Home / GPIB Siana

Jumat, 7 Oktober 2022 - 12:22 WIB

Orang Tua Simak Ini, Melukai Hati Anak dan Sesama, Dampaknya Kepahitan

Pdt. P.K. Rumambi, Ketua Umum Majelis Sinode pada acara Pesparawi Anak GPIB 2017 di Jakarta. Foto: Frans S. Pong, Arcus Media Network.

Pdt. P.K. Rumambi, Ketua Umum Majelis Sinode pada acara Pesparawi Anak GPIB 2017 di Jakarta. Foto: Frans S. Pong, Arcus Media Network.

JAKARTA, Arcus GPIB – Menjaga sikap dan perbuatan agar tidak menyakiti hati sesama, baik kepada anak maupun sesama. Kita tidak dapat bersikap semena-mena terhadap orang lain, termasuk anggota keluarga kita.

Demikian renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) GPIB Jumat 07/10/2022 mengangkat tema “Jangan Sakiti Hati Sesamamu” mengurai teks Firman Tuhan Kolose 3 : 18 – 21.

Disebutkan bahwa dampak dari menyakiti hati orang lain adalah melukai, kehilangan semangat hidup, kemarahan dan kepahitan hidup seseorang. Hidup saling mengasihi bukannya menyakiti.

Paulus menasihatkan orang tua tentang tanggung jawab terhadap anak-anaknya tentang larangan dan dampak dan larangan itu: Larangan “Janganlah sakiti hati anakmu” (ayat 21a): Dampaknya: “supaya jangan tawar hatinya” (ayat 21b).

Baca juga  EDISI NATAL: Kegagalan Tuhan Izinkan, untuk Menyadarkan agar Bertobat

Paulus memberikan nasihat yang berisi larangan dan dampaknya terhadap relasi antar keluarga karena posisi anak-anak dalam konteks budaya kuno cukup memprihatinkan, mereka yang masih berada di bawah pengawasan ayahnya, tidak memiliki hak apapun.

Anak-anak adalah properti sang ayah. Dalam kasus tertentu keadaan anak-anak lebih menyedihkan danpada para budak, karena Ayah berhak menentukan apakah bayi yang lahir layak untuk hidup atau tidak.

Baca juga  Pdt. Peggy: Andalkan Tuhan, Pdt. Hendra: Jangan Dikit-dikit Kepeng

Ayah dapat menjual anak-anaknya menjadi budak, bahkan setelah anak itu bebas, ia masih bisa djual lagi. Jadi, Ayah berkuasa atas hidup anak-anaknya.

Keberadaan anak-anak yang memprihatinkan inilah yang mendorong Paulus menasihati para ayah agar tidak menyakiti hati anak-anaknya. “Sakiti hati” artinya mengaduk-aduk hati seseorang, baik untuk sesuatu yang buruk maupun baik.

Dampak dari larangan tersebut adalah agar menjaga hati anak-anak supaya tidak jadi tawar. Alkitab versi Inggris menerjemahkannya dengan “kehilangan hak atau “dipatahkan semangatnya” atau berkaitan dengan “kemarahan” dan kemarahan berubah menjadi kepahitan. /fsp

Share :

Baca Juga

GPIB Siana

Model Kepemimpinan Bagaimana yang Dibutuhkan Gereja, Ini Kata Pdt. Alexius Letlora

GPIB Siana

Di Panti Bina Harapan, Pdt. Dewi Sintha: “Yang Diabaikan, Masuk Dalam Kasih SayangNya”

GPIB Siana

Apa yang Mau Dicapai PST, Pdt. Elly D. Pitoy: Berharap Apa yang Kita Lakukan Punya Nilai

GPIB Siana

Lebaran, KMJ Paulus Pdt. Johny A. Lontoh Ke Masjid Taman Sunda Kelapa

GPIB Siana

Ketua 1 Sinode GKP Pdt. Hariman Pattianakotta: “Kepemimpinan Sentralistik Efektif”

GPIB Siana

Coaching Clinic Dept. Inforkom dan Litbang Usai, Pdt. Elly Pitoy: Sunhodos

GPIB Siana

FMS XXI Besok Diteguhkan, Puji Tuhan Berjalan Lancar

GPIB Siana

PESAN Natal 2022: Beritakanlah Kabar Sukacita yang Menyelamatkan