JAKARTA, Arcus – Gereja, khususnya GPIB semakin mendapat tempat di hati pemerintah. Kenapa? Karena GPIB aktif dalam penanganan memutus rantai pandemic Covid-19. Wow…
Ini kata Deputi 2 Kantor Staf Presiden (KSP), Abetnego Tarigan, gereja telah menjadi pusat penanganan krisis maupun pandemic Covid-19 termasuk menjadi pusat informasi untuk mengatasi hoax.
“Keadaan yang sudah membaik saat ini harus bisa dikelola dengan baik sekaligus tetap mewaspadai ancaman kenaikan kasus,” kata Abetnego Tarigan saat berbicara diacara Podcast Sinodal On The Spot ke-12dengan tema “Sinergitas Pemerintah & GPIB mengantisipasi Gelombang 3 Covid-19” Jumat (5/11).
Data, kata Abetnego, menunjukkan adanya tren kenaikan kasus Covid-19 di 130 kota/ kabupaten. Untuk itu gereja harus menjadi salah satu kekuatan sosial ditingkat lokal bersama pemerintah kota/ kabupaten.
“Jangan sampai gereja melakukan relaksasi kebijakan melainkan harus tetap mempertahankan kesiapsiagaan dan kapasitasnya karena pandemic belum berakhir,” tandasnya.
Apa kata Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. Paulus Kariso Rumambi soal itu? Menurutnya, GPIB harus banyak belajar dengan keadaan saat ini, tidak reaktif.
Lebih baik melakukan perenungan, tidak melakukan kegiatan-kegiatan semacam club house yang hanya mementingkan kesenangan pribadi. GPIB harus terus maju, kembali kejati dirinya sebagai pusat pelayanan jemaat dan masyarakat khususnya kaum muda yang jumlahnya sangat banyak saat ini.
“Perlunya gereja senantiasa bekerjasama dengan masyarakat, tangan kanan pegang Alkitab dan ditangan kiri harus ada koran,” kata Rumambi mengumpamakan.
Terkait penguatan Satgas Covid-19 GPIB ditingkat sinodal, mupel dan jemaat, Pdt Elly Pitoy – de Bell, Sekretaris Umum MS XXI GPIB mengatakan, walau dibeberapa wilayah sudah berada pada PPKM level 1 namun satgas tidak boleh kendor aturannya melainkan, justru harus semakin kencang,
“Kepedulian bersama mewaspadai pandemic harus terus dilakukan sebagaimana DNA GPIB yaitu sunhodos, Jalan Bersama,” tutur Pdt Elly seraya mengingatkan pandemic tidak diketahui kapan akan berakhir.
Untuk itu, kata Pdt Elly, para presbiter yakni diaken, penatua dan pendeta tetap disiplin menjalankan prokes dan jangan pernah melepas masker dimanapun berada. “Kasihilah sesamamu” ujarnya.
Abetnego Tarigan, menambahkan bahwa penguatan satgas gereja diperlukan untuk penanganan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Indikator sektor pendidikan mengalami penurunan dimasa pandemi sebagai akibat anak-anak harus belajar secara daring sehingga anak-anak sebaiknya memang harus belajar secara luring.
Namun disinilah dilemanya, dimana ancaman penularan virus Corona justru terjadi bukan di lingkungan kelas/ sekolah melainkan pada saat anak-anak menuju dan pulang dari sekolah.
Adapun mengenai pentingnya fokus pada sektor kesehatan, mengingat literasi kesehatan telah mengalami peningkatan dimasa pandemic sehingga menjadi salah satu sektor prioritas pemerintah ditahun 2022. /fsp