Oleh: Pnt. Louna Ticoalu-Departemen PPSDI PPK
BERSYUKUR kepada Tuhan yang senantiasa mengingatkan kita bahwa tidak semua jemaat GPIB bisa mendengar alias tuli, karena memiliki disabilitas dalam hal mendengar (disebut tuna rungu yang berarti rusak pendengaran – KBBI).
Ketika pertama kali mengucapkan kata “Orang Tuli” saat pembahasan Program Kerja dan Anggaran (PKA) kelompok bidang di Persidangan Sinode Raya 2021 secara daring, saya diprotes oleh beberapa pendeta dan Diaken-Penatua peserta kelompok. Menurut mereka sebutan Tuli itu kasar.
Beruntungnya kami sudah melakukan beberapa percakapan dengan mereka yang banyak berhubungan dengan orang Tuli. Ternyata orang Tuli lebih suka disebut Tuli (dengan huruf kapital T), daripada tuna rungu.
Kenapa? Karena tuna rungu lebih dikonotasikan dengan kondisi sakit tidak bisa mendengar disebabkan rusaknya indera pendengaran dan cenderung diskriminatif. Sedang Tuli lebih merupakan identitas sosial dan mampu berbahasa isyarat.
Bersyukur juga kepada Tuhan karena Majelis Sinode GPIB dalam hal ini Ketua III Fungsionaris MS – Pendeta Sussy Rumeser sangat concern tentang kondisi jemaat disabilitas. Itulah sebabnya sejak tahun 2021 kegiatan menyiapkan Juru Bahasa Isyarat dalam Ibadah Hari Minggu sudah menjadi salah satu aktivitas dalam PKA lingkup sinodal Bidang IV PPSDI-PPK.
Kegiatan ground work dilakukan dengan mencari kontak lembaga yang menangani komunitas Tuli, melakukan benchmarking ke beberapa gereja yang sudah melakukan pelayanan bahasa isyarat seperti GKI dan Gereja Katolik serta beberapa persiapan lainnya.
Bersyukur kembali kepada Tuhan, karena di PKA 2022-2023 secara intens dan serius Departemen PPSDI-PPK terus menjalin jejaring dan mulai menyusun rencana untuk mewujudkan GPIB ramah disabilitas dimulai dengan pelayanan bahasa isyarat bagi warga Tuli.
Akhirnya…dengan mengucap syukur kepada Tuhan, di PKA 2023-2024 terbentuklah kelas Juru Bahasa Isyarat di GPIB Jemaat Sumber Kasih DKI Jakarta.
Dimulai dari percakapan KMJ GPIB Sumber Kasih DKI Jakarta – Pendeta Michiko Saren jelang Hari Bahasa Isyarat Internasional dengan seorang mantan anak layan saya di BPK Pelayanan Anak (bisa dibayangkan ya…saat ini dia sudah besar tentunya) namanya Colin Augus Cornelis.
Ia bersama rekannya Sefitian Laoli adalah asisten dosen Dr. Muhammad Fauzi,S.Des.,M.Ds. untuk mata kuliah Desain, Fotografi,Komputer Grafis,dll. di Universitas Esa Unggul Jakarta. Dr.Fauzi inilah yang memiliki ide untuk mengajarkan bahasa isyarat di gereja. Menariknya, Dr.Fauzi adalah seorang dosen muda Tuli, cerdas, beragama Islam tapi sangat-sangat memiliki toleransi beragama yang tinggi dan luhur.
Beruntungnya beliau bisa mendengar karena memakai alat bantu yang harganya tidak murah. Dari percakapan ini, dibukalah pendaftaran untuk peserta kelas Bahasa Isyarat di GPIB Sumber Kasih. Beranggotakan 24 orang – yaitu para Diaken, Penatua, Pendeta, Vikaris, Pengurus/Pelayan PA-PT, Anggota GP-PKP-PKLU-Pengurus Komisi, anggota Departemen PPSDI-PPK bahkan ada seorang anak PA kelas Tanggung- yang sangat bersemangat belajar setiap hari Kamis.
Saat ini kelas diajar secara rutin oleh Ibu Nancy V. Sumanti – seorang Tuli Kristiani yang sangat enerjik, dibantu seorang mahasiswa Dr.Fauzi yang bernama Wanda Ayu Azzahra juga seorang Tuli. Pada saat Ibadah Hari Minggu dalam rangka Hari Disabiltas Internasional tgl 3 Desember 2023, peserta kelas Bahasa Isyarat ini ”menyanyikan” lagu Tetap Setia dengan bahasa isyarat.
Kelas Angkatan pertama ini sudah belajar sejak Oktober 2023 dan akan berlanjut hingga September 2024. Di Bulan November 2023 melalui surat no.5115/XI-23/MS.XXI Majelis Sinode GPIB telah menunjuk GPIB Jemaat Sumber Kasih DKI Jakarta menjadi pilot project (proyek percontohan) Ibadah Hari Minggu (IHM) menggunakan Bahasa Isyarat melalui live streaming youtube GPIB Sumber Kasih Jakarta Selatan. Sebagai tindak lanjut realisasi proyek percontohan, mulai tanggal 21 Januari 2023 dan seterusnya pada IHM pukul 09.00 WIB dilaksanakan dengan menggunakan Bahasa Isyarat.
Dalam ibadah perdana ini, hadir Ketua III FMS – Pendeta Sussy Rumeser memberikan sapaan dan arahan terkait IHM dengan Bahasa Isyarat. Peserta kelas Bahasa Isyarat juga “menyanyikan” lagu Waktu Tuhan dengan peragaan.
Saat ini IHM masih dilayani secara bergantian oleh Juru Bahasa Isyarat profesional yaitu Ibu Pinky Warouw, Ibu Sonya Maramis serta Ibu Louretta Skyler.
Diharapkan pada Bulan September 2024 sudah ada tambahan Juru Bahasa Isyarat dari peserta angkatan pertama yang akan bertugas melayani di IHM pukul 09.00 WIB secara rutin.
Bagi warga jemaat Tuli GPIB dan juga dari denominasi lain dapat mengikuti Ibadah Hari Minggu melalui kanal youtube GPIB Sumber Kasih Jakarta Selatan atau mengaksesnya melalui link https://www.youtube.com/@GPIBSumberKasihJkt. Informasi sudah disebarkan melalui e-flyer ke seluruh WA Group K3-S2 GPIB dan seluruh WA Group GPIB, dengan harapan dapat menjangkau seluruh warga Tuli.
Kiranya pelayanan ini dapat membantu warga Tuli dalam memahami tata ibadah, khotbah dan narasi-narasi lain yang tidak tertulis saat pelaksanaan IHM. Kiranya usaha dan perhatian ini menjadi berkat bagi sebagian kelompok penyandang disabilitas yaitu warga Tuli.
Masih banyak lagi penyandang disabilitas yang lain. Mari kita pikirkan bersama bentuk pelayanan yang bisa dilakukan dalam upaya menuju GPIB Ramah Disabilitas. Tuhan Yesus memberkati. ***