JAKARTA, Arcus GPIB – Mari berikan diri kita untuk memiliki motivasi yang benar dalam melayani. Tetaplah mengarahkan pelayanan dan pekerjaan kita untuk kebaikan bersama dan kemuliaan nama Tuhan.
Demikian renungan pagi Sabda Bina Umat (SBU) Jumat (04/11/2022) mengangkat tema: “Tujuan Melayani Tuhan” mengurai Firman Tuhan dari 2 Tesalonika 3 : 1-8.
Melayani Tuhan merupakan tugas panggilan dan pengutusan dari orang beriman. Namun, demikian tidak semua orang berkomitmen penuh saat bekerja di ladang Tuhan.
Ada orang-orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan tidak setia dalam pengajaran, sebagaimana yang dituliskan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika.
“Bekerja untuk Tuhan memang tidak mudah karena kita harus selalu memperhatikan kepentingan Orang lain juga. Kita harus bersedia untuk mengutamakan kebaikan bersama.”
“Saat kita melayani Tuhan, Tuhan lah yang utama dan pada gilirannya kita terpanggil untuk menyebarkan sukacita bagi sesama. Belajar dari pengalaman kita, tidak sedikit orang yang meninggalkan pelayanan dan mengalihkan utama pelayanannya pada ketenaran dan hal-hal yang bersifat materi.”
Motivasi pelayanannya telah berubah. Ada yang memanfaatkan kekayaan, kekuasaan dan ketenarannya untuk menindas orang lain dan melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Catatan Arcus Media Network mengutip pmk.lk.ipb menyebutkan, satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam melayani Tuhan adalah motivasi. Motivasi pelayanan yang berkenan kepada Tuhan bukan semata-mata supaya diberkati, melainkan rela melayani oleh karena kasih.
“Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil” (Filipi 1:16). Adapun ciri-ciri orang yang melayani Tuhan karena kerelaan dan kasih adalah: tidak memperhitungkan untung-rugi, tidak menonjolkan diri sendiri dan tidak mencari hormat dan pujian dari manusia.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan orang yang melayani Tuhan karena terpaksa dan memiliki motivasi terselubung: selalu menghitung jasa, ingin dihormati dan beroleh pujian dari manusia, ingin diutamakan, tidak mau menanggung rugi, mudah sekali mengeluh, kecewa dan akhirnya pelayanannya pun tidak bertahan lama.
Orang yang melayani Tuhan harus memiliki beban yang dalam untuk melayani. Seperti Tuhan Yesus yang melayani jiwa-jiwa karena hatinya tergerak oleh belas kasihan. “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Matius 9:36).
Sedangkan keberadaan orang percaya di tengah dunia adalah untuk menjadi saksiNya: menjadi garam dan terang dunia, “…supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16).
“Jadi ladang pelayanan itu sesungguhnya sangat luas, tapi seringkali salah dalam memahami arti sebuah pelayanan. Anggapan bahwa melayani Tuhan berarti harus menjadi pendeta, penginjil atau terlibat dalam pelayanan mimbar, dan terlebih dahulu masuk Sekolah Alkitab. Padahal Tuhan ingin agar kita memberitakan Injil melalui sikap dan tindakan kita sehari-hari, di mana pun kita berada dan kapan saja.” /fsp