JAKARTA, Arcus GPIB – Ada hal yang tidak biasa di GPIB. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat ini welcome dengan Gereja Bethel Indonesia (GBI). Pada penutupan Persidangan Sinode Tahunan GPIB 2022 Majelis Sinode GPIB memperkenankan Pendeta GBI berkhotbah.
Dan tidak tanggung-tanggung, dalam ibadah penutupan perhelatan akbar tersebut yang dilaksanakan di Hotel Aryaduta Jakarta, Rabu (9/3) pengkhotbahnya Ketua Umum BPP Sinode GBI, Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham. Wow, sebuah “kemesraan” manis yang mungkin saja kedepan bisa membuat dua institusi gereja besar ini semakin besar diranah pelayanan.
Cukup banyak peserta yang hadir dalam ibadah penutupan tersebut yang dilaksanakan secara onsite dan daring. Jumlah views yang termonitor mencapai 2000 lebih pengunjung. Angka yang tidak sedikit untuk moment ibadah penutupan PST GPIB dengan tuan dan nyonya rumah Mupel Jakarta Timur.
Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi M.Si mengatakan, hadirnya Ketua Ketua Umum BPP Sinode GBI, Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham adalah sebuah lompatan sinergitas. “Harus, kita bersinergi dengan GBI. Ini satu lompatan,” kata Pdt. Rumambi seraya menambahkan akan terus melakukan sinergi dengan GBI.
Kepada Pelaksana Redaksi arcusgpib.com, Frans S. Pong, Pdt. Rubin mengatakan, kedepan sangat mungkin sinegitas terus dilakukan dengan GPIB.
“Sangat mingkin. Pasti karena kita ini tubuh Kristus. Banyak hal-hal yang bagus dari GPIB yang perlu kita belajar. Apalagi kita adik, masih muda dibanding GPIB,” tutur Pdt. Rubin. Sebagaimana diketahui GBI saat ini memiliki sekira 6.600 gereja lokal di 27 negara, sekitar 3 juta orang jemaat.
Menurutnya, GBI bisa menjadi besar pertama tentu karena anugerah Tuhan yang kedua juga karena sangat mengijinkan Roh Kudus berkarya. GBI terus menanamkan gereja, memuridkan orang-orang dan memenangkan jiwa-jiwa. GBI lahir 6 Oktober 1970, dan terus mengalami perkembangan sampai hari ini.
Salah satu hal yang mungkin merupakan keunikan adalah bahwa seorang bisa menjadi pelayan Tuhan di GBI tidak harus masuk sekolah teologia dulu. Tapi dia bisa masuk dalam jalur pelayanan yang ada, walaupun kemudian mereka harus mengikuti semacam pelatihan dan didorong pada pengenalan Firman secara teologis.
GBI kata Pdt. Rubin, memiliki Bethel E-Learning sebuah sarana belajar yang bisa menjangkau kemana-mana agar bisa belajar tanpa meninggalkan tempat.
“Kita sangat menekankan pada semangat gereja karena founder GBI H. L. Senduk telah memberikan target 10.000 GBI di seluruh dunia. Kita baru 6.600 pada usia ke 52 tahun,” tandas Pdt. Rubin menjelaskan bahwa GBI bisa going international karena visi Amanat Agung Tuhan Yesus.
“Tentu Amanat Agung Tuhan Yesus. Tema periode ini dalam empat tahun adalah Sehati Menuntaskan Amanat Agung Tuhan Yesus,” tuturnya bahwa GBI hadir di banyak negara karena melakukan perintisan orang-orang Indonesia pindah ke Amerika, ke Eropa, Australia termasuk Asia
Untuk Senegal Afrika, kata Pdt. Rubin, pihaknya tidak melayani orang Indonesia karena jumlah orang Indonesia terbatas. Di Senegal GBI menjangkau orang-orang Senegal dalam bahasa Prancis.
Dikatakan, model penginjilan GBI dalam menjangkau banyak jiwa melakukannya menurut segmen. Yakni pelayanan perkotaan, pelayanan perdesaan, dan suku terasing. GBI juga membagi pelayanan pada generasi muda dengan membentuk Departemen Pemuda dan Anak, membentuk misi transformasi kreatif yang ditujukan untuk anak-anak muda dan Departemen Media Sosial.
Tiga pos tersebut, katanya, dianggarkan dalam rangka meningkatkan pelayanan untuk melayani generasi muda, bukan hanya teritorialnya yang dijangkau apakah kota atau desa tepi juga segmentasi usia. /fsp