orang lain tapi juga menyatakan Kristus yang disalib itu. Itu konteksnya,” ucap Thomas.

“Nah bagaimana GPIB dalam tanggung jawab bergerejanya,” tanya Thomas. Menurutnya, GPIB adalah salah satu gereja yang sinodenya relatif tua di Indonesia harus bisa mengedepankan konsep keesaan  itu. Keesaan secara internal dalam perspektif sinodal dalam praktik-praktik itu harus bisa nyata dalam kehidupan berjemaat di Indonesia.

Lanjut disampaikan, GPIB ini salah satu sinode yang relaltif memiliki jemaat yang banyak dan ia terdistribusi hampir diseluruh Indonesia. Artinya posisi GPIB memang strategis dalam tanggung jawab bergereja.

Baca juga  Ajaran Sesat, Kita Harus Waspada dan Membangun Kehidupan Iman yang Kuat

Tantangan-tantangan lain memang ada karena denominasi gereja lain tapi  harus dipandang sebagai mitra untuk secara bersama bergereja menyatakan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus, itu inti bergereja.

“Dalam tanggung jawab itu saya kira menjelang Persidangan Sinode GPIB maka tentu berharap akan lahir pemimpin yang punya perspektif. Perpektif kalau saya sebut dalam Kementerian Agama itu perspektif moderat,” ujar Thomas.

Jadi, katanya, pemimpin gereja harus membawa gereja pada posisi yang ada di tengah dan tidak akan mempraktikkan kehidupan bergereja yang ekstrim, baik ekstrim kiri maupun ekstrim kanan. Dia harus mempraktikkan kehidupan bergereja yang moderat. “Kenapa?” tanya Thomas: “Karena kemajemukan itu.”

Juga disampaikan bahwa negara tidak boleh mencampuri urusan beragama. Tapi bisa mencampuri untuk urusan relasi antar agama.

“Negara harus ada di posisi in between, diantara atau ditengah. Dia tidak boleh mencampuri doktrin keagamaan tapi dia harus campur antara relasi agama. Kalau ada konflik beragama negara harus ikut campur, kalau tidak kita bisa kacau,” imbuhnya.  /fsp

Share :

Baca Juga

Misioner

Pdt. Darius Leiwakabessy: Jadilah Pelayan Membanggakan, Dkn. Vicora: Bersedia Diri

Misioner

Situasi Kritis, Berpeganglah Selalu pada Firman-Nya

Misioner

Merawat Keberagaman, Pdt. Persang Undang Sinta Wahid Ke Immanuel Gambir

Misioner

Pemilu Damai, Pdt. Janzens William Riupassa: Beda Pilihan Mendatangkan Kebaikan

Misioner

Dosa Jadi Penghalang, Pdt Jan Jona Lumanauw: Mari Percaya Kristus, Maka Keselamatan Jadi  Bagianmu

Misioner

Pesan PGI: Jangan Terjebak Pada Janji-janji Manis

Misioner

Belum Ada Wadah: Ini Harapan Pdt Otje dan Pdt Noel untuk Alumni Islamologi

Misioner

Semarak HUT Ke-30 YADIA GPIB, Pdt. Manuel Raintung: Wujud Nyata Cinta Kasih