JAKARTA, Arcus GPIB – Pastikan Aku-Kamu dan Kita semua adalah Gereja yang bukan iman kaleng-kaleng! Kekristenan itu lebih dari sekedar membaca Alkitab, Tim Pujian Penyembahan yang hebat, Perpuluhan yang melimpah dan doa yang khusyuk!
Penegasan itu disampaikan Pnt. Robert Situmeang baru-baru ini melalui “Pelayan Firman Radio GPIB” radio milik Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang dikelola Departemen Inforkom dan Litbang GPIB.
“Kalau kekristenan itu diukur dari seberapa besarnya persembahan anda di gereja, maka pastilah bumi ini sudah hampir kosong karena semua orang Kaya sudah terangkat ke Surga karena mereka sanggup membeli keselamatan dengan harta mereka,” tandas Pnt. Robert.
Kalau Kekristenan itu diukur dari berapa kali anda habis membaca Alkitab dalam setahun, maka Henokh pastilah tidak akan terangkat hidup-hidup ke Surga, karena saat itu belum ada Alkitab.
Kalau kekristenan itu diukur dari seberapa kudus dan hebatnya Tim Pujian Penyembahan dalam sebuah gereja & dari kelengkapan alat-alat musik modern di Gereja, maka pastilah Tuhan Yesus tidak akan berkumpul di tengah-tengah Nelayan kotor yang tidak tahu main musik dan memiliki Tata Krama yang minim.
Kalau kekristenan itu diukur dari seberapa hebatnya anda berdoa ber-jam2 dalam sehari, maka pastilah Rahab seorang perempuan sundal itu tidak akan dipakai oleh Tuhan untuk menyelamatkan bangsa pilihan Tuhan: bangsa Israel. “Kekristenan itu, bukan rutinitas,” ucap Pdt. Robert seraya berharap untuk berhenti menghakimi sesama.
“STOP.!!! Menghakimi orang lain ! Hanya karena anda mungkin lebih taat beribadah dari orang lain, lebih tekun membaca Alkitab dari orang lain, lebih hebat berdoa dari orang lain, lebih banyak memberi persembahan daripada orang lain, itu tetap TIDAK MEMBERIKAN hak bagi anda untuk menghakimi siapapun,” tuturnya.
Menurutnya, Tuhan Yesus datang bukan untuk mencari orang benar, melainkan orang berdosa, dan setiap orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah yang membawa damai, bukan justru menjadi hakim kepada sesama. TUHAN membenci dosa, tapi IA berbelas kasihan kepada mereka yang terikat oleh dosa.
Bahkan bila seluruh ibadah anda menuntun anda untuk menjadi jijik kepada orang berdosa dan mulai bertindak sebagai Hakim atas mereka, maka kekristenan anda perlu dipertanyakan.
“Mari kita kembalikan fungsi Gereja sebagai Garam dan Terang Dunia,” ucap Pnt. Robert. Sungguh mengerikan, karena diskriminasi, status sosial justru banyak terjadi dalam Rumah Tuhan sendiri. Dan ironisnya harus diakui bahwa ternyata dunia lebih tahu menghargai dan berbelas kasihan kepada sesama.
Matius 9:13 “Jadi pergilah dan pelajarilah arti Firman ini: Yang KU kehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Soal keselamatan, catatan arcusgpib.com, sebagaimana disampaikan Pdt. Zeth Yunus Laritmas, M.Si: Kalau kita rajin beribadah, berdoa, membaca Firman Tuhan, rajin ke gereja, tertib kasih persepuluhan, menekankan ibadah ritual, saya katakan belum tentu selamat.
Menurutnya, kalau ibadah ritual hanya di gereja, bertemu dengan Tuhan di gereja dan mengatakan pasti selamat, belum tentu. Itu baru level percaya. Belum sampai pada mempercayakan hidupmu untuk Tuhan.
“Kalau level percaya, iblis juga percaya, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat,” tandas Pdt. Z. Yunus Laritmas ini. Untuk selamat, katanya, juga harus menggantungkan hidup kepada Tuhan.
Menggantungkan hidup kepada Tuhan adalah dengan melaksanakan ibadah aktual. Ibadah aktual itu adalah soal kehidupan sehari-hari. Bagaiamana kelakuanmu di rumah, bagaimana kelakuanmu di kantor, bagaimana kelakuannya waktu engkau bergaul.
Artinya, kedua ibadah baik ritual dan aktual harus berjalan seiring. “Kalau bertentangan ibadah ritual dan ibadah aktual ini menjadi pertanyaan. Sebenarnya Tuhan yang mana yang engkau percayai,” kata Pdt. Yunus Laritmas mempertanyakan. /fsp