SAMARINDA, Arcus GPIB – GPIB Jemaat Hebron Samarinda Seberang merayakan HUT ke-11 jemaat itu pada Mei 2024 lalu.
Rangkaian HUT berupa ibadah-ibadah etnik yakni Ibadah Hari Minggu, 12 Mei 2024 dengan etnik Toraja. 19 Mei 2024 dengan ibadah etnik Batak, dan ibadah Syukur HUT Hebron ke-11 tanggal 20 Mei 2024 ibadah dengan etnik nasional, dan ibadah Hari Minggu tanggal 26 Mei 2024 ibadah etnik Jawa.
Kepada Arcus GPIB, Pendeta Candra Wila, di GPIB Jemaat Hebron Samarinda Seberang mengatakan, rangkaian perayaan dalam ibadah Minggu tersebut dibuka dengan tari-tarian.
“Di dalam Ibadah Minggu etnik tersebut terdapat tari-tarian sesuai tema etnik sebelum prosesi Alkitab masuk ke ruangan Ibadah, dan juga pada saat prosesi Alkitab menuju pintu keluar,” kata Pendeta Chandra Wila.
Lagu-lagu yang digunakan dalam ibadah, sebagian menggunakan lagu berbahasa etnik yang bersangkutan. Termasuk aransemen musik ibadah pun, disuguhkan dalam nuansa etnik yang menonjolkan musik khas dari masing-masing etnik. Aransemen dari Nyora Corsellia Wila – Tentua, yang juga bertugas sebagai Pemain Musik dalam Ibadah Hari Minggu Nuansa Etnik Toraja dan Batak menambah semarak pelaksanaan ibadah dengan nuansa etnik.
Selain itu, para pengisi pujian pun bertugas mempersembahkan pujian dengan lagu-lagu rohani bernuansa etnik, baik syair dan musiknya.
Pada Ibadah Nuansa Etnik di setiap IHM, warga jemaat diperkenankan mengenakan pakaian beribadah yang sopan dan rapih, bahkan berpakaian adat sesuai dengan etnik yang digunakan dalam ibadah.
Seperti pada nuansa etnik Toraja, warga jemaat bisa menggunakan pakaian khas etnik Toraja, atau pun pakaian etnik mana pun dari Sulawesi lainnya. Bukan hanya warga jemaat, para pelayan pun diperkenankan menggunakan atribut etnik: Pelayan Firman, Majelis Bertugas dan unsur pelayan lainnya.
GPIB Jemaat Hebron Samarinda Seberang berawal dari Pos Pelkes Hebron Mangkupalas yang merupakan bagian dari GPIB Jemaat Immanuel Samarinda. Sebagai sebuah Pos Pelayanan dan Kesaksian, Hebron Mangkupalas memulai persekutuan, pelayanan dan kesaksiannya dari sebuah persekutuan kecil pada tahun 1980-an.
Persekutuan ini berisikan orang-orang Toraja dari daerah asal mereka yang pindah ke Samarinda, yang awal mula peribadahannya menggunakan gedung gereja Oikumene.
Pada tahun 2000, warga jemaat Pos Pelkes Hebron membeli sebidang tanah di sebuah bukit.
Pembangunan pun dilakukan sehingga pada tahun 2006 gedung gereja Pos Pelkes Hebron telah selesai dan dapat digunakan. Dalam perkembangannya, warga jemaat Pos Pelkes Hebron memiliki kerinduan untuk menjadi Jemaat yang dewasa dan mandiri secara lembaga. /fsp