Home / Pelkes

Senin, 23 September 2024 - 07:25 WIB

Psikolog, Ini Cara Penanganan terhadap Korban: “Beri Rasa Aman”

Psikolog, Nathanael Sumampouw saat menyampaikan meteri:

Psikolog, Nathanael Sumampouw saat menyampaikan meteri: "Perlu Mekanisme".

JAKARTA, Arcus GPIB – Perhelatan Sinodal yang digelar PMKI Departemen Pelkes GPIB punya daya tarik bagi peserta.

Yang pasti Workshop PMKI GPIB yang dibuka Ketua Dept. Pelkes Pendeta Stera Gerrits dan ditutup Pendeta Marthen Leiwakabessy bagai magnit bagi pesertanya karena meteri aktual yang disajikan masing-masing narasumber.

Ketua I MS GPIB Pdt. Marthen Leiwakabessy saat menyampaikan khotbah di Workshop PMKI.

Peserta antusias mengikuti sesi demi sesi di Workshop PMKI GPIB.

Tim Kerja bersama para Narasumber dalam semangat kebersamaan membangun GPIB lebih baik melalui PMKI.

Acara yang  digelar di Amaris Hotel Jakarta Barat pada 19 – 22 September 2024 itu  menghadirkan narasumber kompetensi dibidangnya antara lain Mellysa Anastasya – Staf Pencegahan Rumah Faye, Jeanny Silvia Sari Sirait – Destrictive Fishing Watch, Pendeta Daniel Susanto dari Asosiasi Pastoral Indonesia, Soelthon Gussetya Nanggara Ketua Forest Watch Indonesia, Psikolog Nael Sumampouw, dan Arif Nur Alam Penggiat Demokrasi dan Anti Korupsi bahkan Uli Arta Siagian namun karena mendadak opname, Eksekutif Nasional WALHI itu tak dapat hadir.

Baca juga  Komunitas KITA PEDULI Beri Bantuan ke Warga dan Satgas Covid-19 GPIB

Dalam hal kekerasan seksual yang dipaparkan Psikolog Diaken Nathanael Sumampouw mengatakan, penanganan kasus-kasus perlu pendampingan yang baik dan mekanisme penanganan.

Ketua Dept. Pelkes GPIB Pdt. Stera Gerrits saat membuka Workshop PMKI.

Diskusi kelompok dalam workshop sangat membantu membuka wawasan.

Masing-masing kelompok harus mampu memaparkan materi diskusi dan siap menjawab bila ada pertanyaan.

Kelompok tersedikit jumlah pesertanya, tapi tetap percaya diri memaparkan hasil diskusi di kelompok.

Karenanya, kata pria yang akrab disapa Nael ini, Satgas atau Tim Pendamping harus menangani laporan kekerasan paling sedikit melalui mekanisme Penerimaan Laporan, Pemeriksaan, Penyusunan Kesimpulan dan Rekomendasi, Pemulihan, Pencegahan Keberulangan.

Ia juga berharap adanya Dukungan Psikologis Awal (DPA) ini diperlukan untuk mengurangi memberi rasa aman. DPA diperlukan untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan karena reaksi pasca pengalaman stres traumatik

DPA merupakan respons pertama segera setelah terungkapnya suatu peristiwa yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif stres dan mencegah timbulnya gangguan kesehatan mental yang lebih buruk.

DPA adalah respons suportif terhadap orang lain yang menderita dan membutuhkan dukungan; keterampilan dasar yang bersifat praktis.

Paparan menarik narasumber membangkitkan hasrat peserta menggali lebih dalam materi yang disampaikan.

Sukacita terus merona ditengah padatnya materi workshop tidak membuat jenuh perserta.

Menuntaskan tugas diskusi, harus mampu memaparkan dan siap menjawab bila ada pertanyaan.

Mengutip apa yang pernah disampaikan Mendikbud  Nadiem Makarim, Nael mengatakan tiga dosa besar Pendidikan berpengaruh pada perkembangan siswi, yakni Intoleransi, Perundungan, Kekerasan seksual.

Baca juga  Andi Widjajanto: Feminis Terasa Di Gereja, Romo Paschalis: Misi Gereja Harus Ke Dunia Bukan Ke Surga

Tiga hal ini sudah seharusnya tidak lagi terjadi di semua jenjang Pendidikan dan dialami oleh peserta didik, khususnya perempuan karena peserta didik perempuan umumnya lebih rentantrhadap tindak kekerasan.

Dalam kesempatan yang sama, Pendeta Em. Dr. Daniel Susanto Psych., M.Th mengatakan dalam melakukan pendampingan  bisa melalui bermacam-macam bentuk dan cara.

Tim Kerja aktif melakukan monitoring untuk kelancaran jalannya Workshop

Pemateri bersemangat, durasi waktu bukan halangan memaparkan materi ditengah antusias peserta mengikuti sesi Workshop PMKI.

Narasumber di Workshop PMKI sangat detil memaparkan materi membuat peserta tekun mengikuti hingga tuntas.

Cara-cara itu antara lain percakapan pastoral yakni dengan tatap muka,melalui surat, tilpon, dsb. Juga bisa dengan cara konseling pastoral, perkunjungan pastoral, kelompok penopang (support group), retreat (misal: retret pasutri), dan pastoral sosial.

Narasumber Pendeta Sylvana Aputuley dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak terus meningkat.

Untuk itu, kata dia, harus memulai penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sebaiknya melihat data-data yang ada. ”Harus memulai dari data,” kata Pendeta Sylvana.

Narasumber Mellysa Anastasya, Staf Pencegahan Rumah Faye dalam kesempatan itu menantang peserta workshop dengan pertanyaan: ”Apa yang bisa dilakukan gereja, sebagai PMKI, sebagai dan individu manusia?

Menurut  dia, jangan jadi pelaku kekerasan. Lanjut disampaikan bahwa siapa saja bisa jadi pelaku dan semua orang bisa jadi korban.

Jadi, kata Mellysa, untuk memulai suatu gerakan atau penanganan adalah dengan memulainya.

”Mulai saja dulu, sesuai kapasitas, sambil jalan kita belajar. 1 hari bergerak, 1 orang terbantu,” tuturnya. /fsp

 

Share :

Baca Juga

Pelkes

Workdshop Finalisasi Road Map PMKI GPIB Resmi Dibuka: Hadirkan Romo Paschall

Pelkes

Baksos Kesehatan Di Kalvari Bolmong Capai 1.191 Orang, Bedah Minor 41 Orang

Misioner

“Perhatiannya Terhadap Pos-pos Pelkes GPIB Sangat Dirasakan”

Pelkes

Tim Safari Pelkes Disambut Meriah, Tarian Adat Digelar Di Sion Tembudan

Germasa

Komjen Golose Bicara Bahaya Narkotika, Pdt. Abraham Persang: Gereja Harus Hadir

Pelkes

Safari Pelkes Harus Tetap Hidup: Sukacita Ibu Erna

Pelkes

Analisis Tanda-tanda Zaman, Pdt. John D. Sihite: Syalom Harus Kita Wujudkan

Pelkes

Di Dunia Ini Hanya Sementara, Berjuanglah untuk Mencari dan Mendapatkan….