JAKARTA, Arcus GPIB – Pendeta Abraham Ruben Persang, M.Th meminta orang-orang yang percaya kepada Kristus mengimplementasikan sikap percayanya sebagai pengikut Kristus bukan hanya sekadar didiskusikan saja.
Menurutnya, banyak orang percaya aktif diberbagai kegiatan berkaitan dengan kekristenan tetapi tidak menerapkan kekristenan yang dipercayainya dalam keseharian.
“Hebatnya orang Protestan, baca Alkitab, diskusi Alkitab, seminar-seminar paling banyak orang protestan. Kenapa? Orang protestan paling suka mendiskusikan Alkitab. Tapi tidak mengimplementasikan dalam hidup sehari-hari,” ungkap Pendeta Persang saat melayani dalam Ibadah Paskah Mahkamah Agung RI & Badan Peradilan Jabodetabek, di GPIB Immanuel Jakarta, Jumat (14/04/2023).
Ia mencontohkan, dalam hal parkir mobil orang protestan dan orang katolik.
Dalam kesempatan itu, Pendeta Persang juga meminta kepada warga Mahkamah Agung RI dan Badan Peradilan Jabodetabek untuk hidup dalam kepedulian dengan sesama.
“Yang dibutuhkan orang percaya saling menopang satu dengan yang lain. Nilai itu harus tetap dipelihara, saling mendoakan satu dengan yang lain,” tandasnya sembari merujuk kepada anak-anak Yatim Piatu yang ikut dalam ibadah tersebut yang ikut menaikkan pujian lewat permainan angklung.
Selain persembahan pujian dari Panti Asuhan Depok, ibadah Paskah Mahkamah Agung RI ini juga menampilkan Paduan Suara Panitia, dan Paduan suara Hakim Perempuan.
Dikatakan, gereja saat ini berada di era sesudah kebangkitan, bukan lagi di masa perkabungan, tapi berada di masa sukacita. Setiap gereja harus kharismatis. Artinya didalamnya ada pekerjaan Roh.
“Kita sungguh-sungguh didalam roh disapa oleh Firman. Jadi ketika kita bersukacita, ya bersukacitalah, jadi jangan dikekang,” tandas Pendeta Persang.
Soal teladan, Pendeta yang beberapa kali menjadi Pendeta Utusan di Luar Negeri ini, mengajak umat Tuhan untuk meneladani Kristus.
“Teladani Kristus, bukan yang lain, supaya kita tidak kecewa,” katanya bercerita ada yang meminta untuk meneladani sosok pendeta.
“Jangan mengkultuskan manusia, karena bisa kecewa, karena pendeta juga manusia. Seorang Paus pun tidak bebas dari kesalahan. Semua manusia cenderung berbuat dosa,” tutur Pendeta Persang.
Sebagai manusia baru, orang percaya akan menempati habitus baru. Untuk itu harus membiasakan melakukan yang benar, bukan membenarkan yang biasa. Orang kristen itu hidupnya membiasakan yang benar.
Dalam kesempatan itu, Pendeta Persang juga berkisah soal jumlah kenaikan orang Kristen dalam suatu komunitas adalah baik. Artinya, dalam sebuah komunitas kalau orang kristennya banyak itu bagus, Hanya saja, ia meminta jangan sampai jumlah orang Kristen juga meningkat dalam ruang-ruang sel dan tahanan.
“Sedih dan prihatin ketika kita sama-sama melihat eksposur, gambaran berita-berita, seorang hamba Tuhan di Kalibata Mall memutilasi,” imbuhnya. /fsp