BOGOR, Arcus GPIB – Empat personel ToT Lanjutan Rescue Crisis Center GPIB keluar sebagai peserta terbaik. Keempat personel tersebut masing-masing adalah Marthin Politon (Mupel Jabar II), Deny (Mupel Lampung), I Nengah Ananta (Mupel Bali-NTB), Bramokta Pulahta (Mupel Jakarta Timur).
Pelatihan yang digelar pada 22 – 24 Agustus 2024 diikuti sebanyak 20 Personel GPIB yang merupakan utusan jemaat dan 5 Mupel. Pelatihan dilakukan di dua tempat, yakni di Sungai Cisadane untuk rescue penyelamatan korban di air di Lembah Cinagara Caringin Bogor untuk pelatihan penyelamatan di gunung dan tempat ketinggian.
Bramokta Pulahta menerima Penghargaan dari Karl Simatupang Kordinator Lapangan, dari CC UPB Pelkes GPIB.
Instruktur Pelatih dari Indonesia Disaster Emergency Response Unit (IDERU) dengan Komandan Pelatih Alex Patti dan tim. Koordinator Lapangan Karl Simatupang yang punya jam terbang tinggi dalam hal-hal penanganan kebencanaan.
Mengutip Arcus GPIB, sebanyak 20 personel GPIB dibayat di Sungai Cisadane dan Lembah Cinagara Caringin Bogor adalah untuk mengerti apa dan bagaimana melakukan penyelamatan diri dan jiwa orang dalam rangka mitigasi bencana.
Event yang disebut ToT Lanjutan II Rescue Crisis Center-UPB Pelkes GPIB ini merupakan Program Kerja dan Anggaran (PKA) Departemen Pelkes GPIB untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang sigap bila pada waktunya nanti dibutuhkan untuk turun tangan melakukan mitigasi bila terjadi bencana alam.
Tak tanggung-tanggung pemilihan lokasi pelatihan sangat tepat, dapat dikatakan sangat cocok untuk pelatihan. Lokasi berada di dua tempat, kedua tempat ini merupakan lokasi cukup ekstrim untuk pelatihan-pelatihan mitigasi bencana.
Sungai Cisadane, misalnya, dapat dikatakan sebagai sungai yang menakutkan karena selalu terdengar memakan korban baik korban orang tenggelam, terbawa arus bahkan korban banjir yang tidak sedikit. Sementara Lembah Cinagara, ekstrim karena curamnya area pelatihan dengan bebatuan gunung yang kalau salah sedikit dalam pelatihan bisa terluka bahkan merenggut nyawa. Jadi tak salah kalau dalam pelatihan yang diawaki CC UPB Pelkes GPIB ini.
Selain dibayangi angkernya Sungai Cisadane dan ekstrimnya Lembah Cinagara pelatihan 20 personel GPIB merupakan utusan jemaat-jemaat GPIB dan Mupel GPIB juga dibayangi fenomena bencana Megatrust yang belum lama berselang diumumkan BNPB.
Gempa Megathrust berkekuatan tinggi dan bila terjadi akan menyebabkan tsunami di beberapa daerah di Indonesia. Gempa ini terjadi karena bertemunya lempeng samudra dan lempeng benua yang ada di pesisir barat Sumatra dan pesisir selatan Jawa. Megatrust yang berpotensi tsunami bisa dikenali jika gempa terjadi lebih dari 30 detik hingga 60 detik atau satu menit.
Kepedulian CC UPB GPIB terlibat dalam aksi-aksi penyelamatan sangat diapresiasi 20 peserta. Semua materi pelatihan, dari materi teori dan materi praktik diselesaikan dengan baik dalam tekanan disiplin tinggi dan ketat dalam bimbingan pelatihan yang diarahkan oleh IDERU (Indonesia Disaster Emergency Response Unit) dengan komandan pelatih Alex Patti dan kawan-kawan.
Pantauan Pelaksana Redaksi Arcus GPIB Frans S. Pong, di lokasi pelatihan, sejak dimulai melalui Ibadah yang dilayani Ketua I MS GPIB Pendeta Marthen Laiwakabessy dan dibuka oleh Ketua Dept. Pelkes Pendeta Sterra Gerits pelatihan berjalan sebagaimana jadwal yang telah ditetapkan.
Kekompakan sangat dirasakan dari beberapa Tim yang dibentuk untuk memudahkan Instruktur dalam membebrikan pengarahan. Dan untuk semakin merekatkan kekompakan satu dengan yang lain masing-masing tim membuat yel-yel.
Tak sia-sia apa yang dilakukan Crisis Center Unit Penanggulangan Bencana (CC UPB) Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) selama ini yang pada akhirnya mendapat pengakuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Artinya, CC UPB GPIB yang dikomandoi Karl Simatupang menjadi bagian BNPB yang sewatu-waktu kapan dan dimanapun saat diperlukan bisa dilibatkan menangani mitigasi bila terjadi bencana. /fsp