Home / GPIB Siana

Kamis, 13 Maret 2025 - 10:08 WIB

Pesona Baju Jawa Dominan di Pembukaan PST Salatiga 2025

Kebaya selalu indah dipandang mata, Fungsionaris Perempuan GPIB dengan kebaya, Pdt. Elly Pitoy, Pnt. Shierley van Houten, Pdt. Emmawati Baule, Pdt. Maureen Rumeser.

Kebaya selalu indah dipandang mata, Fungsionaris Perempuan GPIB dengan kebaya, Pdt. Elly Pitoy, Pnt. Shierley van Houten, Pdt. Emmawati Baule, Pdt. Maureen Rumeser.

SALATIGA, Arcus GPIB – Pesona baju Jawa  selalu menyedapkan mata memandang. Kekentalan budaya Jawa nampak di baju yang banyak dipakai diforum-forum resmi.

Diajang Pembukaan Persidangan Majelis Sinode (PST) GPIB kostum tersebut eksis digunakan banyak kaum lelaki dan perempuan menyemarakkan acara akbar GPIB yang digelar di Balairung kampus UKSW 12 – 15 Maret 2025.

Ketua Umum MS GPIB Pdt. P.K. Rumambi berwibawa dengan kostum Jawa.

Sekretaris I MS GPBertoga dipadu dengan sanggul semakin menampakkan keanggunan wajah.

Kalau untuk pria busana dipadu dengan blangkon, kalau untuk perempuan kebaya dipadu dengan sanggul atau konde di kepala yang membuat anggun seorang wanita.

Mengutip Kumparan.com, baju kebaya dikenal sebagai pakaian bagian atas yang memiliki karakteristik terbuka di bagian depan dan dibuat secara tradisional.

Baca juga  Pdt.Klokke : Menjadi Pemimpin Harus Bisa Mengembangkan Persekutuan Sahabat

Filosofi baju kebaya di Jawa melambangkan kehalusan, kesabaran hingga kepatuhan perempuan. Baju kebaya di Jawa di masa sekarang yang lebih modern mempunyai filosofi seorang wanita yang mempunyai tata krama namun tetap dapat bebas dalam berekspresi pada zaman sekarang.

Perempuan masa kini memiliki kebebasan dalam melakukan pengembangan diri tanpa melanggar aturan atau pakem budaya dari asalnya sendiri.

Kebaya pada pemakaian tradisional di jaman dahulu melilitkan kain dengan ketat yang mempunyai filosofi gerakan perempuan harus lemah gemulai tidak boleh urakan.

Stagen juga dipakai dengan kain panjang yang arti filosofinya yaitu panjang usus atau panjang kesabarannya.

Kebaya diperkirakan memiliki sejarah bermula dari zaman Kerajaan Majapahit yang selanjutnya kebaya menjadi pakaian tradisional untuk golongan priyayi dan bangsawan di abad ke 15 hingga 16.

Baca juga  Majelis Sinode Tuntaskan Audiensi Di Lemhannas, Katedral Jakarta dan Ditjen Bimas Kristen

Kebaya dijadikan sebagai budaya Nasional Indonesia memiliki acuan pada Keputusan Presiden No. 18 Tahun 1972 tentang jenis-jenis pakaian warga sipil dan Undang-undang No. 9 Tahun 2010 tentang keprotokolan.

Jenis-jenis Kebaya

Terdapat banyak jenis-jenis kebaya yang terdiri atas Kebaya Encim, Kebaya Sunda, Kebaya Ambon hingga Kebaya Minahasa. Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis kebaya yang paling populer di Indonesia.

  1. Kebaya Modern

Kebaya modern menggunakan desain yang kaya dan dibuat dengan lebih detail yang membedakan dengan kebaya tradisional. Contohnya dibuat ekor memanjang pada bagian bawahnya.

  1. Kebaya Tradisional

Kebaya Kartini menjadi salah satu kebaya tradisional. Kebaya ini pada umumnya tertutup di bagian depannya dengan kancing yang dipasang hingga ke bagian bawahnya. Kebaya tradisional lainnya yang populer dikenakan wanita Indonesia yaitu kebaya kutu baru. /ans

 

Share :

Baca Juga

GPIB Siana

Diskusi Kelompok Soal Aset di Rakerdal PEG Cukup Seru

GPIB Siana

Podcast Satgas On The Spot #11: WASPADA

GPIB Siana

The Simplicity of Christmas, Pnt. Robby Wekes: Sapa yang Termarjinalkan

GPIB Siana

ECO Church, GPIB Tidak Akan Ikut Dalam Bisnis Tambang

GPIB Siana

“Tuhan Tidak Merancang Keburukan, IA Punya Cara Sendiri untuk Kita”

GPIB Siana

YADIA GPIB, Dari Menata RAAL Hingga Urus Pencari Kerja

GPIB Siana

Panitia PS XXI Dibubarkan, Ketum Rumambi: Ini Peristiwa Persidangan Bersejarah

GPIB Siana

Di GPIB Paulus Jakarta, Donatur Serahkan Aset Rp62,8 Milyar ke GPIB