“Kita harus selalu waspada terhadap berbagai benih kedagingan, dosa-dosa yang ada dan bisa bertumbuh di sekitar kehidupan rumah tangga kita.”
JAKARTA, Arcus GPIB – Pendeta Boydo Rajiv Hutagalung dalam khotbahnya saat melayani di GPIB Marga Mulya Yogyakarta, Minggu 8/9/2024, mengatakan, “Rumah tangga harus hati-hati terhadap PTT alias Perselingkuhan Tipis-Tipis”.
Pendeta Jemaat GPIB Marga Mulya yang kini sementara menempuh Studi Doktoral di UIN Sunan Kalijaga ini menjelaskan lebih lanjut, “Kita harus selalu waspada terhadap berbagai benih kedagingan, dosa-dosa yang ada dan bisa bertumbuh di sekitar kehidupan rumah tangga kita.”
“Dosa percabulan dapat mewujud pada ‘perselingkuhan tipis-tipis’. Hal ini ditandai ketika suami atau istri mulai menjalin komunikasi, curhat dengan seseorang dan mulai merasa nyaman bahkan kehilangan jika lama tidak bicara dengan orang lain itu. Lama kelamaan kita justru merasa lebih intim dengan orang lain, meski sebatas komunikasi atau curhat. Ini adalah awal dari perselingkuhan!,” tuturnya.
Renungan pagi Sabda Bina umat (SBU) GPIB Jumat (13/09/2024) mengulik soal percabulan. Percabulan merujuk pada imoralitas seksual yang didasari pada hawa nafsu kedagingan yang tak terkendali.
Percabulan, satu kata yang sudah ada sejak dahulu tapi selalu up to date menjadi bahasan. Percabulan dapat dikatakan sebagai berhala.
Percabulan membuat seseorang tidak lagi hidup dalam kekudusan. Percabulan sangat berlawanan dengan kekudusan. Sementara Allah mengehendaki siapapun untuk hidup dalam kekudusan.
Mengangkat tema: ”ANUGERAH PENGUDUSAN” SBU mengurai 1 Tesalonika 4 : 3 – 4 yang fokus pada ayat 3 ”Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan”.
Bicara mengenai pengudusan, tidak bisa dilepaskan dari Allah yang adalah kudus, yang menguduskan manusia. Terkait dengan hal itu, Adolphe Tanguerey, dalam bukunya The Spiritual Life: A Treatise on Ascetical and Mystical Theology (2015), menuliskan, “Karena Allah adalah kekudusan itu sendiri, kita tidak bisa bersatu dengan-Nya kecuali hati kita bersih suatu keadaan yang menyiratkan dua Syarat: penebusan atas masa lalu dan pelepasan dari dosa serta kemungkinan terjadinya dosa di masa depan.”
Jaga Kekudusan
Lebih jauh SBU menyebutkan, pengudusan terjadi melalui penebusan yang Allah anugerahkan yang perlu dijaga. Rasul Paulus dalam bacaan pagi ini menggarisbawahi tentang pengudusan jemaat Tesalonika. Kata yang digunakan adalah “hagiasmos” yang di dalamnya terkandung pengertian proses menjadikan kudus.
Dengan menggunakan kata tersebut, Paulus mengajak jemaat Tesalonika untuk sungguh-sungguh menghayati bahwa kekudusan mereka dialami bukan karena kehebatan dan kemampuan mereka, melainkan karena semata-mata anugerah dan kasih Allah bagi mereka.
Itu sebabnya Paulus mengajak mereka untuk menjaga kekudusan yang telah mereka terima dari Allah dengan cara menjauhkan diri dari tindakan percabulan.
”Pengudusan membawa kita pada kesadaran, bahwa Allah sangat mengasihi kita. Hanya dengan pengudusan maka kita dapat menyau dengan-Nya. la tidak menghendaki adanya keterpisahan antara kta dengan Dia.”
”Kita diajak untuk memusatkan hati dan pikiran hanya kepada Dia, Sang Mahakasih, agar kesetiaan dan kekudusan hidup itulah yang kita persembahkan kepada-Nya.” /fsp