Perpecahan bisa terjadi di jemaat karena masing-masing membawa egonya, kesombongannya dan harga dirinya, merasa berkuasa, merasa paling pandai, merasa paling hebat.
Makassar, Arcus GPIB – Pendeta Zeth Laritmas mengatakan, kegaduhan di jemaat sering terjadi karena ada orang-orang tidak mau menerima perbedaan yang dihadirkan Tuhan dalam berjemaat. Padahal, kata Pendeta Laritmas, berbeda itu indah.
“Berbeda itu indah. Tuhan menghendaki kita lahir dalam perbedaan, agama yang berbeda, suku yang berbeda, karakter sifat yang berbeda, dan Budaya yang berbeda. Semua itu dalam kehendak dan rencana Tuhan,” kata Pendeta Laritmas, mantan KMJ GPIB Immanuel Makassar saat berkhotbah dalam ibadah Minggu di GPIB Immanuel Makassar, 11/08/2024.
Mengutip dari channel youtube GPIB Immanuel Makassar, Allah menciptakan alam semesta dan segala isinya serta manusia dari hari pertama sampai dengan hari kelima dan Allah melihat semuanya baik. Tetapi ketika Tuhan menciptakan manusia pada hari yang ke-6, Allah mengatakan sungguh amat baik.
“Jadi, omong kosong atau nonsens kalau ada orang yang mau hidup ini sama semua. Tidak bisa hidup kalau semua harus sama dan semua harus mengikuti kehendak kita. Maunya begini, kalau tidak kamu saya anggap musuh. Kamu kalau tidak ikut saya kamu tidak benar,” tutur Pendeta Laritmas yang kini menjabat KMJ di GPIB Marturia Jakarta Timur mengurai Firman Tuhan dari 1 Kor 7: 17 – 19.
Menurut Pendeta Laritmas, penolakan-penolakan terhadap perbedaan terjadi di Jemaat Korintus dan saling menghakimi dan melihat kejelekan yang lain.
“Ini di Korintus, bukan di Immanuel (GPIB Immanuel Makassar). Jemaat Immanuel baik-baik semua. Kerja sama luar biasa, tidak menghakimi satu dengan yang lain, tidak membully satu dengan yang lain, tidak memfitnah satu dengan yang lain,” tandasnya.
Jemaat di Korintus, kata Pendeta Laritmas, cenderung menghakimi satu dengan yang lain. Melihat kejelekan satu terhadap yang lain, dan menghakimi orang dengan perbuatannya.
“Kalau orang Ambon bilang ancooor. Kenapa? Kecenderungan mereka (Orang Korintus) tidak mau menerima perbedaan. Kecenderungan yang terjadi di jemaat Korintus menyangkal perbedaan.”
Orang bersunat menghakimi jemaat yang tidak bersunat. Orang yang berpuasa menghakimi jemaat yang tidak berpuasa. Orang yang Kristen menghakimi orang Yahudi, orang Yahudi Kristen menghakimi orang Yunani. Saling menghakimi satu dengan yang lain. Kamu tidak selamat, saya selamat, kamu kafir saya yang suci bersih.
Itu yang terjadi di jemaat Korintus. Menghakimi orang lain dan menganggap dirinya paling benar. Orang-orang begini, kata Pendeta Laritmas, orang paling kacau. Orang begini selalu mencari kambing hitam orang lain untuk menutupi kesalahannya.
Perpecahan bisa terjadi di jemaat karena masing-masing membawa egonya, kesombongannya dan harga dirinya, merasa berkuasa, merasa paling pandai, merasa paling hebat, merasa paling mayoritas, merasa punya umat banyak yang pada akhirnya menyepelekan kehendak Tuhan.
“Yang diperjuangkan harga diri bukan kehendak Tuhan,” tandas Pendeta Laritmas. /fsp